Kita Saling Mencintai?

1651 Kata
Rayn berjalan masuk ke apartemennya. Matanya mencari keberadaan sang istri Leyra. Tak disangka terlihat Leyra yang tengah tertidur lelap di atas kursi. Rayn langsung mendekatinya, pelan ia sentuh wajah wanita itu. Ia pun menggendong wanita itu ke dalam kamar. Lalu menyelimutinya, tak sengaja matanya tertuju pada belahan d**a Leyra yang sedikit terlihat. Rayn langsung menutupinya dengan selimut. Sial, pikiranku kenapa jadi kotor begini. Lebih baik aku mandi. Rayn ke luar dari kamar Leyra, berjalan menuju kamarnya sendiri. Mereka memang tidur terpisah, Rayn memberi waktu untuk Leyra sendiri setelah pemulihan. *** Leyra terbangun ketika alarm berbunyi memenuhi ruangan kamarnya. "Bisa-bisanya aku ketiduran." Memijat kepalanya yang masih berdenyut. Tiba-tiba penciumannya menangkap aroma lezat dari luar sana. Bisa ditebak dari mana asalnya. Ya, selama pemulihan Rayn lah tang berinisiatif menjadi koki masak di rumah. Lelaki itu memang hebat dalam hal memasak. Leyra segera bergegas bangun, berjalan menuju kamar mandi membersihkan tubuh terlebih dahulu. Tak lama kemudian, ia pun beranjak keluar menuju dapur. Rambutnya, yang masih basah ia abaikan. Yang terpenting ia harus mengisi perutnya yang lapar serta menemui suaminya yang tampan. Saat Leyra membuka pintu, ia dikejutkan pada Rayn yang hendak mengetuk pintu kamarnya. Wanita itu terperanjat hampir jatuh, karena sigap tertangkap tangan Rayn. "Selamat pagi, Sayang," ucap Rayn sembari menyunggingkan senyumannya. Bibir Leyra kelu, wajahnya merona ia malu untuk menjawabnya. Rayn membantu Leyra berdiri kembali laku pria itu beranjak kembali ke dapur. Leyra menarik napas berusaha menghilangkan rasa gugupnya. Wanita itu pun menghampiri Rayn ke dapur. Di atas meja, telah terhidang makanan lezat membuat Leyra terpana. "Duduklah," ujar Rayn. Leyra menurut, wanita itu pun duduk dan saat hendak mengambil piringnya. Rayn telah lebih dulu menyodorkan piring berisi daging yang telah dipotong-potong serta kacang polong dan juga salad. "Terima kasih," ucap Leyra. "Kamu boleh mengganti rasa terima kasihmu dengan satu kali ciuman ," jawab Rayn cepat. Leyra kehabisan kata-kata, wanita itu terbelakak sekaligus canggung. Cup! Rayn mencium pucuk kepala Leyra. "Kamu wangi sekali, aku jadi tak tahan," bisik Rayn. wajah Leyra bersemu merah, malu. Ia menyuapkan satu sendok makanan ke mulutnya. Namun, hatinya yang berdegup kencang justru membuatnya terbatuk. "Ini, minumlah dulu." Rayn menyodorkan segelas air hangat. Leyra menurut dan meminumnya hingga tandas. "Hari ini, London begitu cerah bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan," ajak Rayn. Leyra menatap Rayn, akhirnya suasana di ruang makan perlahan berubah. Diam-diam gadis itu tersenyum, ini awal yang bagus bukan. "Bukankah Anda sibuk?" tanya Leyra. "Kami juga butuh istirahat kan, bahkan robot yang super sekalipun akan hancur jika digunakan tanpa henti." "Maafkan saya, saya tidak bermaksud--" " Leyra, kuharap kamu berhenti mengucapkan kalimat itu. Kamu tidak salah, ini hanya obrolan biasa." Menatap dalam pada Leyra. "Dan... Berlatihlah untuk mengubah panggilan itu, aku berharap kita seperti pasangan pada umumnya," lanjutnya. Leyra tersipu, dia bimbang di kehidupan sebelumnya dia tak pernah diperlakukan sebaik ini oleh keluarga angkatnya. Ya, Leyra memang anak adopsi. Tetapi, itu hanya status pada dasarnya dia tidak dianggap sama sekali. "Ehmmm, bagaimana makanannya apa itu enak?" tanya Rayn memecahkan suasana yang tadinya mulai canggung. Leyra mengangguk, "iya ini enak. Anda, eh s-sayang kamu pintar sekali!" seru Leyra meskipun terbata, akhirnya panggilan itu lolos juga dari bibirnya. "Ya, seperti itu juga bagus. Pertahankan! Awal yang bagus daripada tidak sama sekali," ucap Rayn sembari tersenyum. "Terima kasih, maaf. Ah maksud saya--" Rayn tertawa melihat tingkah laku Leyra yang serba salah. Jam menunjukkan pukul 11 siang, Rayn menunggu Leyra yang tengah bersiap-siap untuk kencan pertama mereka. Rayn memang sengaja meliburkan para seluruh karyawannya karena hari ini tepat anniversary pernikahnnya dengan Leyra. Meskipun Leyra tidak ingat apapun, Rayn mempersiapkannya dengan penuh semangat. Klak! Pintu terbuka, tampak Leyra dengan riasan cantik serta gaun yang indah ke luar dari kamar. Warna gaun senada dengan warna kemeja yang dipakai Rayn, yakni maroon. Lagi-lagi, Rayn terpana pria itu menghampiri Leyra yang lagi-lagi mulai canggung. "Beautifull." Mendengar 1 kata itu, tiba-tiba Leyra merasakan tubuhnya memanas akan meledak. "B-bolehkah aku memelukmu." Kali ini, Rayn yang gugup. Leyra mengangguk, Rayn langsung memeluk Leyra. Aroma wangi muncul dari ceruk lehernya dan tanpa sadar Rayn mengecupnya. "Bisakah kita pergi sekarang?" Pertanyaan Leyra membuat Rayn tersadar. Pria itu melepaskan pelukannya. "Ayo," ajak Rayn sembari mengulurkan tangannya. Leyra membalasnya, mereka pun ke luar bersama. Ah, aku tidak mau membawanya? Bagaimana jika ada yang lihat? Kekasih terdahulu misalnya. Atau kekasih simpanannya yang pernah dikatakan bibi dulu. Aku tidak rela, pernikahan yang kurancang ini berujung berantakkan! Resah dan gelisah menjadi satu, Rayn yang dikenal sosok serius itu baru kali ini merasakan frustasi. Berulang kali ia melirik pada istrinya yang tengah duduk manis di kursi sampingnya. Rayn yang tengah mengemudi, sesaat kehilangan kendalinya. Dan lagi-lagi hanya dia yang tersiksa karena untuk kesekian kalinya ia jatuh cinta pada istrinya. "Setelah saya pikir-pikir, saya harus segera kembali ke kampus," ujar Leyra. Rayn berdehem, "aku kira kamu melupakannya," jawab Rayn. "Tidak, saya harus segera lulus agar sedikit berguna bagi keluarga saya," ujar Leyra sembari tersenyum. Kamu lebih daripada berguna. Mereka seharusnya bersyukur karena memilikimu. "Sebenarnya, bagaimana bisa saya hilang ingatan? Apakah saya mengalami kecelakaan atau hal lain yang bisa menyebabkan hilang ingatan?" "Itu masih diselidiki, dua kemungkinan antara murni kecelakaan atau ada yang mencelakaimu." Leyra mengangguk mengerti, tetapi tetap saja wanita itu sedih karena tidak ingat apapun tentang Rayn. Bagainana mereka bisa menikah? "Sebenarnya ada hal yang mengganjal di hatiku, apakah kita menikah karena dijodohkan?" tanya Leyra sembari menatap serius pada Rayn. Rayn tertekun, bibirnya kelu sesaat ia membisu. Kemudian, pria itu menghembuskan napas panjang seolah pasrah. "Ya, seperti itulah," jawabnya. "Itu awalnya saja, karena setelahnya kita saling mencintai," lanjut Rayn. "Anda mencintai saya?" tanya Leyra lagi. Rayn mengangguk, "ya, aku sangat mencintaimu Leyra," jawab Rayn meyakinkan. Sudah kuduga ini pernikahan karena bisnis. Tetapi, benarkah kami saling mencintai? Aku memang sudah lama diam-diam menyukainya tapi apa yang dia sukai dariku? Terlebih aku ini hanya anak angkat! Aku memang bahagia karena dia mengatakan mencintaiku. Tetapi tetap saja aku ragu, aku takut tertipu. Leyra menatap pemandangan yang berada di luar jendela mobil. Pegunungan yang indah serta burung-burung yang bersantai di tepi pantai. London memang sangat indah. Rayn meliriknya, ia mendengus ada kekesalan di hatinya. Mengapa ia berbohong. Bisa-bisanya aku mengatakan kami saling mencintai. Rayn, kau sungguh munafik. Memanfaatkan penyakit Leyra untuk kepentingan dirimu sendiri. Dasar bodoh! "Ehmmm sebenarnya--" "Wah, itu indah sekali! Bagaimana bisa ada tempat yang begitu indah!" Leyra menatap takjub pada sebuah ladang luas yang dipenuhi bunga-bunga indah. "Apa aku boleh membuka jendela? Aku ingin mencium aromanya," tanya Leyra yang langsung mendapatkan anggukan dari Rayn. "Ayo kita keluar," jawab Rayn. Leyra tersenyum, ia segera keluar dari mobil lalu mendekati ladang bunga tersebut. Itu memang indah sekali, banyak orang menggunakannya untuk hal-hal romantis. Maaf Leyra, kali ini biarkan aku egois. Aku tak bisa melepaskanmu begitu saja. Biarkan kita jalani pernikahan seperti pasangan lainnya. Rayn berjalan menghampiri Leyra, pria itu memeluk Leyra dari belakang. "Apa kamu bahagia?" bisik Rayn Leyra yang awalnya terkejut mengangguk, "aku baru pertama kali melihatnya, ini indah sekali. Terima kasih," jawab Leyra. Mereka berdua tersenyum lepas sembari melihat ladang bunga yang luas. Kedua pasangan itu bak anak muda yang baru saja meresmikan hubungan spesial mereka. Penuh rasa berdebar-debar dan penuh cinta. Sore telah tiba, perasaan mereka meningkat drastis terutama Leyra. Rasa canggungnya perlahan menghilang oleh karena perkataan Rayn di danau tadi. Flashback Setelah cukup lama mereka terbuai akan indahnya ladang bunga, Rayn mengajak Leyra ke mobil karena ada tempat yang harus mereka datangi. Leyra yang penasaran ikut saja, dan benar saja tempat itu lagi-lagi membuat Leyra takjub. Sebuah danau di tempat tersembunyi lagi-lagi menyita perhatiannya. Tak hanya itu, ada sebuah villa kecil yang tak kalah cantiknya. Saat, Leyra masih terpaku pada air danau yang jernih tiba-tiba ia dikejutkan pada cipratan air di wajahnya. Jelas itu ulah Rayn, Leyra yang tak mau kalah melepas sepatunya. Wanita itu turun dan membalas cipratan air Rayn. Lagi-lagi mereka terlihat seperti pasangan yang baru saja meresmikan hubungan romantis. "Bagaimana, Anda bisa tahu tempat ini?" tanya Leyra. "Ini milik keluargaku dan telah menjadi keluargamu," jawab Rayn. Leyra tertegun, selama ini dia tidak tahu seperti apa hangatnya keluarga itu. Dia hanya ingin kuliah dengan giat dan memiliki pekerjaan bagus lalu hidup tanpa kekurangan meski tanpa adanya yang namanya keluarga. "Dan, sekarang ini menjadi milik kita berdua," lanjut Rayn. "Hah?" Leyra tak mengerti maksud dari perkataan Rayn barusan. "Ini hadiah pernikahan kita dari nenek. Saat itu nenek bilang, ini bagus untuk bukan madu," jelas Rayn. Leyra menatap villa yang berukuran sedang itu serta pemandangan indah di sekitarnya. Ini memang indah untuk bulan madu, ah apa yang kupikirkan. "Ah, sepertinya cuaca hari ini cukup dingin. Saya tidak membawa baju ganti," ujar Leyra mengalihkan pembicaraan. "Tenang saja, di dalam villa tersedia pakaian ganti," jawab Rayn. Leyra menatapnya seolah tidak percaya. Mengerti akan arti tatapan Leyra, Rayn pun berkata, "biasanya ada penjaga dan seorang bibi yang bertugas menjaga rempat ini. Tetapi, karena aku berencana membawamu kemari aku menyuruh mereka untuk pulang. Aku tahu kamu tidak begitu nyaman pada orang asing jadi malam nanti mereka akan kembali." Leyra tersenyum, ia pun beranjak pergi sesekali ia berlari kecil. Sementara itu, Rayn kembali berenang. Beberapa menit berlalu, Leyra mencium aroma panggangan, ternyata di luar tampak Rayn yang sedang barbeque di bawah tenda yang entah kapan pria itu memasangnya. "Wow, kapan Anda mempersiapkannya?" tanya Leyra, takjub akan Rayn yang perfeksionis. "Sureprise! Apa kamu suka?" Rayn memberikan setusuk sate daging untuk Leyra. Leyra mengangguk, "ini enak sekali, Anda memang luar biasa pak Rayn." "Sayang!" Leyra terdiam. "Aku ingin kamu memanggilku dengan sebutan itu," ucap Rayn. "Baiklah, Sayang," jawab Leyra sambil tersenyum. "Kuharap kamu mengingat itu," kata Rayn sambil nemberikan setusuk sate lagi. Mereka pun duduk sembari menikmati semilir angin dan beberapa tusuk sate daging, sossis dan beef stick lainnya. "Bagaimana perasaanmu?" tanya Rayn. Leyra tertawa, "aku menikmatinya ini terlalu indah," jawabnya. Rayn berjalan, lalu bersimpuh di hadapan Leyra. "Aku harap pernikahan ini terus bertahan selamanya. Apa kamu bersedia melakukannya denganku Leyra?" tanya Rayn dengan sungguh-sungguh. Leyra tersenyum, "iya, aku bersedia." Rayn menyembunyikan kepalanya di pangkuan Leyra. Tanpa ragu, Leyra mengusap kepala suaminya itu. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN