#WARNING RATE 21 +
MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA!
..............
Ketika malam akhirnya jatuh, Arkan menunjukkan maksudnya dengan ucapannya mengenai kencan mereka berdua.
Casilda benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dilakukannya di ruang VIP rumah sakit saat ini.
“Memangnya kita boleh melakukan ini?” tanya wanita berpakaian rumah sakit, menoleh ke arah suaminya dengan wajah penuh tanda tanya.
“Kenapa? Kamu pikir ini tidak romantis?” balasnya muram dan dingin, sepertinya tidak senang dengan keluhan Casilda atas usahanya yang tidak biasa.
Di ruangan VIP itu, Arkan telah menyulapnya menjadi tempat kencan romantis hanya berdua. Lantai dipasangi karpet, dan beberapa lilin aroma terapi diletakkan di depan mereka dengan beberapa kelopak bunga mawar merah yang bertebaran di sekitarnya.
Di depan mereka bahkan ada layar mini untuk menonton bersama. Suami istri itu sekarang duduk melantai berdampingan sambil menikmati pop corn dan beberapa camilan lainnya.
“Bukan begitu, sih. Tapi, kamu tidak akan kena marah pihak managemen rumah sakit?”
Arkan tertawa mendengarnya. “Marah? Kalau aku beri uang dalam jumlah banyak, berkali-kali lipat dari harga normal ruangan ini, apakah dia akan marah?”
Casilda bungkam melihat kesombongan yang terpampang jelas di wajahnya yang sedang tersenyum lebar. Sangat tampan, sangat menggoda. Tapi, kenapa bikin orang kesal, ya?
“Terserah kamu saja, deh,” balas Casilda malas, kembali menikmati tontonan di layar besar di dinding dekat pintu masuk.
“Perutmu bagaimana? Masih sakit, tidak? Ken bilang apa kepadamu tadi?” tanya Arkan tiba-tiba, meraih pinggang Casilda dan mengelus perutnya penuh sayang.
Tindakannya yang begitu tiba-tiba dari sang aktor membuat Casilda bergidik kaget, langsung mendorongnya cepat.
“Kenapa mendorongku, Gendut?!” omel Arkan marah, sebelah keningnya berkedut-kedut jengkel melihat sikap penolakan darinya.
“Untuk apa pegang-pegang perut segala? Kamu mau apa, hah?! Tidak ingat kalau aku sedang datang bulan?!” makinya tidak senang.
Arkan mengerutkan kening dalam, dan ajaibnya berusaha menekan amarah di hatinya.
“Aku tidak ingin bertengkar denganmu sekarang. Apa tidak boleh malam ini saja kamu patuh dan tidak membuatku marah?”
Casilda terdiam, terkejut kecil melihat wajah Arkan yang tiba-tiba mendung dan tampak lelah.
“Ada apa? Kenapa wajahmu begitu? Apakah kamu dan Lisa bertengkar gara-gara skandal itu? Kamu sudah menjelaskannya dengan baik?” tanya Casilda pelan, suaranya lirih dan tenggorokannya terasa tercekat ketika menyebut nama wanita lain yang dicintai oleh suaminya. Nasihat Ken segera bermain di benak Casilda tanpa diminta.
Memangnya dia mau terjebak sebagai orang ketiga sejak awal? Tidak, kan? Arkan yang terus menekan dan menyudutkannya!
Kalau bisa berpisah selamanya, dia tidak akan keberatan. Tidak peduli jika dia mencintai Arkan atau tidak. Bagi Casilda yang sudah pernah kehilangan banyak hal, termasuk cinta yang dipercayainya, melepaskan satu hal lagi dari genggamannya sepertinya bukanlah hal besar. Mungkin dia akan sedikit sedih sebentar, tapi pasti akan bangkit lagi. Manusia seperti itu menjalani hidupnya, kan?
Arkan bersandar di nakas panjang di belakangnya, wajahnya semakin murung dan mendung. Tangan kanannya meraih sebelah pipi Casilda, lalu berkata dingin dengan suara rendah yang lirih sambil menatapnya dalam. “Jangan bahas orang lain saat ini. Aku tidak mau mendengarnya. Kenapa kamu tidak menceritakan saja tentang dirimu setelah keluargamu jatuh bangkrut? Apa yang terjadi kepadamu?”
Casilda termenung menatapnya sembari merasakan elusan lembut di pipinya.
“Tidak ada yang menarik dalam hidupku. Bukankah kamu sudha dengar beberapa hal dari kedua orang tuaku? Kenapa bukan kamu saja yang menceritkan dirimu yang sudah aku tolak di masa lalu? Bagaimana kamu bisa berubah drastis seperti ini?” balas Casilda dengan suara yang lebih lirih, bulu mata merendah lembut menghindari tatapan dingin suaminya.
Sesaat, Arkan terdiam, dan gerakan elusan di pipinya juga ikut berhenti.
“Kalau aku berkata aku berubah seperti ini gara-gara dirimu, apakah kamu akan percaya?”
Hati Casilda menegang kaget. Mata keduanya langsung terkunci satu sama lain.
Benarkah?
Apakah Arkan berubah gara-gara dia menolaknya saat itu?
Casilda memang pernah mendengar jika seseorang mengalami pukulan mental hebat, dia pasti akan berubah drastis. Bukan hanya mendengarnya dari orang-orang saja. Dia bahkan mengalaminya sendiri ketika mengetahui pertunangan tiba-tiba Ethan di masa lalu.
Ketika dia pulang dari acara itu dan diusir seperti orang gila, Casilda murung dan merasa depresi sampai ingin menghilang saja di dunia ini. Semua kekayaan keluarganya juga lenyap dalam semalam, dan orang yang paling dicintai di masa-masa sulit itu malah mengkhianatinya dengan cara yang paling kejam. Bukan itu saja, orang-orang mulai menjauhinya dan tidak ada yang mau menolongnya. Seolah-olah dia dan keluarganya adalah penyakit menular.
Akibat dari semua kejadian bertubi-tubi itu, sekarang dia telah menjadi Casilda yang benar-benar baru. Sepertinya sudah benar-benar tidak ada jejak masa lalu lagi di dalam dirinya. Bahkan, kadang-kadang Casilda lupa kalau mereka pernah menjalani kehidupan glamor yang tidak pernah kekurangan apa pun di dunia ini.
Arkan tiba-tiba tertawa keras, menatap lucu Casilda yang tampak bersalah dan cemberut sedih. “Kenapa serius begitu? Kamu pikir kamu sehebat itu sampai bisa memengaruhiku, hah? Kamu ternyata lebih narsis dariku, Ratu Casilda Wijaya!”
Kesal mendengar kalimatnya yang Casilda pikir adalah sebuah lelucon menyebalkan untuk menggodanya, dia pun membuang muka dan mendengus sebal.
“Hei, kamu marah hanya gara-gara itu?” tanya Arkan heran, menatap Casilda yang tampak serius menonton film romantis di layar mini. Mengabaikannya seperti kaca tembus pandang.
“Sekalipun kamu hanya bercanda mengatakannya. Tapi, bukankah itu benar? Kalau tidak, kamu tidak akan mau menikah denganku hanya untuk balas dendam, bukan? Kamu juga tidak akan mengkhianati tunanganmu. Kalau aku tidak membuat hidupmu berubah dengan cara yang aneh, kamu pikir kita akan berada di tempat ini hanya berdua?” ujar Casilda lirih dengan suara lemah, masih menatap layar di depannya, tapi tatapannya setengah kosong dan bulu matanya merendah sedih.
Arkan terdiam mengawasinya yang masih melanjutkan ucapannya.
“Aku tidak tahu bagaimana aku memengaruhi hidupmu sejauh ini. Aku minta maaf sedalam-dalamnya. Aku benar-benar tidak ada maksud untuk merusak hidup seseorang. Bahkan ketika dulu aku masih sombong dan tinggi hati, satu-satunya yang aku inginkan hanyalah hidup bahagia bersama orang-orang yang aku sayangi. Tidak peduli dengan orang lain di luar sana.
Aku paling tidak suka berurusan dengan mereka yang hanya mengenalku sekilas, baik karena rasa penasaran, atau pun karena ingin mengambil keuntungan singkat dariku. Kalau bisa, aku ingin menjauh dari mereka semua. Tidak ingin membuat masalah. Tapi, hal-hal semacam itu, bukankah di luar kendali semua orang?”
Keduanya saling tatap kembali, diam selama beberapa saat. Kemudian, perlahan tapi pasti, Arkan meraih tangan kiri Casilda dan menjalinkan jari-jari mereka dalam genggam mesra dan erat. Seolah-olah tidak mau melepaskannya.
“Apa yang kamu sembunyikan dariku?” tanya Arkan pelan dan serius, menatapnya sungguh-sungguh seolah bisa membaca kesedihan di kedua bola mata Casilda.
Aktor tampan itu merasa bisa menangkap ada hal buruk yang pernah terjadi di dalam hidup istrinya, dan itu adalah hal paling gelap dan membuatnya sangat sedih. Baru kali ini dia melihat raut wajah Casilda yang sangat lesu dan rapuh. Seolah-olah senyumnya adalah kaca tipis yang mudah hancur begitu saja.
Casilda diam cukup lama, lalu membalasnya dengan senyuman kecil. “Sembunyikan apa? Kamu bicara apa? Dasar aneh.”
Arkan jelas tidak mengubah ekspresinya, malah dia semakin serius dan menggenggam erat tangan sang wanita.
“Aku adalah suamimu, Casilda. Kamu bisa menceritakan apa pun kepadaku. Tidak seharusnya kamu menyembunyikan sesuatu dariku. Jika aku memintamu menceritakannya, maka kamu harus menceritakannya.”
Nada serius penuh titahnya membuat Casilda terkejut, menatapnya bingung.
“Kamu tertarik dengan kehidupan dari wanita yang kamu benci? Kenapa? Kasihan? Apa setelah kamu mendengarkan semua kisah hidupku, kamu akan melepaskanku dan bercerai?”
“Tidak ada perceraian di antara kita berdua,” tegas Arkan menggeram marah, ekspresinya gelap dan dingin.
Casilda mendengus kecil, lalu bergumam lirih menatap layar di depannya. “Tentu saja itu mustahil, kan? Kamu sangat pendendam.”
Arkan hanya ingin menyiksanya sampai mati. Pernikahan mereka adalah penjara yang tepat dan sempurna untuknya. Bagaimana bisa dia melepaskannya dengan mudah? Dia bahkan dengan sengaja menjadikannya sebagai perempuan rendahan yang merebut kekasih dari wanita lain.
Aib itu benar-benar sangat memalukan dan kotor. Bagi wanita normal, tidak ada yang mau menjadi kekasih gelap dari seorang pria kaya dan berkuasa, bukan? Apalagi jika pria itu memiliki wanita lain di hatinya.
Arkan mengerutkan kening melihanya yang acuh tak acuh.
Detik berikutnya, dia meraih dagunya, dicubit gemas dan mencium bibirnya dengan ciuman gaya Prancis.
Suasana romantis di ruangan VIP ini sangat mendukung kegiatan kecil itu, membuat Casilda yang kembali teringat dengan nasihat dokter Ken, tiba-tiba saja membalas ciuman Arkan lebih panas dan menggebu daripada sebelumnya.
“Kamu ternyata sangat liar,” ledek Arkan sambil terkekeh gemas, menggigit bibirnya kecil-kecil lalu mengecupnya kembali.
“Aku hanya tidak mau rugi saja. Selama bisa menikmatinya, kenapa tidak?” balas Casilda pelan dengan wajah sudah memerah sayu. Meskipun ekspresinya terlihat tenang dan patuh, di dalam hatinya, Casilda merasakan hatinya sedang berdarah dan perih menyengat.
Jika tidak bisa mendapatkan hati Arkan, maka mendapatkan tubuhnya untuk sementara waktu, bukankah sudah cukup?
Dia tidak mau rakus dan tamak seperti dulu lagi saat dia menjalin hubungan dengan Ethan. Yang dia dapatkan ketika terlalu berharap dalam cinta hanyalah rasa sakit dan penderitaan.
Casilda jelas tidak mau seperti itu. Dengan mematikan perasaannya sedikit demi sedikit meski cintanya kepada Arkan semakin bertumbuh, mungkin saja dia tidak akan berakhir seperti dulu lagi, bukan?
Arkan yang masih mencubit dagu Casilda, tersenyum licik misterius mendengar alasan sang istri. “Kamu semakin pintar dan nakal. Mirip siapa, hah? Kalau begitu, nikmati dengan baik. Jangan sia-siakan.”
Selesai mengatakannya, dia kembali menyatukan bibir mereka. Pria tampan itu memeluk erat tubuh istrinya dengan cara yang sangat mesra dan posesif. Gerakannya yang terlalu merawat itu, membuat Casilda luluh dan pasrah dalam kuasanya.
Kedua tangan sang wanita dengan alami meraih tubuh sang suami, membalasnya erat, sama dengan yang dilakukan oleh sang pria.
“Aku mencintaimu, Casilda,” bisik Arkan dalam gumaman lirihnya, terdengar tidak berdaya dengan ekspresi memuja.
Keduanya saling tatap sebentar dengan wajah sayu lembut masing-masing, lalu kembali dengan dansa bibir mereka yang manis dan panas.
Casilda tidak membalasnya, karena dia tidak percaya sama sekali dengan ucapannya itu.
Bagaimana mungkin pria sempurna dan digilai oleh banyak wanita dari banyak negara, malah mencintai wanita gendut sepertinya yang tidak memiliki kelebihan apa pun? Dia benar-benar aktor yang sangat meyakinkan!
Arkan bahkan bisa memilih wanita lain yang melebihi Lisa. Kenapa repot-repot ingin bersamanya yang hanya akan membuat harga dirinya jatuh?
Permainan cinta yang berbahaya dari aktor kejam itu benar-benar sangat mengerikan.
Dia pikir kalau Casilda akan mudah jatuh dalam jebakannya begitu saja?
Tentu saja tidak akan semudah yang diharapkannya!