Sudah menjadi hal yang biasa bagi ke empat gadis—Anggun, Amel, Jisa dan Erfi—sering menghabiskan waktu mereka berkumpul di club malam. Itu adalah kebiasaan mereka berempat. Dugem, mabuk, pakaian sexy, tapi tidak dengan ONS apalagi open BO.
No thanks!
Prinsip mereka, ' boleh bandel, asal jangan murahan'. Walau tidak patut untuk dicontoh, tapi setidaknya hargailah prinsip aneh mereka.
Jisa menyampirkan tas slempang nya ke bahu.
"Gue balik duluan ya, Mama gue udah ngechat 'nih. Kalo nggak pulang sekarang, bisa—menirukan gaya leher yang di potong—sama dia. " Tutur Jisa yang memang sudah oleng karena kebanyakan minum.
"Gue juga. Abang lucknut gue udah nelpon nih'barusan. Kalo nggak cepet pulang, bisa-bisa semua koleksi boneka di kamar gue jadi korban mutilasi. " Timpal Erfi yang hobby menngoleksi boneka beruang dikamarnya. Walau sudah menginjak usia dewasa, tetap saja tidak menyudutkan dirinya untuk terus menambah koleksi boneka beruangnya. Walau dia tau, itu suatu saat akan menjadi korban dari saudaranya jika ia tidak bisa menurut.
"Ckk, cemen lo berdua! " Ledek Amel meremehkan.
"Bodo! Yuk Fi, kita pulang barengan. " Ajak Jisa pada Erfi. Gadis itupun bangkit dari duduknya. Tidak peduli dengan ocehan Amel.
Erfi mengangguk lalu ikut beranjak. Ia sampirkan cardigan nya di lengan sebelah kiri.
"Gue duluan ya, Gun, Mel. " Pamit Erfi pada kedua temannya.
"Oke, Hati-hati di jalan lo berdua. " Balas Anggun.
Jisa dan Erfi pun melenggang pergi.Tinggallah Amel dan Anggun berdua. Di antara ke empat orang itu, Amel yang paling jago minum. Disaat teman-temannya sudah kualahan, ia masih bisa bertahan untuk minum. Oleh sebab itulah, ketiga temannya memilih mengakhiri daripada harus menemani Amel yang tidak akan menyerah sebelum hampir pingsan. Mereka bertiga sudah pasti akan membopong tubuh Amel keluar. Dan untuk menghindari itu terjadi, mereka lebih baik mencari alasan agar bisa pulang lebih dulu. Karena dengan begitu, Amel sendiri juga akan pulang dengan sendirinya ketika sudah tidak ada lawan lagi.
Seperti sekarang ini contohnya. Anggun juga sudah bersiap memasukkan ponsel dan kunci mobil kedalam tas selempang mininya.
"Gue juga mau balik, Mel. Soalnya besok gue harus kerja. Gue mau ngerjain desain gaun pengantin pelanggan gue yang dua minggu lagi harus siap. " Tutur Anggun. Tapi ia memang bukan sembarang beralasan. Anggun jujur, ia memang harus mengerjakan desain gaun pengantin untuk pelanggannya yang sudah harus siap dua minggu lagi.
Anggun sudah berdiri dan menyamlirkan tasnya.
"Lo juga harus balik! Gue nggak bisa temenin lo dan bopong lo seorang diri. Nggak kuat gue angkat badan lo yang penuh dosa itu. "
Amel memutar bola matanya seraya mendengus.
"Iya, gue tau! Ini juga gue mau balik. Bacot lo juga. " Desis Amel ketus. Selalu saja begini, ketiga temannya oasti akan meninggalkan club lebih dulu dibanding dirinya.
"Oke, gue balik duluan kalo gitu. " Anggun pun bergegas lalu pergi meninggalkan Amel. Ia tidak bisa terus berlama-lama disini. Ia memiliki pekerjaan dan tanggung jawab sendiri. Ia harus bekerja besok, dan ia harus istirirahat sekarang jika tidak ingin bangun kesiangan.
"Hmm.... , hati hati lo." Balas Amel seraya mengibaskan tangannya. Amel melirik jam di yang melingkar pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Amel sontak mendengus. Ini masih terlalu awal baginya. Tapi karena ketiga temannya sudah pulang, mau tidak mau Amel juga harus pulang. Ia tidak biasa minum sendirian begini, dan ia juga tidak mau mengambil resiko jika seandainya ia sampai pingsan disini lalu diboyong oleh laki-laki b******k yang kemudian memperko__
Akh......., Amel menggelengkan kepalanya. Baru membayangkan nya saja ia sudah bergidik ngeri.
Ia teguk brandy yang tersisa di dalam gelas kemudian bangkit dari sofa ruangan VIP club.
Amel berjalan keluar dengan sedikit sempoyongan. Kepalanya terasa sedikit pusing karena efek minuman beralkohol yang ia minum.
Sesampai di parkiran, gadis itu merogoh tas nya untuk mencari kunci mobil.
"Aduuuh, kunci mobil gue kemana 'sih? Ckk...'' Sungut gadis itu disertai decakan keras di akhir kalimatnya.
Amel mencari di seluruh ruang tasnya, namun ia tidak juga menemukan kunci yang ia cari.
" Ah, sial. Kayanya ketinggalan di dalem deh. " Sungut gadis itu geram ketika menyadari kunci mobilnya yang ia yakini pasti tertinggal di meja saat ia minum.
Dengan kepala pusing, Amel terpaksa memutar tubuhnya untuk kembali masuk. Tapi langkahnya tertatih akibat heels nya yang hampir copot. Maklumlah, ia memakai barang kawe, bukan ori. Jadi ia harus terima konsekuensi sewaktu waktu heels dengan panjang sepuluh senti itu copot di saat seperti ini.
"Bangke emang! Heels gue pake mau copot segala! " Gerutunya.
Amel menunduk, ia berniat untuk melepas alas kakinya saja. Ia lebih baik masuk tanpa alas kaki daripada memakai alas kaki tapi heels nya copot sebelah.
Kan lucu!
Masa bodohlah dengan tanggapan orang padanya karena nyeker. Yang terpenting ia harus menemukan kunci mobilnya agar ia bisa pulang sekarang.
Baru saja tangan Amel terulur kebawah, tiba tiba seseorang tidak sengaja menyenggol dirinya hingga ia jatuh terduduk di tanah.
"Aww..... " Ringis gadis itu. Heels yang hendak ia lepas itu langsung copot dari tempatnya sebelum ia lepas dari kakinya.
"Sorry..., gue nggak sengaja. Lo nggak apa-apa? " Tutur si pelaku penabrak Amel.
Amel mendongak, nafasnya naik turun dan siap mengoceh.
"Lo punya mat__" Rahang Amel sontak terkatup diam ketika melihat sang pelaku yang menabraknya itu ternyata adalah sosok yang tampan dan berdemage.
"Anjir! Nih cowok gans banget! Kesempatan nih! " Timbulah secercah trik lebay andalan kaum jomblo ala Amel.
"Aduh aduuh....., kaki gue kayanya keseleo deh. Sakit banget.....! " Dimulailah drama Korea dari sang artis dadakan yang amatiran. Amel memegang kakinya, mendramatisir seolah-olah sedang kesakitan dan patah tulang.
Laki laki yang belum diketahui namanya itu lantas berjongkok, melihat keadaan kaki Amel.
"Terus gue harus gimana? Apa kita ke rumah sakit aja? " Tanyanya sedikit panik. Akting Amel memang luar binasa. Lelaki itu sampai panik dibuatnya.
Amel gelagapan.
"Nggak gue nggak mau kerumah sakit. " Tolak nya cepat. Bukan ini yang ia mau.
"Terus lo mau gue gimana? " Tanya lelaki itu bingung. Apa yang harus ia lakukan?
"Ya lo harus tetep tanggung jawab! Gendong gue. Dan karena kunci mobil gue ilang lo harus anterin gue pulang. " Lontar Amel tanpa malu dan sungkan. Ia sudah tidak mempedulikan kunci mobilnya lagi. Jika triknya berhasil, ia tinggal meminta security club untuk mencari kunci mobil dan mengamankan nya. Gampang 'kan? Sedikit licik memang, tapi demi misi untuk mendapatkan lelaki tampan itu memang harus menggunakan sedikit trik licik dan lebay. Maklum, korban drakor!
Lelaki itu mengangkat alisnya.
"Nih cewek waras apa nggak, sih? " Batin lelaki itu menggerutu. Menurutnya Amel terlalu berlebihan. Ia hanya tersenggol, kakinya bahkan terlihat baik-baik saja.
"Gue cuma nggak sengaja nabrak lo, kenapa gue harus anter lo pulang? " Protes lelaki itu. Perasaan Amel hanya terjatuh dengan pelan, kenapa jadi berbuntut sampai harus di antar pulang segala? Bukankah ia sendiri sudah menawarkan untuk kerumah sakit?
Amel memutar bola matanya.
"Tadi kan' lo sendiri yang bilang mau tanggung jawab! Nah, sekarang gue mau lo anterin gue pulang. " Ujar Amel menerangkan. Padahal sebenarnya kakinya tidak sakit sama sekali. Sedikit berbohong tidak masalah, kan? Kapan lagi ia bisa mendapatkan kesempatan berduaan dengan cowok ganteng. Kalo perlu Amel gebet deh ni cowok ganteng yang memang sesuai dengan kriteria nya.
"Gue kan bisa pesenin lo taksi? " Lelaki itu memberi saran. Ia bukan ingin melepas tanggung jawabnya. Hanya saja, keinginan Amel tidak bisa ia turuti. Jujur saja, ia sedang terburu buru sekarang.
"Nggak bisa! " Tolak Amel cepat dan tegas.
"Kenapa nggak bisa? "
Amel mengerjap dan kikuk sendiri.
"I-iya pokok nya nggak bisa. Karena kaki gue sakit. " Jawabnya beralasan.
Lelaki tampan dengan kaos polos dan celana jeans hitam itu lantas tersenyum miring.
"Lo pasti becanda 'kan? Masa cuma segitu doang sampe sakit dan harus gue anter pulang? " Ujarnya sarkastik.
"Gue nggak becanda! Kaki gue emang benaran sakit kok. Lo liat aja 'nih, heels gue sampe copot. " Amel menunjukkan hellsa yang sudah copot.
"Aduuuuh....sakit banget, aduuuh.... " Lanjutnya lagi mendramatisir memegang kakinya. Amel benar benar pantas mendapatkan piala Oscar atas bakat aktingnya.
Lelaki itu menghela nafas, mencoba bersabar dengan kelebay_an gadis di depannya ini.
"Oke oke. Gue anter lo pulang sekarang. " Putusnya pada akhirnya. Lalu memapah Amel untuk bangkit dan berjalan menuju mobilnya.
"Yes! Rencana berhasil! " Batin Amel berteriak senang.
Di dalam mobil, Amel selalu berusaha mencuri pandang pada lelaki yang sedang menyetir itu. Tidak ada percakapan sama sekali antar keduanya. Bisa Amel tebak jika lelaki ini memang terlibat sedikit dingin. Tapi itulah yang menjadi daya tarik untuk Amel. Amel sudah bertekad, ia harus meen dapatkan lelaki ini bagaimanapun caranya.
"Rumah lo dimana? " Tanya lelaki itu dan otomatis membuyarkan lamunan Amel.
"Di jalan manggis. " Jawab Amel cepat
"Oh, oke. " Lelaki itu mengangguk tanpa bertanya lebih panjang lagi.
"Sebelah mana? " Tanya lelaki itu lagi ketika mobilnya melewati jalan yang Amel sebutkan.
"Belok kanan, nanti ada pagar warna gold, itu rumah gue. " Tunjuk Amel pada jalan di depan sana.
Sampailah mobil itu pada sebuah rumah dengan gerbang berwarna gold seperti penjelasan Amel tadi.
"Disini? " Tanya lelaki itu memastikan.
"Iya." Amel mengangguk.
Amel hendak membuka pintu, namun lelaki itu mencegahnya.
"Tunggu, biar gue yang bukain. " Ujarnya.
"Aah... So sweet banget.... Jadi pengen cium. " Cicit Amel pelan yang untung saja tidak di dengar oleh lelaki itu karena ia sudah turun lebih dulu membukakan pintu untuk Amel.
"Ayo, biar gue bantu lo masuk. " Lelaki itu menyodorkan tangannya untuk memapah Amel masuk.
Amel jelas langsung sumringah.
"Makasi... " Balasnya. Ia jadi merasa seperti sedang menjadi cinderella saja. Cinderella dengan hells yang copot, bukan sepatu kaca yang terlepas.
"Uuuh, badannya wangi banget, njir. " Batin Amel sambil mengendus aroma parfum yang terkuar dari tubuh si lelaki yang mulai detik ini sudah ia cap sebagai pujaan hatinya.
Lelaki itu melepas papahannya didepan pintu utama rumah Amel.
Amel tersenyum sambil menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.
"Makasi ya. Dan maaf jadi harus ngerepotin kamu. Sering-sering ya! " Ujar Amel membeo.
"Hah?! " Lelaki itu tercengang seketika.
Amel menggeleng sambil menyengir.
"Nggak, maksud gue sekali lagi makasi. Dan sorry kalo gue harus ngerepotin lo. "
Lelaki itu mengangguk.
"Iya, gue juga minta maaf karena kecerobohan gue kaki lo jadi kena imbasnya. "
"Hehehe..., nggak apa-apa kok. Selama yang nabrak orangnya seganteng kamu. " Cicit Amel tanpa malu. Namanya juga jomblo, kalau lihat yang bening-bening seperti air pegunungan begini biasanya jadi tidak tau diri. Hadeuuuh!!!
"Kalo gitu gue pamit. " Ujar lelaki itu.
"Iya. Hati-hati. " Balas Amel seraya berdadah ria menatap punggung lebar lelaki itu yang semakin jauh.
Amel pun masuk kedalam rumahnya sambil berjoged senang. Tapi ia merasa jika ada sesuatu yang ia lupakan.
"Anjir, gue lupa kenalan dan minta nomor hapenya. Aduh Amel..., kenapa lo bisa segoblok ini 'sih??? " Monolognya sambil menepuk jidatnya. Saking terpesona dan terlalu berangan-angan terlalu tinggi, Amel sampai melupakan jaln utama yang harus ia lakukan. Jika begini, bagaimana caranya ia mendekati lelaki tadi??
Terlalu halu memang membuat seseorang jadi bodoh. Dan Amel lah contohnya.