MARKONAH

1267 Kata
Amel terbangun ketika ketika sinar matahari pagi yang menyusup masuk melalui celah-celah jendela kamarnya mengenai kelopak matanya. Gadis itu mengerjap perlahan. Membuka kelopak matanya, lalu ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Amel lantas beringsut sambil menguap. Ia harus segera membersihkan diri dan berangkat bekerja. Walau masih mengantuk, ia harus tetap memaksa dirinya untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemilik sebuah toko online. Amel menenggak segelas air putih di atas nakas sebelum bergegas ke kamar mandi. Selanjutnya, ia bangkit dan berjalan kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Amel membuka pakaiannya, namun ia tersentak ketika sebuah liontin dengan inisial huruf B itu terjatuh. Amel memungut liontin itu. Sepertinya liontin itu tersangkut di atasan rajut miliknya. Tapi siapa pemilik liontin ini? Apa mungkin salah satu temannya? Amel tidak pernah melihatnya sebelumnya. Jadi tidak mungkin milik ketiga temannya. Lalu siapa? Apa mungkin milik lelaki tampan semalam? Oh Tuhan, pasti dia. Itu pasti miliknya! Apa mungkin B ini adalah inisial namanya? Bisa jadi! Mungkin saja namanya Beni, Bimo, atau Brian. Pasti salah satunya. Yang jelas Amel jadi memiliki petunjuk sekarang. Amel lantas buru-buru mandi. Ia harus segera berangkat bekerja. Mungkin setelah pulang dari toko nanti, ia bisa melanjutkan pencarian lagi mengenai lelaki pujaan hatinya itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Artinya Amel harus segera mengakhiri pekerjaannya untuk hari ini. Semua karyawan di tokonya bahkan sudah pulang. Sedangkan Amel masih didalam ruang kerjanya untuk membereskan barangnya. Gadis itu kemudian meraih ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana. Amel "Ntar malem ke club kuy! " Jisa Kang NGAYAL "Gue nggak bisa! Malem ini gue ada acara keluarga. Sorry! " Erfi Lemot "Gue juga nggak bisa. Gue udah janji mau temenin nyokap ke rumah sakit buat jenguk temennya. " Anggun My Queen "Sorry, malem ini schedule drakor favorite gue. Dan ini adalah partai endingnya. " Amel "Nyebelin lo semua! " Amel menyudahi ketikannya di layar ponsel. Gadis itu melempar ponselnya keatas meja lalu mengacak rambutnya kesal. Ia sengaja mengajak teman-temannya berkumpul malam ini untuk melanjutkan pencarian mengenai pujaan hatinya semalam. Halusinasinya yang terlalu tinggi itu membuat dirinya jadi bodoh dan lupa akan tujuannya. Dan sekarang, ia bingung sendiri. Ia tidak memiliki petunjuk sama sekali tentang pujaannya itu. Bahkan nama sekalipun. Lalu bagaimana ia akan melanjutkan misinya? Petunjuk satu-satunya hanya tempat pertemuannya. Yaitu club. Amel yakin, ia pasti bisa menemukan pujaan hatinya itu disana. Mau tidak mau, rela tidak rela. Amel harus duduk sendiri dan menunggu seorang diri di club. Ketiga temannya tidak dapat ia ajak kemari. Alhasil, dirinya harus minum disini seorang diri. Tapi Amel hanya memesan satu botol bir saja. Ia harus mengantisipasi dirinya agar tidak mabuk. Ingat, tujuan kesini adalah untuk menemukan pujaan hatinya. Bukan untuk minum dan mabuk. Amel melihat jam dinoergelangan tangannya. Ia kemudian mendesah. Sudah dua jam ia disini tapi ia belum juga melihat batang hidung orang yang ia cari. Amel jadi putus asa. Apa harus sesusah ini ia mencari? Apa dia pulang saja dan melupakan pujaan hatinya itu? Amel menggelengkan kepalanya. Tidak! Ia tidak boleh menyerah begitu saja. Ia akan terus mencari pujaan hatinya sampai ketemu. Amel memang keras kepala! Amel kembali menuangkan bir ke dalam gelasnya lalu meneguk isinya perlahan. "Lima juta dan lo harus berpura-pura jadi pacar gue! " Bisik seseorang dari belakang yang sontak membuat Amel menoleh. "Lo siapa? Gue nggak ke__" "Sayang... " Panggil lelaki itu lembut lalu merangkul Amel tanpa ijin. Amel sontak terkejut. "Lo apa-apaan, sih? Gue nggak kenal sama lo! " Desis Amel meronta agar lepas dari lelaki kurang ajar yang sok kenal itu. Mana pake peluk-pelukan segala, lagi? "Dia siapa Dika? Cewek ini siapa? " Tanya cewek yang tiba-tiba datang entah darimana. Gadis itu menunjuk Amel. "Dia pacar baru gue. Kenapa? Lo mau protes? " Balas lelaki yang bernama Dika itu tegas. Amel yang tidak mengerti apa-apa hanya mengangkat alis dan melotot. Drama apa yang sedang terjadi? "Lo jahat Dik, lo jahat! Padahal selama ini gue sayang banget sama lo. " Pungkas gadis itu sambil terisak di tempatnya. Dika tersenyum miring. "Sekarang lo udah tau kalo gue udah punya yang baru. Jadi ada baiknya lo lupain gue. " Lontar lelaki itu tanpa perasaan. "Gue nggak mau Dik, gue nggak mau! " Gadis itu menolak. Amel memutar bola matanya malas. Ia paling tidak suka dengan drama termehek-mehek seperti ini. Harga dirinya sebagai seorang perempuan terasa ikut terinjak dengan gadis di depannya ini yang terlihat begitu mengemis cinta. "Heh! Lo jadi cewek jangan murahan, please...! Udah jelas di tolak masih aja ngemis! " Cibir Amel seraya meneguk minumannya dengan santai. "Diem lo! " Sontak gadis itu. "Kalo gue nggak mau, kenapa? Lo mau ngajak gue ribut? Iya? " Balas Amel menantang tanpa takut. Ia sudah biasa berhadapan dengan cewek seperti ini. Dan ia tidak pernah takut sama sekali dengan itu. "Oke, gue ledenin! " Lontar Amel lalu beranjak dari tempatnya. Namun baru saja ia akan melangkah menghampiri gadis itu, si gadis pengemis cinta itu justru ngibrit pergi. Mungkin ia takut pada Amel yang garang. "Hahahaha..... " Dika tergelak di tempatnya. "Mampus tuh cewek! Udah gue bilang jangan deketin gue masih aja kegatelan! " Tuturnya. Amel kembali duduk di kursinya sambil memutar bola matanya. Gadis itu mengangkat satu sudut bibirnya sambil berdecih. "Dasar buaya! " Cibirnya pelan. Tidak heran, disini memang tempatnya para buaya seperti Dika berkumpul. Dan Amel sidah hafal betul ciri-ciri buaya disini. Dan Dika adalah salah satu contohnya. Menyebalkan! Dika melirik Amel yang nampak santai meminum birnya. "Oh ya, kenalin. " Dika menyodorkan jabatan tangan kearah Amel. "Nama gue Dika. " Ucap lelaki itu. Amel melihat tangan Dika lalu melengos. Tak berminat membalas sama sekali. "Udah tau gue. " Ujarnya. Tanpa Dika sebutkan, Amel juga sudah tau namanya karena tadi gadis itu sudah menyebutkan nama buaya ini. Dika mengangguk, lalu menarik tangannya. "Nama lo siapa? " Tanyanya. "Markonah." Sahut Amel asal tanpa menoleh. Ia sangat tidak suka dengan tipe laki-laki yang sok kenal dan asal main peluk seperti Dika ini. Dia terkekeh geli. Ia merasa lucu dengan Amel yang cuek. "Gue nanyanya serius. Masa jawabnya becanda? " Cibir lelaki itu. Sementara Amel hanya mengedikkan bahunya acuh. "Oh iya, nih cek buat lo. " Dika menyodorkan selembar cek pada Amel. Disana tertulis nominal juta rupiah seperti yang dijanjikan Dika tadi. "Gue nggak minta. " Balas Amel masih acuh. Amel akui, ia memang matre. Tapi, ia tidak segampang itu untuk menerima uang dari orang yang tidak ia kenal. "Tapi lo udah tolongin gue. " Ujar Dika. Amel menoleh dengan wajah datar. "Gue nggak tolongin elo, kok. Gue cuma tolongin cewek itu supaya nyadar aja. Buaya macem kek lo ini nggak pantes buat dia kejer-kejer kaya gitu. " Tuturnya menjelaskan. "Waah, lo tau gue buaya darimana? " Bukannya merasa tersinggung, Dika justru semakin menggoda Amel. "Keliatan karena lo punya ekor. " Balas Amel. "Enak aja. Gue mana ada ekor. " Protes Dika tak terima. Sejak kapan ia memiliki ekor. Dia kan' buaya buntung! Eh... Amel memutar bola matanya. Ia jengah sekali. Niatnya kesini hanya untuk mencari pujaan hatinya. Tapi kenapa ia harian ketemu sama buaya darat disini? "Tau deh, gue males ladenin lo. Mending lo pergi aja. Gue nggak mau diganggu. " Usir Amel to the point. "Uuuh, galak banget sih, neng. Tapi gue suka yang galak kaya gini. " Ujar Dika sambil tersenyum menggoda. "Dik, ternyata lo disini? " Seseorang menghampiri Dika. Oh My Good..., jantung Amel ingin melompat ketika mendengar suara halus itu. Ia hafal, suara itu pasti milik pujaan hatinya yang sedang ia cari. Amel sontak memutar badannya cepat. Benar saja, lelaki yang baru saja memanggil Dika itu adalah pujaan hatinya. Tapi tunggu dulu, kenapa dia mengenal Dika? Apa hubungan mereka? Apa jangan-jangan ia adalah temannya Dika?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN