Chapter 4

1492 Kata
"Selamat pagi Tuan dan Nyonya Lincoln, suatu kehormatan bagi diriku dapat bertemu anda pagi ini." Dengan penuh percaya dirinya pria gila itu menyapa kedua orang tua ku. Demi Tuhan bisakah pria ini menyingkir saja dari dunia ini?! "Senang bertemu denganmu nak, kau?" "Saya William Nash Maxwell Tuan Lincoln, dan putrimu ini telah mencuri hati saya sejak lama sekali jika saya boleh jujur." Tersenyum miring, pria itu benar-benar membuatku ingin menjambak rambut coklatnya saat ini juga. Entah mimpi gila apa yang telah datang pada malamku, hingga dapat menghadirkan sesosok mahluk tampan tapi begitu menyeramkan ini. Kami telah berdebat cukup lama ketika kami singgah di sebuah butik ternama kepercayannya untuk membelikanku sepotong gaun karena harga yang harus ia keluarkan untuk membeli gaun yang kini melekat begitu pas ditubuhku. Dia mengeluarkan uangnya dengan nominal besar hanya untuk membelikan sebuah gaun bagi wanita asing yang tidur bersamanya dengan keadaan nyaris telanjang. s**t! Apakah itu hanya untuk ajang gengsinya menunjukkan bahwa dirinya begitu kaya dan menggiurkan? Sial! Aku sadar apa tatapan yang kini kedua orang tuaku tunjukkan padaku. Mereka menuntut penjelasan padaku! Dengan kesal aku melayangkan sebuah pukulan pada lengan kanannya, membuat pria itu terkejut. "Kau gila! Aku sama sekali tidak mengenalmu! Dan jangan mengada-ngada mengatakan bahwa kau menyukaiku!!" pekik ku dihadapannya dengan begitu lantang. Kedua orang tua ku hanya terdiam, melihat aksi kami. "Sayang, kau masih marah karena aku meninggalkanmu belanja ke supermarket tadi pagi ketika kau masih tertidur hmm? Kumohon, itu hanyalah masalah sepele untuk membuatmu begitu marah dan berpura-pura tidak mengenal diriku." Demi lumut hijau yang tak tahu diri, pria ini begitu pandai berkhayal dan bersandiwara disini! Sebenarnya apa yang pria itu inginkan dengan bertingkah seperti ini?! "Jangan bers-" "Hillary, jangan berteriak-teriak sayang. Sebaiknya kita masuk, dan bicarakan hal ini dengan baik-baik dan jelas." Sela Mommy sebelum aku mengeluarkan sumpah serapahku pada pria yang kini menyeringai lebar padaku. “Kami tidak tau jika Hillary akan se-sensitif itu karena ditinggal ke Supermarket. Kurasa cinta merubah segalanya.” Goda Mommy padaku yang semakin membuatku menahan diri untuk tidak naik pitam karena ulah sandiwara pria gila ini. “Hm, saya sudah terbiasa dengan sifat unik Hillary yang satu itu Mrs.” "Demi Tuhan William bisakah kau pergi dari rumahku saat ini juga? Kau hanya berkata ingin mengantarku! Bukan untuk bertamu kerumahku dengan tingkah gila mu ini!!" bentak ku pada William ketika kedua orang tuaku telah berlalu untuk kembali kedalam rumah. "Tidak sayang, aku berkata aku akan mengantarkanmu dan mungkin akan melakukan beberapa hal yang menyenangkan, dan bertamu serta menemui orang tua mu termasuk kedalam hal menyenangkan yang akan ku lakukan setelah mengantarmu selamat hingga kedalam rumahmu." Sautnya panjang lebar yang hanya membuahkan sebuah dengusan kekesalanku padanya. Kuputuskan untuk berjalan meninggalkannya menuju kedalam rumahku, berlalu dari pria aneh itu tanpa memperdulikannya. "Duduklah" sela mommy membuatku mengerutkan keningku bingung kemudian mendapatkan jawabannya ketika aku menengokkan kepalaku kebelakang, dan menemukan pria itu yang ternyata mengikuti langkahku dan dengan begitu percaya dirinya ia menarik lengan atasku untuk mengikuti dirinya duduk di sofa ruang tengah rumahku disampingnya. "Jadi ada masalah apa diantara kalian berdua hm?" Tanya mommy dengan tatapan menyelidiknya pada William yang ada disampingku. Dan dapat kulihat dengan jelas bahwa William baru saja menampakkan sebuah ekspresi kesedihan diwajahnya kemudian menatap kedua orang tuaku secara bergantian. Pria sialan pandai ber-akting!! "Kami tidak- " "Sayang, biarkan aku menjelaskan pada orang tuamu." Sela William ketika aku akan menyelesaikan sebuah penyangkalan terhadap pria itu. Ada apa dengan mulut menyebalkannya yang tak berhenti memanggilku dengan kata sayang? "Benar Hillary sayang, biarkan dia saja yang menjelaskan kepada kami." Ucap Daddy yang membuatku tak berkutik. Aku hanya dapat memikirkan beberapa cara untuk melenyapkan pria gila yang ada disampingku ini. "Sebelumnya maafkan saya karena telah mengganggu minggu pagi anda dengan masalah yang terjadi antara saya dengan putri anda Tuan Lincoln. Namun sebenarnya ini bukanlah hal yang begitu rumit, Hillary hanya semakin sensitive setelah kedatangan saya kembali ke Birmingham untuk mengunjunginya. Ia menjadi mudah khawatir ketika saya tinggalkan sebentar saja." Jelas pria itu dengan mudah seolah-olah itu adalah sebuah kejadian nyata yang benar-benar terjadi diantara kami berdua. Dan aku hanya dapat menganga tak percaya pada pria itu. Seberapa parah kah kegilaan pria tampan disampingku ini? Kulihat dari ekor mataku jika mommy ku menatapku dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tunggu sebentar, kau datang ke Birmingham untuk mengunjungi putriku? Jadi kau tidak berasal dari Birmingham?" Tanya mommy dengan rasa ingin tau nya. "Saya berasal dari New York nyonya Lincoln" jelas William membuatku terkejut. Hey? Apa yang dilakukan seorang pria New York setengah sadar ini di Birmingham? Apakah tujuannya ke Birmingham hanya untuk melakukan sebuah kegilaan? Sebuah nada dering ponsel menghentikan pertanyaan yang akan kembali terlontar dari bibir mommy. Syukurlah. Dapat kulihat mommy mulai berbicara dengan seseorang yang menghubunginya melalui saluran telefon tersebut, kemudian menatap Daddy ketika panggilan telefon tersebut terputus. Ada apa? "Okay, kami harus pergi ke acara bakti social sebuah panti asuhan sayang." Terang mommy padaku membuatku menghela nafas, hey! Aku baru saja pulang dan mommy akan pergi? "Iya sayang, segera selesaikan masalah kalian berdua dan kembali temui Daddy dan Mommy setelah masalah kalian selesai. Dan jangan sering-sering berdebat! Kalian sudah terlalu dewasa untuk memperdebatkan hal sepele seperti yang baru saja kami dengar dari William." - #Author POV Selepas kepergian kedua orang tua Hillary, William Nampak enggan untuk meninggalkan kediaman gadis itu meski Hillary telah berkali-kali membujuk William. Kemudian, dengan segala kekesalannya pun Hillary beranjak dari duduknya, berjalan dengan kaki menghentak-hentak tanpa memperdulikan William yang memanggil-manggil dirinya. Hillary pun memutuskan untuk mandi, mungkin dengan berendam air hangat dapat membuatnya melupakan segala emosi yang meluap-luap pada dirinya. Setelah 20 menit berlalu, Hillary pun memutuskan untuk menyudahi acara berendamnya kali ini. Gadis itupun berjalan menuju pintu Walk-in Closet yang juga berada satu ruangan dengan kamarnya, kemudian memilih sebuah gaun mini-nya yang berwarna hitam. Sudah menjadi suatu kebiasaan bagi Hillary untuk menggunakan sejenis lingerie tersebut ketika ia ingin bersantai dirumah, atau dengan hotpants dan tanktop ketatnya. Hillary pun berjalan menuju ranjang super besar yang ada dikamarnya tersebut, kemudian merebahkan diri. Tidak dipungkiri jika kepalanya masih terasa pusing akibat kecerobohannya semalam, mabuk hingga membuat dirinya sendiri hang over dan terjebak dengan pria gila macam William. Bicara soal pria gila itu, Hillary mendesah lega berfikir jika pria itu telah pergi dari rumahnya. Akhirnya ia bisa terbebas dari pria itu, dan dirinya hanya perlu menjelaskan kepada Mommy dan Daddy-nya jika pria itu hanya pria aneh yang ingin menjebaknya. Gadis itu akhirnya memilih kembali memejamkan matanya untuk beristirahat, berharap dirinya akan terbangun dengan keadaan lebih baik dan tidak merasa pusing. Ketika matanya mulai terpejam, gadis itu merasakan ada seseorang yang tengah menatapnya namun tetap ia abaikan. Hanya ilusi hm? Mungkin itu efek dari hang over nya yang keterlaluan. Setelah kesadarannya hampir terenggut, gadis itu justru merasakan jika ada seseorang yang bergerak diatas ranjangnya, kemudian mengangkat kepalanya untuk bergeser kedalam dekapan seseorang tersebut. Heyy, apa efek mabuknya semalam bisa seketerlaluan ini? Bisakah ia menyudahi saja? Dengan desahan kesalnya Hillary pun kembali membuka matanya dan terkejut seketika melihat William dihadapannya, memeluk dan menatap dirinya dengan senyuman lembut. "Kau.." "Ssst... tidurlah. Aku akan disini. Aku tau kau masih pusing, jadi beristirahatlah sekarang, dan aku tidak akan melakukan apapun seperti yang kau takutkan. Jadi ikuti perintahku, tidurlah." Perintah William halus dengan tangannya yang bergerak mengusap lembut kepala Hillary, membuat Hillary tanpa sadar mematuhi perintah William, kemudian terlelap dengan William yang senantiasa mengecupi puncak kepala Hillary dan tangannya yang tak berhenti mengusap surai panjang Hillary. - Sementara itu, rupanya Tn. Dan Ny. Lincoln telah kembali dari kegiatan bakti social mereka. Namun mereka tak menemukan keberadaan Hillary serta William di ruang tamu hingga membuat keduanya pun mencoba untuk menuju kamar Hillary, dan menemukan bahwa putrinya tengah terlelap dalam dekapan William, dengan keadaan pria itu yang masih terus mengusap lembut surai Hillary serta dengan kecupan yang berkali-kali mendarat dipuncak kepala Hillary. Melihat itupun Tn. Dan Ny. Lincoln saling berpandangan, kemudian tersenyum. William yang baru menyadari kehadiran kedua orang tua Hillary pun terkejut, tentu saja pria itu takut jika kedua orang tua Hillary berfikiran negative tentang keberadaannya diranjang Hill dan tidur bersama gadis itu. Hey, William tentu saja merasa takut jika kedua orang tua Hillary membencinya dan tidak merestui dirinya dengan Hillary, itu akan menjadi bencana baginya. Namun yang William dapati justru senyuman dari kedua orang tua Hillary, dan menyuruh pria itu untuk tetap tenang dan tidak panik agar tidak membuat Hillary terbangun. "Tak apa, kau tak perlu sungkan pada kami nak. Kami memaklumi" ucap Tn. Lincoln membuat William bernafas lega. "Benar, dan kami harap jika kau tak akan mempermainkan perasaan putri kami yang sangat berharga itu." Sambung Ny. Lincoln, William tersenyum kemudian menggeleng, dengan mantap pria itu menatap kedua orang tua Hillary. "Tentu tidak Tn, Ny, aku akan selalu berharap jika Hillary dapat selalu berbahagia bersamaku. Aku begitu mencintai putrimu ini, bolehkah?" Tanya William yang dibalas dengan anggukan serta senyuman dari Tn. Dan Ny. Lincoln. Kemudian Tn. Dan Ny. Lincoln pun memutuskan untuk meninggalkan William dengan Hillary. "Ternyata putri kita sudah dewasa." "Ya, dan aku masih terkejut jika akhirnya putri kita menemukan sosok pria idamannya secepat ini."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN