Chapter 5

1026 Kata
"Tentu tidak Tuan, Nyonya, aku akan selalu berharap jika Hillary dapat selalu berbahagia bersamaku. Aku begitu mencintai putrimu ini, bolehkah?" Tanya William yang dibalas dengan anggukan serta senyuman dari Tn. Dan Ny. Lincoln. Kemudian Tn. Dan Ny. Lincoln pun memutuskan untuk meninggalkan William dengan Hillary. "Ternyata putri kita sudah dewasa." "Ya, dan aku masih terkejut jika akhirnya putri kita menemukan sosok pria idamannya secepat ini." - "Night sweetie..." bisik William ketika Hillary mengerjap-ngerjapkan matanya, terjaga dari tidurnya. Kedua mata gadis itu membulat sempurna menyadari jika pria gila yang sempat mengusiknya sedari pagi masih setia menungguinya tertidur. Halusinasi lagi? "Aku ada didepanmu sayang, dan ini bukan hanya halusinasi." Ucap William seolah tau apa yang Hillary fikirkan saat ini. Dengan keras Hillary melayangkan pukulannya pada lengan William, meskipun tak berpengaruh besar bagi William karena tangan Hillary yang terlalu mungil untuk dapat melukainya. "Apa yang kau lakukan disini?!" seru Hillary dengan raut wajah kesalnya. Ohh, Hillary yang lemah telah kembali menjadi Singa liar yang siap mencabik William. "Tentu saja menemanimu tertidur. Apa lagi yang kau harapkan hmm? Atau kau mengharapkan kita melakukan suatu kegiatan panas sebelum tidur?" goda William dengan menaik turunkan alisnya, membuat sebuah guling melayang dan mendarat dikepalanya. Hillary memukul-mukulkan guling itu pada William. "Sialan! Dasar manusia m***m!" pekik Hillary membuat William tergelak tawa, pria itupun menahan kedua tangan Hillary kemudian bergerak untuk menindih gadis itu diatas ranjang berukuran King Size tersebut. "Kau bilang aku m***m hee? Bagaimana dengan ini?" pria itupun menggelitiki pinggang Hillary, membuat Hillary tertawa geli dan menggeliatkan tubuhnya menghindari tangan William yang bergerak aktif pada tubuhnya. Tanpa diduga, Hillary bergerak mendorong tubuh William yang ada diatasnya, kemudian menaiki pria itu. Dengan seringaian liciknya, Hillary berusaha menahan kedua tangan William untuk tetap berada disisi kepalanya. "Sekarang giliranmu pria m***m!" Hillary menggelitik pinggang William dengan tangan kirinya, membuat pria itu bergerak liar menghindari jemari lentik milik Hillary yang menggelitik sekaligus menggairahkan dirinya. "Ahh!" pekik Hillary terkejut, ketika kedua paha William yang dijadikannya tempat duduk tiba-tiba menyentakkan dirinya kedepan dengan kedua tangan William yang sudah bertengger menangkup pantatnya. Dan sialnya lagi ketika dirinya lengah melepaskan kedua tangan William, membuat William berhasil meraih tengkuknya dan mendaratkan sebuah ciuman liar pada bibirnya. Melumat perlahan namun begitu dalam, berusaha menariknya bangkit mengikuti pusaran gairah. "Eunghh..." untuk kedua kalinya Hillary terkejut, William kembali menyentak-nyentakkan tubuh bagian bawahnya. Membuat sesuatu yang menjulang diantara selangkangannya berkali-kali bergerak menyentuh pantatnya. "Hillary ayo kita din-Oh! God!" pekik seseorang yang tiba-tiba membuka pintu kamar Hillary membuat William dengan terpaksa melepaskan pagutannya pada bibir Hillary serta gerakan menyentaknya pada bagian bawah tubuhnya. Ia dapat melihat Ny. Lincoln tengah menganga terkejut diambang pintu kamar Hillary dan Hillary yang tengah memerah malu diatas tubuhnya. "Oh, sorry... maafkan mommy mengganggu, tapi kalian bisa turun untuk makan malam, setelah urusan kalian selesai" Ny. Lincoln berucap dengan menahan tawa gelinya ketika menatap ekspresi 2 orang yang ada dihadapannya itu. "Baiklah Nyonya, kami akan segera turun menyusul anda." Balas William dengan senyumannya. Ny. Lincoln pun keluar dari kamar itu, menyisakan Hillary yang menghembuskan nafas dengan kesal serta William yang tersenyum puas. "Aku seperti orang tak punya malu gara-gara kau! Sialan sekali!" “ Kata-kata dari bibirmu sangat tajam, membuatku ingin melumatmu ganas” - "Jadi kalian sudah menyelesaikan masalah kalian berdua?" Tanya Ny. Lincoln disela-sela makan malam mereka berempat. (Tn. Lincoln, Ny. Lincoln, Hillary, William) William menyeringai, tersenyum penuh arti ketika melihat Hillary tersedak. "Uhukk! Uhuk!!" William meraih segelas air putih,kemudian menyodorkannya pada Hillary yang dengan segera diserobot oleh gadis itu. "Pelan-pelan sayang." Ucap William, membuat Tn. dan Ny. Lincoln tersenyum penuh arti, sementara Hillary? Gadis itu masih meminum air putih dengan matanya yang melotot pada William. "Jadi, kau berasal dari New York nak?" Tanya Ny. Lincoln pada William membuat pria itu tersenyum dan mengangguk sopan, Hillary mendengus kesal melihat hal itu. "Ya Ny. Lincoln, dan kebetulan saya memiliki jadwal business trip di Birmingham saat ini. Saya begitu bersyukur dapat kembali menemui putri anda sebelum dia melubangi kepala saya dengan tatapan tajamnya." Kedua orang paruhbaya itu tertawa geli, kemudian menatap putrinya yang kini tengah melotot pada William. Membenarkan apa yang dikatakan pria itu. "Kurasa putriku menjadi singa jika didekatmu nak" timpal Tn. Lincoln. Hillary mencebikkan bibirnya, kesal dengan penuturan orang tuanya. Melihat Hillary yang mencebikkan bibirnya, tanpa bisa ditahan jari telunjuk William bergerak mengusap bibir Hillary. "Jangan seperti itu." ucap William membuat gadis itu mencengkeram jari William dengan gemas. Hillary benar-benar kesal dengan tingkah pria gila yang ada disampingnya ini. "Ekhem.. jangan lupakan keberadaan kami disini anak-anak" Hillary menghembuskan nafasnya, terlalu lelah menghadapi manusia-manusia dihadapannya. - "Pulanglah" ucap Hillary ketika gadis itu berada ditaman rumahnya dengan William yang kembali menghampirinya setelah makan malam mereka. "Kau mengusirku?" Hillary menatap William dengan heran. Ada apa dengan pria ini? Bukankah semenjak tadi pagi ia telah mengusir pria itu? Dan sekarang pria itu kembali menanyakannya? "Aku sudah mengatakannya sejak tadi pagi jika kau lupa." Acuh Hillary. William menghela nafasnya, butuh perjuangan untuk menjinakkan gadisnya yang keras kepala ini. "Jika aku tidak ingin pulang bagaimana? Apa yang akan kau lakukan?" ucapan itu membuat Hillary menoleh pada William dengan cepat. "Terserah kau saja. Karena aku tidak akan peduli!" Hillary kembali memalingkan wajahnya, seulas seringaian terukir dibibir William. "Benarkah?" gumam William. Pria itu tiba-tiba memegang kepalanya, kemudian memejamkan matanya erat dan mendesis sakit. "Astaga" gumam pria itu lemah. Tangan kanannya mencengkeram kepalanya kuat, seolah mencegah rasa sakit itu menjalar lebih luas pada kepalanya. Hal itu membuat Hillary menolehkan wajahnya, menatap William dengan keningnya yang berkerut. "Arghh.." geram William dengan tubuhnya yang sedikit limbung, melihat hal itu, Hillary dengan panik berlari menghampiri William dan memegang bahu pria itu. "Hey, kau baik-baik saja? Apa yang sakit?" Tanya gadis itu dengan tangan kanannya yang menjalar menuju pipi William, berusaha menerjemahkan apa yang kini pria itu rasakan. "Sakitt.." desis William lirih. Hillary semakin panik dibuatnya. "Tunggu, akan kupanggilkan dokter sekarang. Bersabarlah menahannya sebentar saja." Ucap Hillary kemudian akan berlari meninggalkan William, namun langkahnya terhenti ketika William menahan pergelangan tangannya. "Mengapa kau harus berlari untuk memanggilkanku dokter?" William nampak begitu lemah menatap Hillary. "Oh Tuhan! Mengapa kau harus bertanya? Tentu saja karena aku takut kau kenapa-kenapa, memperdulikan keadaanmu!" saut Hillary merasa frustasi dengan pertanyaan William yang dirasanya tidak masuk akal itu. "Jadi kau perduli padaku?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN