Perlawanan

1031 Kata
Bunyi kretekan tulang berdengung saat kedua kaki bergerak tak beraturan. Ayunan tangan gemetar dengan kulit penuh lebam serta pucat pasi, mengalir darah segar yang terus merembes dari setiap lubang yang merajai tubuhnya. Sementara bagian wajahnya tampak rusak dengan suara serupa serangga yang terus merongrong dari mulutnya. "Hei, apa yang kau lihat! Cepat waspada atau dia akan memakanmu nanti!" Dave, pria bertubuh jangkung itu memberi aba-aba pada Victor yang masih tertegun dengan penampakan Zombie di depannya. "Ambil ini!" Devina, wanita dengan rambut cokelat muda memberikan tongkat besi pada Victor setelah ia memungutnya dari sekitar. Victor yang masih mematung menurut saja. Zombie tadi mulai berjalan mendekat. Mencoba meraih tubuh mereka. Tetapi sang pria dan wanita segera beraksi. Mengayunkan tongkat dan melayangkan pukulan pada sosok zombie tersebut. Berkali-kali mereka memukul tetapi Zombie tersebut masih belum juga tumbang. Sementara Victor masih saja mematung dengan ekspresi tertegun. Kali pertama ia melihat sosok semacam itu yang hanya biasa ia dalam sebuah foto fiksi maupun film. "Berdiri saja tidak akan membuatmu bertahan hidup di keadaan seperti ini, Bung!" ujar Dave pada Victor, dengan menoleh singkat ke arahnya kemudian kembali fokus menyerang zombie tadi. "Tunjukan kekuatanmu sebagai pria! Apa kau tidak malu pada seorang wanita?" Devina yang terus memukuli zombie tersebut ikut menyahut, melayangkan sindiran terhadap Victor. Victor mengerjap. Mencoba melawan rasa gentarnya. Ia harus bertarung hari ini. Setidaknya, demi anaknya yang berada di luar sana. Victor memandangi tangannya yang gemetar memegangi tongkat besi. Lantas ia mengerjap. Meneguhkan hati. Kembali membuka mata dan bergerak maju. Dengan seluruh tenaganya ia mulai mengayunkan tongkat besi tersebut dengan amat keras hingga tepat mengenai kepala zombie. Zombie tersebut tergeletak. Sedikit bergerak sebelum akhirnya tak lagi bernapas. Victor tertegun dengan apa yang baru saja ia lakukan. Seperti tak percaya telah membunuh "seseorang". "Apa yang aku lakukan? Apa aku telah membunuhnya?" tanya Pria itu dengan wajah pucat dan gemetar. Dave yang di depannya bergerak maju. Diikuti oleh Devina. "Ternyata kau hebat juga!" puji wanita itu. Namun tak juga mengindahkan perhatian Victor dari sosok zombie yang tergeletak tak bernyawa. "Aku telah membunuh orang?" ujar Victor gemetar. Merasa sangat panik. "Hei… hei… look at me!" Dave mencoba meraih kepala Victor dan menatanya untuk menatap dirinya. "Kau tidak membunuh seseorang. Dia sudah mati sebelum kau membunuhnya. Kau tahu!" katanya. "M-maksudmu?" Suara Victor seperti tercekat. "Dia sudah menjadi zombie. Dirinya yang sebenarnya sudah mati, lalu berubah menjadi zombie. Setelah itu kau menghabisinya. Itu artinya kau tidak membunuh seseorang. Tenang saja, polisi tidak akan menangkapmu!" Devina menjelaskan hal itu dengan sedikit candaan. "Ini baru satu, kau akan menemukan lebih banyak lagi di luar sana dan kau mungkin akan menghabisinya lebih banyak lagi. Jika kau masih saja ragu atau pun takut, maka mereka yang akan menghabisimu." Pria berbadan kekar itu memberikan pengertian. "Bagaimana semua ini bisa terjadi?" Victor masih belum bisa menerima keadaan jika kotanya, dan mungkin seluruh dunia menjadi seperti ini keadaannya. "Kami tidak tahu. Akibat virus yang melanda, lalu lockdown total, kemudian bencana mulai bermunculan dan orang-orang menjadi zombie." Dave mendengus gusar. "Lalu alien tadi?" Victor menyahut dengan menaikkan kedua belah alisnya. "Sebaiknya kita harus pergi dari sini!" Devina memberi saran. "Teddy!" Baru tersadar akan putranya yang hilang, Victor kembali panik. Menepuk jidat. "Aku harus pergi cepat!" Pria itu bergerak gesit. Berjalan mencari jalan keluar. Sementara Dave dan Devina membuntutinya. "Kita harus hati-hati," bisik Dave begitu mereka sudah mencapai luar ruangan. "Semuanya tampak kosong!" Devina menyahut. "Kosong bukan berarti jauh dari bahaya, Devina!" Dave menimpali. "Sering kali, buaya hidup di danau yang tenang." "Dengar, mobilku ada di sana. Aku harus cepat." Victor membalikkan tubuh. Kedua matanya menatap kedua orang asing yang baru ditemuinya beberapa menit yang lalu. "Apa kalian mau ikut? Atau… pertemuan kita berakhir sampai di sini?" tanyanya pada Dave dan Devina. "Jika kau tidak keberatan!" Devina menyahut cepat sembari berjalan melewati tubuh Victor dengan sedikit menyenggolnya. "Tidak masalah kah kami menumpang sejenak di mobil buntutmu itu?" Dave berkata dengan candaan, dan langsung bergerak maju membuntuti Devina. Victor mengerling dengan tersenyum sumbang kala mendengar ejekan soal mobil buntut. "Serius?" gumamnya dengan menggeleng heran. Mereka bertiga mulai mendekati mobil. Dave memperhatikan mobil itu dengan tatapan aneh. "Kapan kau membelinya?" tanyanya pada Victor sembari membuka pintu depan. "Apa kau membeli mobil ini sepuluh tahun yang lalu? Ku rasa ini mobil keluaran–" Seketika pria itu memotong ucapannya di tenggorokan saat melihat sosok zombie yang ternyata berada dalam mobil sana. "Sial!" Kembali ia menutup pintunya dengan cepat. Namun zombie itu mulai keluar lewat jendela kaca yang dipecahnya. Dari arah lain, yang mendengar keributan, zombie-zombie mulai berdatangan. Bergerak ke arah mereka bertiga dengan gerakan serempak dan wajah yang mengerikan. "Ini jauh lebih buruk dari yang kubayangkan! Kalian waspadalah!" Dave memberi saran. "Apa kau sudah siap, Tuan penakut?" Devina berkata pada Victor tanpa menoleh ke arahnya. "Haruskah aku melawannya lagi?" Victor bertanya ragu sembari memasang posisi siaga. "Yah, jika kau masih ingin bertahan!" kata Dave, lantas mulai melangkah maju. Gegas melayangkan pukulan pada zombie-zombie yang mencoba mendekatinya. "Devina, hati-hati!" Dave berteriak saat salah satu zombie bergerak ke arahnya. "Jangan mencemaskanku!" ujar Devina. Gadis itu menendang keras tubuh zombie dengan kakinya. Memukul kepala manusia setengah hantu itu hingga tengkoraknya pecah. "Ya Tuhan!" Tangan Victor masih saja gemetaran. Tetapi ia harus memerangi zombie tersebut jika ingin bertahan. Segera melangkahkan kaki maju. Mulai memukuli mereka satu-persatu. Bunyi pukulan menggema lekat. Bersamaan dengan darah yang memuncrat hebat. Victor awalnya jijik dan merasa gemetar. Tetapi, sekali lagi ia memantapkan hati dan tekadnya, bahwa yang sedang ia serang saat ini bukanlah manusia. Melainkan jasad-jasad yang telah kehilangan ruh kemudian bangkit menjadi semacam hantu yang dikendalikan oleh sesuatu. "Devina! Di belakangmu!" Dave berteriak pada Devina saat melihat sosok zombie di belakang wanita itu yang hampir mencapainya. Devina menuntaskan serangan di depannya. Kemudian membalikkan tubuh. Namun zombie di belakangnya tadi kini sudah ambruk saat Victor tiba-tiba melayangkan benda panjang berbahan besi ke arah tubuh zombie. "Penyelamatan yang bagus!" kata Devina berseru pada Victor. "Dan ini sebagai balasan atas budimu!" Wanita itu melempar tongkatnya hingga mengenai zombie yang hendak meraih Victor dari samping. Awalnya Victor berpikir bahwa gadis itu akan melemparkan padanya. "Kita harus bergerak. Mereka semakin lama akan semakin banyak. Lihat, semua berdatangan dari arah lain!" Dave memberi aba-aba. Memukul punggung zombie yang menghalangi jalannya menuju mobil.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN