Bab 1

1076 Kata
“Tak ada satu orangpun yang aku temui sepertimu. Kehangatan dan perhatian yang tulus aku dapatkan hanya darimu. Semenjak ibuku meninggal, semua tampak seperti oranglain bagiku, tak ada yang special sejak hari itu. Tapi sekarang aku keliru, ternyata masih ada seorang bidadari di dunia ini. Aku ingin kamu bersedia untuk selalu menemani disaat rasa sepi itu hadir. Maukah kamu menjadi pacarku?” Itulah ucapan seorang Daniel Maverick saat dia meminta Lyra untuk menjadi pacarnya. Masih tersimpan dengan rapih di memori otak gadis itu. Disaat itu pula Lyra langsung menerima, bagaimana mungkin Lyra mengacuhkannya sedangkan Daniel adalah seorang lelaki yang memiliki sifat lembut, perhatian, cerdas dan yang pasti dia kakak kelas yang menjadi idola banyak siswi di SMA mereka. Menurut Lyra, Daniel adalah pilihan terbaik untuknya yang belum pernah merasakan pacaran. Justru yang merasa tak percaya diri adalah Lyra. Bagaimana tidak, Daniel adalah seorang anak tunggal dari ayahnya yang kaya raya, bahkan memiliki saham terbesar di sekolah. “Ra, kamu mau ice cream rasa apa? Yang coklat udah abis kata pelayannya,“ tanya Daniel dengan senyum manisnya yang tak pernah berubah masih sama seperti pertama mereka pacaran. “Lyra Fredella Zoe, Sayang,” panggil Daniel dengan nada sedikit tinggi karena Lyra tak menyaut pertanyaannya tadi. Dia memang seperti itu kalau pacarnya tak menyaut, pasti dia tahu kalau gadis itu sedang melamun. Mungkin karena terlalu sering, tapi itu justru membuat Lyra tertawa karena muka sebal dia. “Strawberry aja, Sayang,” jawab Lyra sembari senyum. “Kamu itu jangan terlalu sering melamun nanti konsenstrasimu berkurang. Oh iya, tugasku yang kemarin dapat nilai bagus lagi, makasih ya Sayang kamu selalu ngerjain semua tugas-tugas sekolah aku. Padahal itu pelajaran kelas 12 sedangkan kamu masih kelas 11. Kamu memang pacarku yang hebat,” ungkap Daniel. “Iya, Sayang,” jawab Lyra. Mereka berpacaran saat Lyra masih kelas 10. Semenjak itu, semua tugas sekolah milik Daniel, Lyra yang mengerjakan. Menurut Lyra, itu tidak masalah karena dia pun bisa lebih dulu paham materi pelajaran sebelum teman sekelasnya yang lain. Sejak duduk di bangku SD, sampai sekarang Lyra memang sering mendapatkan juara kelas, karena dia memiliki ambisi untuk menjadi seorang Dokter Gigi, itu membuatnya lebih suka menghabiskan waktu di rumah dengan belajar dan membaca buku daripada main keluyuran di luar. “Ya sudah, kamu fokus ngerjain tugas sekolah. Aku meroko dulu di luar,“ ucap Daniel sambil mengusap lembut rambut Lyra. Mereka memang sering ke cafe untuk sekedar mengerjakan tugas dan Daniel bisa lebih leluasa merokok, sekalian untuk mencharger ponsel. Mata Lyra kali ini tertuju ke ponsel milik Daniel, selama hubungan, Lyra tak pernah memeriksa ponsel milik pacarnya itu. Dia memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada Daniel. Tapi kali ini, rasa penasaran dan ingin tahu Lyra bergejolak. Dia sangat yakin tidak ada yang aneh di ponsel milik pacarnya itu. Lyra langsung mengambil dan membuka ponsel milik Daniel, keberuntungan berpihak pada Lyra, karena ponsel milik Daniel tidak menggunakan PIN. Tujuan utama Lyra langsung membuka pesan w******p. Semua tampak wajar, pesan dengan nama kontak laki-laki yang mungkin teman main dan teman sekelasnya. Mata Lyra tertuju pada pesan dengan nama kontak RIAN sahabat Daniel yang Lyra pun juga mengenal baik. Bak disambar petir tubuh Lyra menjadi kaku, napasnya sesak setelah membaca sepenggal chat mereka. From : Rian Lu sih enak punya cewek pinter semua tugas dia yang kerjain. Eh, lu malah kagak bersyukur. Kemarin lu bawa cewek ke hotel. From : Daniel Cari cewek tuh yang bisa di manfaatin, walaupun kagak cantik. Sebenernya gue sama si Lyra gak ada rasa. Dia terlalu cupu, malu gue kalo bawa dia jalan. Tujuan gue pacaran sama si Lyra biar gue dapet nilai bagus. Lu tau sendiri gue di tuntut sama bokap biar perusahaannya gue yang pegang bukan kakak tiri gue. From : Rian Yaudah,lah. Itu urusan lu, gue kagak mau ikut campur ya kalo nanti Lyra tau. Seketika tubuh Lyra terjatuh, dengan kaki lemas yang tak bisa menopang tubuhnya. Tepat di pintu masuk, Daniel memergoki Lyra sedang memegang ponsel miliknya. Sontak dia lari mendekati meja tempat Lyra berada. “Lyra,” suara Daniel menegur sambil memegang bahu Lyra dengan ragu. Secepat kilat Lyra tepis tangannya. “Aku mau kita putus. Lupakan semua tugasmu, akan aku bakar semua.” Dengan bibir gemetar sekuat tenaga menahan tangis. Belum sempat Daniel bicara, Lyra langsung bergegas keluar cafe dan pulang naik bis. Sepanjang jalan Lyra mengumpati dirinya sendiri. “Betapa bodohnya aku.” Dengan air mata yang tak kuasa membendung lagi. Sampai di rumah, ada 20 panggilan tak terjawab di ponsel milik Lyra. Sudah dia duga itu pasti Daniel. Dengan satu pesan yang bahkan tak menanyakan bagaimana keadaan Lyra, justru dia menanyakan tugas sekolah miliknya. Sontak itu membuat wanita satu ini semakin meradang dengan tanpa basa-basi, Lyra mengirimkan foto tugas Daniel yang sedang di bakar. Berangkat sekolah dengan mata sembab. Sepanjang koridor semua siswa memperhatikan Lyra sambil berbisik banyak u*****n. “Dasar munafik!” terdengar samar namun jelas oleh telinga Lyra, itu yang mereka bisikkan. Lyra tak terlalu menghiraukan mereka, dia bahkan masih sibuk menata hatinya yang sudah tak karuan. Tapi kalau hanya karena mata sembab, untuk u*****n itu terlalu berlebihan menurut Lyra. Belum sampai ke ruang kelas, kepala sekolah memanggilnya. “Lyra, ikut Ibu ke ruangan!” tanpa memikirkan hal yang aneh Lyra pun mengikutinya ke ruangan. “Lyra, dengan berat hati pihak sekolah mencabut semua beasiswa kamu.” Dengan mata terbelalak Lyra menjawab. “Tapi … tapi kenapa bu?” “Semua foto tak terpuji milikmu sudah tersebar di media sosial, bahkan di grup sekolah pun sudah tahu semua. Banyak orang tua siswa yang protes dan meminta untuk mencabut beasiswamu.” Sambil menunjukan sebuah foto dan memang benar itu adalah Lyra. Sontak Lyra merasa kaget dan langsung tahu siapa dalang dari semua ini. Memang, sedari kemarin Lyra belum sempat cek sosial media miliknya. “Itulah akibatnya kalau berurusan denganku.” Pesan w******p dari Daniel. Benar dugaannya, memang Daniel pelakunya. Lyra tak menyangka kalau Daniel begitu ambisius dengan nilai tugasnya. Hidup Lyra sekarang sudah hancur, tak ada harapan lagi. Semua yang dia bangun dengan kerja kerasnya kini sudah sia-sia. Bagaikan orang ling-lung, Lyra berdiri di pinggir jalan menunggu bis dengan tatapan kosong. Sampai di rumah dia tak bicara apapun, dan langsung masuk ke kamar. Tak lama ibu dan ayahnya menghampiri ke kamar Lyra. “Ibu dan Ayah sudah tahu semua, tadi kepala sekolah menelpon. Ibu yakin itu perbuatan Daniel. Kamu harus tahu, Ibu dan Ayah akan selalu menyayangimu sekalipun satu dunia membencimu.” Dengan pelukan yang hangat dari mereka, tak kuasa tangis Lyra pun pecah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN