Setelah kejadian malam itu, Lyra memikirkan baik-baik. Berharap dia tidak salah pilih lagi. Rasa trauma yang masih menghantuinya, itu yang membuat Lyra belum bisa menjawab pertanyaan Evans.
Seolah tahu sahabatnya sedang memiliki masalah, Zanna langsung bertanya kepada Lyra. “Aku lihat hari ini kamu sering melamun, padahal kemarin suasana hatimu sangat tergambar di raut wajahmu kalau kamu sedang jatuh cinta.” Sembari mengerutkan kening.
“Apa tadi malam Evans menyuruhmu untuk menjauhinya?” tanya Zanna yang sedikit khawatir.
“Enggak, justru dia memintaku untuk menjadi pacarnya bahkan ke jenjang yang lebih seirus,” jawab Lyra.
“Loh, ya bagus lah. Kamu terima kan?” sangat yakin kalau Lyra tidak mungkin menolaknya. Dia tahu jelas kalau Lyra juga suka sama Evans.
“Belum aku jawab,” balas Lyra dengan tatapan kosong ke arah luar jendela.
“Ya ampun, Ra. Kenapa?”
“Aku mau, tapi aku takut Zan,” jawab Lyra, “rasa trauma ini masih menghantuiku, aku takut salah pilih lagi,” lanjutnya.
“Ra, tidak semua laki-laki seperti mantanmu. Kamu sendiri lah yang harus lawan rasa trauma itu. Lagi pula, menurutku Evans orang yang baik. Dia bertanggung jawab atas pekerjaanya. Bukankah itu termasuk kriteriamu?” tanya Zanna sambil memberi masukan.
“Kamu harus ingat Ra, usiamu bukanlah waktunya untuk banyak memilih. Apa kamu mau di jodohkan lagi sama orangtua mu? Kalau kamu tidak melawan rasa trauma mu itu, mau sampai kapan kamu sendiri?” jelas Zanna.
Masukkan dari Zanna langsung membuat Lyra termenung, memang Zanna adalah penasihat terbaik bagi Lyra.
“Soal pertanyaanmu yang tadi malam, aku sudah mendapatkan jawaban. Aku terima kamu jadi pacar aku Vans,” tulis pesan Lyra untuk Evans.
Sontak itu membuat laki-laki yang satu ini melompat kegirangan.
“Aku mau kita menemui orangtua ku,” lanjut pesan Lyra.
“Kapan pun aku siap, Ra,” jawab Evans dengan perasaan lega.
Tibalah hari dimana mereka harus menemui orangtua Lyra. Evans berusaha untuk tenang , tapi Lyra melihat dengan jelas kalau pacarnya itu sangat gugup.
“Tenang saja, orangtua ku baik, kok,” ujar Lyra sambil menenangkan Evans.
Mereka berdua pun mengetuk rumah Orangtua Lyra.
“Assalamu’alaikum … Bu?” sembari mengetuk pintu.
“Wa’alaikumsallam ….” Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat muda. Ya, wanita itu adalah Ibu Lyra. Sembari membuka pintu “anakku … mari masuk, Nak.” Sebagaimana tuan rumah mempersilahkan masuk kepada tamunya.
“Sebentar, Ibu panggil Ayahmu dulu , ya,” ucap Ibu Lyra kepada anak nya.
Tidak lama Ibu dan Ayah Lyra pun menemui mereka berdua. Terlihat dari raut wajah mereka, kalau mereka sangat bahagia, akhirnya gadis mereka membawa seorang laki-laki ke rumah. Bukan tanpa sebab, setelah 14 tahun Lyra belum pernah membawa laki-laki ke rumah.
Mereka menyambut baik kedatangan Lyra dan Evans. Tapi tiba-tiba raut wajah Ayah Lyra berubah ketika menanya kan perihal pekerjaan Evans.
“Kamu bekerja di perusahaan mana?” tanya Ayah Lyra kepada Evans.
“Aku bekerja sebagai kurir di sebuah Restoran, Om,” jawab Evans.
“Kurir?” tanya Ayah Lyra memastikan bahwa dia tidak salah mendengar.
Evans hanya menganggukan kepala sebagai tanda membenarkan ucapan Ayah Lyra.
Sementara Lyra dan Ibunya sedang menyiapkan makanan di dapur.
“Begini, Nak. Aku membesarkan dan menyekolahkan Lyra sampai sekarang menjadi seorang Dokter Gigi. Agar kehidupan anakku tidak sulit. Aku hargai kamu sebagai pacar anak saya, tapi untuk ke jenjang pernikahan saya, rasa kamu belum siap untuk menghidupi anak saya” sambil menghisap rokok yang di pegangnya “saya harap kamu bisa mengerti,” lanjut Ayah Lyra.
Dengan hati hancur Evans mengerti tujuan dari ucapan Ayah Lyra. Sampai hendak pulang Evans hanya sedikit berbicara dan itu membuat Lyra merasa aneh.
“Kamu kenapa? dari tadi aku lihat kamu jarang ngomong,” tanya Lyra ketika di dalam mobil hendak pulang.
“Ayahmu tadi sempat ngobrol dan menanyakan soal pekerjaanku,” jawab Evans sambil menyetir mobil milik Lyra.
“Ayahku memang mengharapkan aku menikah dengan lelaki yang pantas menurutnya. Tapi bagiku pekerjaan itu tidak masalah, selagi kamu berusaha dan bertanggung jawab,” tutur Lyra yang mengerti apa yang di ucapkan Ayahnya kepada laki-laki yang sekarang menjadi pacarnya.
Semenjak hari itu Evans dan Lyra menjalani hubungan seperti pasangan yang selalu di berikan kebahagiaan, setiap hari mereka selalu bersama, tidak bisa terpisahkan walau beberapa jam. Walau rasa was-was di hati Evans masih mengganjal.
“Kamu ternyata sangat bucin ya, Ra,” ledek Zanna ketika melihat Lyra yang tersenyum menatap layar ponsel miliknya yang di pasang wallpaper foto bersama Evans.
“Aku kalau sudah jatuh cinta ya kaya gini, bucin banget,” jawab Lyra sambil tertawa “kamu juga bucin sama pacar kamu itu,” lanjutnya meledek Zanna.
Di Supermarket Ayah dan Ibu Lyra sedang berbelanja bulanan. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menyapa mereka.
“Tante … Om?” sapa Daniel mantan pacarnya Lyra. Dengan berpakaian rapih memakai jas dan membawa mobil mewah, sangat terlihat jelas kalau dia sudah sukses.
“Daniel?” tanya Ayah Lyra.
“Iya, Om. Apa kabar Om dan Tante?” tanya Daniel.
“Kami baik, kamu apa kabar?” Ayah dan Ibu Lyra yang masih kaget bertemu dengan Daniel, karena setelah 14 tahun tidak ada yang tahu mereka pindah kemana.
“Aku baik, Om. Lyra apa kabar?” Daniel langsung menanyakan Lyra.
“Lyra baik, kamu kenapa bisa ada di sini?” tanya Ayah Lyra yang masih penasaran.
“Aku di sini kebetulan ada proyek pembangunan untuk cabang Perusahaan, Om.”
“Dimana tempat proyeknya Dan?” sambung Ayah Lyra.
“Di depan Klinik Gigi, Om.”
Sontak Ayah dan Ibu Lyra kaget. Karena Klinik Gigi di Desa ini cuma ada satu yaitu Klinik Gigi Lyra. Mereka langsung saling bertatap.
“Klinik Gigi di Desa ini cuma ada satu, yaitu Klinik Gigi Lyra,” jawab Ayah Lyra.
“Lyra buka Klinik Gigi? saya titip salam buat Lyra ya, Om. Saya pamit harus buru-buru, ini kartu nama saya” sambil memberikan kartu nama ke Ayah Lyra “saya harap Om dan Tante bisa menghubungi saya,” lanjut Daniel terburu-buru sambil melangkah keluar Supermarket.
“Daniel sekarang sudah mapan, yang menjadi masalah di masa lalu jangan di ingat lagi. Sepertinya mereka memang cocok. Dari pada harus sama Evans yang pekerjaannya masih seorang kurir,” ujar Ayah Lyra yang berharap putrinya mendapatkan laki-laki yang pekerjaannya sudah mapan.
“Kita jangan terlalu memaksakan Lyra. Biarla dia yang memilih,” jawab Ibu Lyra.
Setelah pertemuan itu Daniel di hubungi Ayah Lyra dan mereka menjadi semakin akrab bahkan tidak sedikit Daniel memberikan makanan ataupun hadiah lainnya.
Hingga orangtua Lyra memaksanya untuk kembali dengan Daniel, sedangkan Lyra yang bersikukuh menolak dan meminta orangtua nya untuk merestui hubungannya dengan Evans.
“Ayah tidak habis pikir denganmu, kamu lebih memilih laki-laki yang belum jelas pekerjaannya. Sampai kapanpun Ayah tidak merestui kalian,” ujar Ayah Lyra yang menolak mentah-mentah permintaan anaknya.
Hubungan antara Lyra dan orangtua nya menjadi kurang baik selama beberapa bulan, bagaimana bisa Lyra menerima laki-laki yang sudah membuat hidupnya hancur dan memberikan rasa trauma yang sampai sekarang masih belum sembuh total. Dengan semua uang yang Daniel punya itu tidak akan membuat hati Lyra luluh.
“Telah di tangkap Daniel Maverick seorang Manajer dari sebuah Perusahaan ternama, dengan tuduhan Korupsi.”
Terdengar seorang Wartawan yang sedang membawakan berita di televisi.
Sontak hal itu membuat orangtua Lyra kaget dan merasa tertipu. Dengan semua rasa sesal merekapun meminta maaf dan meminta Lyra membawa Evans untuk menemui mereka.
Tidak di sangka, Evans kali ini menjemput Lyra dengan membawa mobil mewah. Itu membuat Lyra merasa heran karena dia menyangka kalau mobil itu adalah hasil pinjaman.
“Kamu seharusnya tidak usah meminjam mobil mewah ini. Aku ingin kamu apa adanya di hadapan orangtuaku,” ujar Lyra yang merasa Evans terlalu berlebihan.
“Ini bukan hasil pinjaman melainkan ini punyaku sendiri, Ra” jawab Evans sembari senyum “hari ini aku akan mengatakan siapa aku sebenarnya di hadapan orangtua kamu,” lanjut Evans.
Lyra yang masih belum mengerti maksud dari ucapan Evans.
Ketika sampai di depan rumah orangtua Lyra sudah terparkir mobil yang sangat mewah. Lyra masih mengacuhkannya, dia pikir itu hanyan teman dari Ayahnya. Ketika masuk ke rumah ternyata sudah ada seorang Kakek dengan berpakaian sangat rapih menggambarkan dia adalah orang kaya.
“Aku datang dengan maksud melamar Lyra untuk cucuku,” ujar seorang Kakek itu.
“Dia adalah Kakekku, Ra,” bisik Evans.
Evans pun menjelaskan semuanya di hadapan orangtua Lyra, kalau dia adalah pemilik Restoran Ayam itu dan sekaligus cucu dari seorang pemilik Perusahaan terbesar di Jakarta.
Orangtua Lyra pun langsung menerima lamaran Evans dan merencanakan tanggal pernikahan mereka.
“Aku tidak pernah meminta seorang laki-laki kaya. Aku hanya ingin seseorang yang bertanggung jawab, tapi Allah memberikan yang lebih dari itu. Terima kasih sudah hadir dalam hidupku,” ucap Lyra kepada Evans dengan mata berkaca-kaca.
“Aku pun tidak pernah meminta seorang Dokter,” jawab Evans sambil tertawa.
Akhirnya mereka menikah dan Evans tidak berpura-pura menjadi seorang kurir lagi.