Tok tok tok!
"Cepatlah! Kenapa kau lama sekali?"
Suara Geo terdengar jelas dari pintu yang masih tertutup karena Ariana kunci dari dalam. Gedoran kembali terdengar menandakan pria itu sudah kesal setengah mati menunggunya berpakaian.
Berlama-lama berpakaian atau berdandan bukan kebiasaannya karena tidak bisa bermakeup tebal, tapi yang menjadi permasalahan kali ini baju yang Geo beri padanya. Ia pikir Geo salah membeli baju karena terlihat kecil dan minim, dan ternyata tidak. Pria itu memang memberikan baju ini padanya.
Atasan yang hanya memiliki tali spageti di bagian bahu dan satu set berwarna abu muda bermotif garis kecil senada dengan rok span pendek hanya menutupi sebagian pahanya. Jangan lupakan baju kekurangan bahan ini begitu pas memperjelas lekuk tubuhnya.
Ariana berusaha mencari cara agar belahan d**a dan pusarnya tidak terlihat. Dengan putus asa, Ariana menaikkan atasannya hingga menutupi d**a lalu menaikkan rok span pendek itu agar pusarnya tertutup. Ia bersyukur Geo tidak lupa dengan celana pendek untuk lapisan dalam roknya.
Setelah selesai merapikan baju, Ariana membuka pintu dengan raut wajah merengut. "Baju ini yang membuatku lama. Jadi jangan salahkan aku!"
Dengan ekspresi tidak beda jauh seperti Ariana, Geo menatapnya dari atas hingga ujung kaki seolah mata itu memancarkan sinar laser pemindai seluruh tubuh.
Tangan Ariana terangkat menutupi depan dadanya. "Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak terlalu pandai berdandan, dan baju sialan pemberianmu ini sangan minim. Bisa-bisa aku masuk angin malam ini."
"Rupanya wanita rumahan sepertimu juga bisa mengumpat. Kita mau ke kelab malam, bukan acara pesta Cinderella menggunakan gaun panjang yang menjuntai untuk berlomba-lomba menjadi pusat perhatian pengunjung. Lagi pula itu masih terlihat sopan, walau tubuhmu langsing seperti jalan tol, tapi terlihat cocok untukmu. Cepat kita berangkat sekarang, aku sudah lelah menunggumu sejak tadi."
"Siapa suruh mengajakku, kenapa kau tidak pergi sendiri saja dan aku di vila mewah ini menunggumu pulang." Ariana menunduk memasang stiletto pemberian Geo. Saat selesai memasangnya, Ariana berdiri dan langsung dihadapi dengan d**a bidang pria itu.
"Kau benar-benar menguji kesabaranku ya?"
Ariana mendongak saat suara Geo terdengar menyeramkan. Ia mengerjap lalu berdeham, "Aku hanya bergurau! Ayo berangkat."
...
"Kau ingin kita makan malam dulu atau langsung ke kelab?" Geo menancapkan gasnya saat lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.
"Memang kau punya uang? Bukannya uangmu hanya tersisa beberapa euro?"
"Kau ingin kucium lagi sampai kehabisan nafas agar mulutmu berhenti melontarkan sesuatu yang membuatku emosi?" Geo meremas setirnya sambil melihat Ariana dari ujung matanya. Ia merasa tersinggung. "Sudah berapa kali aku mengatakan itu hanya uang kas!"
"Oke baiklah, aku hanya mengingatkan. Aku tidak mau jadi tukang cuci piring karena kaulupa kita tidak punya uang. Kenapa ancamanmu selalu menciumku? Apa itu juga salah satu hobimu? Atau kau menyukai bibirku?"
Sesaat Geo melihat Ariana menyipitkan mata curiga padanya, lalu ia kembali menatap jalanan. Sejujurnya Ariana adalah wanita pencium terburuk yang pernah Geo alami, tapu entah mengapa itulah yang membuat ia penasaran dan lebih b*******h daripada wanita lain pencium yang andal. Namun, Geo memilih mengacuhkan pertanyaan terakhir Ariana dan tidak berniat memperjelasnya.
"Lebih tepatnya lebih dari ciuman. Kenapa? Kau ingin mencobanya denganku? Aku yakin kau tidak akan menyesal." Dan sekarang Geo yang menyesal telah mengatakan itu, karena ia membayangkan sesuatu yang membuatnya menggertakkan gigi mencoba mengenyahkannya.
Wanita itu berkedik, "Aku tidak menyangka ternyata otakmu benar-benar m***m!" lalu menatap Geo dengan horor.
Geo mengernyit tidak terima, "Seks adalah sebuah kebutuhan birahi seorang pria Eropa dewasa sepertiku! Tapi kau tenang saja, aku tidak akan b*******h denganmu yang tipis."
Oh, yang benar saja. Padahal kau baru saja membayangkan yang tidak-tidak tentangnya!
Dan jangan lupa saat wanita itu baru keluar seusai berdandan, ia juga berbohong mengatakan tentang 'langsing seperti jalan tol'. Geo hanya jujur mengenai langsing karena tentu saja kata itu berbeda dengan kurus. Rasanya aneh berkata jujur dan berbohong dalam satu kalimat.
"Kalau kau kesal, kenapa selalu mengatai fisikku?!"
"Kita sudah sampai," Geo mengacuhkannya sambil mematikan mesin mobil lalu keluar untuk membukakan pintu wanita itu.
"Aku bukan nenek-nenek. Aku bisa jalan sendiri!" Ariana menepis tangan Geo yang hendak meraih tangannya.
Alis Geo terangkat, "Kau marah? Harusnya aku yang marah 45 menitku terbuang karena menunggumu berpakaian. Kau yakin tidak ingin memegang tanganku? Atau kau lupa kita sedang berkencan dan tiket ada denganku?"
Dengan wajah masam sedikit memajukan bibirnya kesal, tidak bisa berbuat apa-apa. Ariana mendekat padanya lalu menautkan tangan mereka.
Bukannya kesal atau marah seperti biasanya, melihat Ariana merajuk malah terlihat lucu. Refleks Geo menunduk mengecup bibir Ariana sekilas sebelum menekan tombol lift yang ada di area parkir langsung ke lantai kelab berada.
Ariana sempat kaget dapat kecupan itu, tapi ia berusaha tetap dalam mode merajuk. Entah kenapa ia jadi sensitif, harusnya ia sudah terbiasa karena seharian ini perkataan pria itu kadang berkata manis, lalu di detik berikutnya mengatainya. Sepertinya hari menstruasinya sudah dekat yang membuatnya sensitif.
Ketika mereka masuk, seluruh dinding lift ternyata dilapisi cermin. Tanpa sengaja Ariana melihat Geo menahan senyum sambil memperhatikannya. "Kenapa kau senyum? Tidak ada yang lucu." Lalu ia melihat dirinya sendiri di pantulan kaca lift, takut ada sesuatu di wajahnya sampai Geo seperti itu.
"Tidak. Hanya saja aku baru tahu, ternyata seperti ini rasanya menghadapi wanita merajuk. Marah-marah tanpa alasan atau sensitif karena masa peroid. Biasanya aku hanya mendengar cerita dari teman-temanku saja, tapi sekarang aku tahu. Jika menghadapi setiap bulan, sepertinya aku takkan sanggup. Memperkuat ketidakinginanku memiliki kekasih jangka panjang. Jadi aku tersenyum sekarang karena bersyukur kita berkencan hanya satu hari dan berjanji menikmatinya sampai jam kencan kita berakhir."
Ariana mengerjap lalu menoleh padanya, terkejut tebakan Geo tepat sasaran mengenai dirinya merajuk karena sensitif hari menstruasinya yang dekat.
Ting
Pintu bergeser terbuka. Geo mengangkat alis sambil menatap Ariana sebelum mengecup mesra punggung tangannya yang sejak tadi tertaut dengan tangan pria itu, lalu mereka keluar sambil bergandengan.
Tangan Ariana yang bebas terangkat memegangi dadanya. Mencoba menyadarkan diri kalau pria itu benar-benar tidak menginginkan sebuah hubungan serius dengan siapapun. Karena jantungnya mulai berdetak kencang saat bibir Geo mengecup punggung tangannya yang masih terasa sedikit basah bekas air liur. Bukan sikap perhatian berlebih seperti Tian lakukan padanya, tapi penolakan yang ditekankan pria itu sendiri mengenai hubungan jangka panjang, lalu di detik berikutnya bersikap manis tanpa dibuat-buat seperti barusan.
Mungkin pandangan Ariana aneh, namun ia menyukainya. Sepertinya Ariana harus menjaga hatinya agar tidak menyukai terlalu banyak pada pria seperti Geo. Cukup Tian yang terakhir menjadi salah langkahnya dalam menyukai seorang pria.
Berjalan berdampingan sambil melihat sekeliling ruangan dengan lampu yang sengaja disetel berwarna gelap, memberikan kesan kelab malam seperti pada umumnya. Dan properti-properti mewah di setiap sudut pandang menjadikan tempat ini terlihat mewah dan elegan. Ariana menebarkan pandangan dengan penasaran alih-alih mencari kata yang pas untuk menggambarkan kesan pertamanya pada sebuah kelab malam.
Kakinya berhenti bejalan karena terkejut, "Oh astaga! Bukankah dia Christian Grey? Dia tinggal di Prancis?" ucap Ariana sedikit berteriak melihat sosok pria berpakaian santai di pojok ruangan sedang berbincang dengan pria sebayanya.
Terheran dengan nada antusias Ariana, Geo mengikuti arah padangan wanita itu. Dan benar saja ada Jamie Dornan sedang berbincang dengan Paman John-Ayah Herry teman Geo, si pemilik kelab ini. "Jadi kau suka nonton film gaya bercinta yang ekstrim?" tatapnya kembali pada Ariana.
Wajah Ariana memarah mengingat adegan di film yang dimainkan Jamie Dornan, lalu berdeham menahan rasa malunya membahas ini. "Bukan 'gaya bercinta' seperti yang kau maksud, aku menontonnya karena itu bergenre romance. Setelah menonton aku tidak menyangka adegan ranjangnya sedetail itu, tidak seperti film yang biasa aku tonton."
Walau begitu Ariana menyukainya meski hampir setiap ada adegan seks wajahnya memerah, menutup matanya beberapa kali karena malu sendiri saat menonton. Ia juga menyukai peran Jamie Dornan di film itu, terlihat sangat tampan dan dingin tak tersentuh, tapi Anatasia Steele bisa meluluhkannya. Ia tidak akan repot-repot menyangkal hal itu. Ariana memang wanita aneh dan minim pengalaman dalam berpacaran, namun tak bisa dipungkiri Ariana suka membaca ataupun menonton film bergenre romance. Karena hobinya itu membuat Ariana percaya dengan cinta.
"Dia memang sering ke sini berbincang sambil minum-minum dengan Paman John dan orang tuanya menetap di Paris, dia juga berencana pindah kemari."
"Bagaimana kau tahu? Apa kau berteman dengan dia?" tanya Ariana menyipitkan matanya menyelidik. Beberapa detik kemudian wanita itu menatap Geo dengan takjub. Padahal Geo belum mengatakan apa pun. "Bisakah kau membuat aku berfoto dan minta tanda tangannya?" tanya Ariana lagi dengan tatapan penuh harap.
Geo mengerutkan keningnya lagi lalu menatap Jamie dari kejauhan menilai fisik pria itu apa yang membuat Ariana seperti ini. "Kau menyukainya?" Ada terselip nada tidak terima. "Asal kau tahu, dia sudah beristri dan punya anak."
"Aku tahu! Aku hanya menyukai karakternya di film."
"Beradegan seperti itu pun aku bisa, dan yang pasti aku lebih tampan dan tinggi dari dia," ucapnya menyombongkan diri. Di detik berikutnya Geo hampir saja mengumpat melihat Ariana mengacuhkannya dan berjalan meninggalkannya.
"Albert?"
Panggilan terdengar familier membuat Geo menoleh, seketika perhatiannya pada Ariana teralih sepenuhnya pada Rena yang sedang bergandengan dengan Justin. Satu sudut bibir Geo terangkat membentuk senyum miring.
See? Rena dan Justin terlihat seperti pasangan yang sejahtera setelah mengadu keluh kesah pada Geo tadi siang. Melihat pria itu membuat amarah Geo terpancing. Tangannya refleks mengepal dan raut wajahnya berubah menggelap.
Satu pertanyaan muncul di kepala Geo. Apa Rena sudah memberi tahu kehamilannya pada Justin?
Rena merasakan aura mencekam yang dikeluarkan dua pria di depannya. Ia berpikir keras untuk menjauhkan Justin dengan Geo secara halus karena tahu keduanya tidak pernah akur seolah menancapkan bendera perang setiap kali bertemu.
"Justin, lebih baik kita segera menemui Jared," ucap Rena meremas pelan lengan Justin yang ikut menantang tatapan tajam Geo.
"Hey, Tuan Roussel! Kau sendiran?" sapa Herry berjalan menghampiri Geo, lalu ekspresinya berubah ketika melihat Justin dan Rena berdiri tak jauh di depan Geo. "K-kau bersama mereka ke sini?" tanya Herry merasakan hawa perang dingin antara Geo dan Justin.
Sekarang Rena menatap Herry dengan tajam karena mengatakan hal yang tak mungkin terjadi.
"S-sorry, kalau begitu aku ingin bicara dengan Geo, dan untuk kalian, silahkan menikmati waktumu di sini." Senyum Herry lebar pada Rena dan Justin. Ia pun menyeret Geo menjauh.
Geo langsung menepis tangan Herry. "Lepas! Teman apa kau menerimanya masuk ke sini? Jangan salahkan aku kelab-mu ini ada kekacauan jika membiarkan aku di ruangan yang sama dengan si berengsek itu!"
Ingin rasanya Herry mengambil otak yang ada di dengkul Geo lalu memindahkannya kembali ke kepala agar lebih berguna. Sudah berulang kali Herry mengatakan Saint Germain Club belum seluruhnya miliknya, kecuali kelab cabang lain. Lagi pula ia tidak mungkin mengusir pelanggan. Karena pelanggan adalah Raja.
"Jika kau membuat ulah, bukan aku yang menolongmu, tetapi ayahku."
"Itu terdengar lebih baik," ucap Geo percaya diri.
"Ya, karena ayahku sendiri yang akan menghabisi kalian berdua! Lebih baik abaikan saja mereka, dan nikmati minuman dari bartender baru, minuman hasil racikannya lezat. Atraksinya juga membuat pengunjung terhibur, kau harus melihatnya."
Jiwa bisnis Herry selalu ada dan tidak ada yang mampu mematikannya sejak memiliki hobi mengumpulkan minuman-minuman beralkohol. Bersyukur hobinya satu lingkaran dengan bisnis sang ayah, pemilik kelab malam ternama dan berniat meneruskannya-tanpa paksaan dari orangtua seperti Geo.
"Oh ya... kau belum menjawab pertanyaanku. Kau sendirian? Atau menunggu Sello? Kemarin dia mengatakan ingin ke sini hari ini, tapi tidak mengatakan akan bersamamu."
Geo mengernyit. "Sello akan ke sini? Ya, aku sendiri-astaga, di mana dia?!" Dengan panik Geo menebarkan pandangannya ke seluruh ruangan, seperti induk yang kehilangan anaknya. Ia benar-benar lupa dengan Karessa.
"Dia siapa? Kau dengan seseorang?"
Geo mengacuhkan Herry ketika melihat Ariana berada di meja pojok ruangan yang posisinya di samping kaca besar sebesar dinding menampilkan pemandangan kota Paris di luar. Yang membuatnya terkejut wanita itu sedang berbincang dengan Jamie, bahkan jarak duduk mereka cukup dekat. Ia langsung beranjak menghampirinya meninggalkan Herry sendirian.
Di sisi lain, Ariana berbicara mengenai kesukaannya pada karakter Christian Grey pada Jamie. "Aku sangat mengukai sikap dingin dan posesif Grey pada Anatasia! Andai ada lanjutan cerita tentang kehidupan saat berkeluarga dan menghidupi anak-anak kalian, aku pasti menontonnya atau tidak, bukunya saja juga tidak apa-apa. Pasti sangat seru!" ucap Ariana antusias.
Jamie tertawa melihat sikap manis gadis Asia ini menanggapi perannya di film. "Jika kau bertanya denganku, aku tidak bisa menjawab karena itu bukan wewenangku. Seingatku hanya tiga film di kontrakku kemarin. Kalau mau, aku bisa menanyakan langsung dengan EL untukmu."
Ariana menutup mulutnya terkejut. "Kau tidak perlu repot-repot, tetapi... jika kau memaksa,
aku sangat berterima kasih!"
Jamie dan John tertawa melihat keluguan Ariana. "Ngomong-ngomong, kalau boleh tahu kau Asia bagian mana, Nak?" tanya John.
"Aku berasal dari-"
"Dari Kutub Utara," potong Geo yang sudah berdiri di samping Ariana. "Sekarang kita pulang, Karessa sayang. Kencan kita batal malam ini."
"Geo? Kau kemari bersama Ressa?" Pertanya John membuat Geo menoleh padanya.
"Ressa?" ulangnya. Rasanya Geo ingin tertawa bagaimana kekasih seharinya ini begitu genit memperkenalkan diri menggunakan nama kecil pada Jamie dan John.
"Benar, Paman, wanita bernama RESSA ini bersamaku dan juga kekasihku saat ini," tekan Geo ketika mengatakan 'Ressa'. "Sekarang, apa boleh aku membawanya pergi?"
"Sepertinya kekasihmu marah, Gadis cantik. Ikuti dia sebelum aku menjadi ayam panggang di buatnya," goda Jamie pada Geo yang menatapnya tidak suka.
Tanpa menunggu Ariana menjawab Jamie, Geo langsung meraih tangan Ariana untuk menyeretnya pergi dari sini. Berkencan di kelab memang bukan pilihan yang tepat. Sebagai catatan, mencoretnya dari daftar tempat kencan yang sempurna. Lain kali mereka tidak akan berkencan di tempat seperti ini lagi.
Apa? Lain kali? Tidak, mereka hanya satu kali berkencan dan hanya satu hari. Kesal membuat otak Geo kacau dan aneh seperti seperti Ariana.
"Roussel, berhenti! Aku belum berfoto dengannya, bahkan meminta tanda tangan pun belum! Jamie, tolong aku!"
Ariana memberontak mencoba melepaskan tangan besar Geo pada pergelangan tangannya yang sengaja Geo pegang dengan kuat agar tidak lepas. Mendengar kalimat terakhir Ariana benar-benar membuat Geo mual, sangat menggelikan! Minta pertolongan Jamie tanpa memanggil nama belakang atau embel-embel sir atau sejenisnya? Memangnya sedekat apa mereka yang baru beberapa menit bertemu?
Wanita seperti Ariana memang tidak boleh berinteraksi dengan orang lain, karena wanita aneh ini terlalu lugu untuk dibodohi. Astaga! Kenapa Geo merasa panas?
Tanpa Geo sadari, dirinya lebih parah terhadap Ariana. Seolah lupa sudah mencium wanita itu beberapa menit setelah berkenalan dan menyatakan kesepakatan mereka mengenai berkencan sehari. Bahkan di jam berikutnya hingga sekarang sudah ada puluhan ciuman dari Geo jika dihitung.
Geo terus berjalan melewati Herry dengan tangan masih menyeret Ariana. Ia tidak menanggapi tatapan Herry yang bingung mencoba membaca situasi. Tak hanya Herry, ternyata Rena juga melihatnya.
Dan akhirnya Geo berhasil membawa Ariana ke dalam lift.
"Roussel, lepas! Tanganku sakit!" protes wanita itu.
Geo menghiraukannya lalu menekan tombol lantai dasar. Ketika pintu bergeser hendak tertutup, seseorang kembali menekan dari luar agar tidak tertutup. Dan seseorang itu adalah Rena. Geo terkejut saat Rena memasuki lift berdiri di depan mereka. Sehingga Ariana refleks mundur selangkah memberi Rena ruang. Namun, wanita itu masih sibuk mencoba melepaskan cengkraman Geo dari pergelangan tangannya.
"Bukannya kita baru datang? Kenapa kita kembali lagi? Sebelum menjawab pertanyaanku, bisa kau lepaskan tanganku lebih dulu?!"
Ariana tidak menyadari aura tegang di antara Rena dan Geo. Ia hanya diam dan enggan melepas tangan Ariana.
Rena menatap wanita yang berpakaian kurang bahan di samping Geo beberapa saat. Bersama wanita berpakaian minim selalu menjadi kebiasan Geo, lalu ia beralih pada pria itu. "Alors tu es venu avec lui et tu voulais y aller parce que j'étais ici avec Justin?Après m'avoir avoué ton amour cet après-midi, maintenant tu amménes une femme avec toi?" Rena menatap Geo melalui pantulan pintu lift di depan.
(Jadi kau baru datang bersamanya, lalu ingin pergi karena ada aku di sini bersama Justin? Setelah menyatakan cinta padaku tadi siang, sekarang kau mengajak wanita ini pulang bersamamu?)
Geo mengacuhkan perkataan Ariana membuat ia menyadari raut wajah pria itu berubah. Terlihat... menyeramkan, dingin dan tak tersentuh. Ia mengikuti arah mata Geo, yang ternyata saling bertatap dengan wanita di depan mereka.
Matanya mengerjap melihat wanita di depannya. Setelah berusaha mengingat di mana ia pernah melihatnya, dengan cepat Ariana kembali menatap Geo. Ternyata benar, gambar di wallpaper ponsel Geo sebelumnya adalah wanita ini. Terlihat jelas dari tatapannya, dan Ariana baru menangkap aura menegangkan dari keduanya.
"Je pensais déjà que tu ne m'aimais pas vraiment quand tu le disais, parce que tu étais mon meilleur ami. Au moins, tu as bien changé ta vie, en essayant de sortir avec une femme depuis longtemps. Je ne ramène pas toujours une femme à la maison d'une boîte de nuit comme celle-ci La nuit suivante a encore amené une femme différente. N'êtes-vous pas fatigué de vivre comme ça?"
(Aku sudah mengiranya kau memang tidak benar-benar mencintaiku saat mengatakannya, karena kau adalah sahabatku. Setidaknya kau mengubah hidupmu dengan benar, mencoba berkencan sungguhan untuk mengencani satu wanita dalam waktu yang panjang. Bukan selalu membawa pulang wanita dari kelab malam seperti ini, lalu malam berikutnya membawa wanita yang berbeda lagi. Apa kau tidak lelah hidup seperti itu?)
Geo menggertakkan giginya hingga rahangnya berkedut, tanpa sadar mengencangkan pegangannya pada pergelangan Ariana. "Me payez-vous maintenant? Si vous êtes un ami, pensez-vous qu'il suffit d'avoir le droit de diriger ma vie comme si vous saviez que tout est mieux pour moi? retournez votre question. N'êtes-vous pas fatigué de vivre comme ça?"
(Apa kau sekarang sedang membalasku? Kalau kau berstatus sahabat, apa menurutmu itu cukup memiliki hak untuk mengatur-atur hidupku seolah kau tahu segalanya yang terbaik untukku? Biar aku kembalikan pertanyaanmu. Apa kau tidak lelah hidup seperti itu?)
"Roussel, jika kau ingin bicara dengannya, lepaskan tanganku terlebih dahulu. Pergelanganku sakit!" bisik Ariana yang sama sekali tidak berhasil karena dua orang di sampingnya bisa mendengar perkataannya dengan jelas. Ariana tidak merespon ucapan mereka karena tidak mengerti bahasa Prancis.
Geo menghela nafas menyesal mendengarnya lalu mengalihkan tangannya untuk menyelipkan jemari mereka saling tertaut.
Dengan begini emosi Geo sedikit berkurang dan terasa benar.
Ting
Pintu lift yang sejak tadi ia harapkan bergerak, kini bergeser terbuka. Dengan cepat Geo menarik Ariana keluar menuju mobil Alisa yang terparkir.