"Jangan, Nisa!" cegahku. Seger kututup pigura tersebut dengan bantal yang ada di sampingku. "Kenapa mbak?" tanya Nisa penasaran. "Itu foto dengan pakaian terbuka. Kau tahu foto pengantin ala barat, yang memperlihatkan lehernya yang jenjang di kulitnya yang mulus? Nah seperti itulah fotoku itu. Jadi jangan dilihat ya, aku malu," ucapku beralasan. "Ya sudahlah kalau begitu," ucap Nisa pasrah. " Ayo mbak, sebelum aku pulang kita bertemu dengan keluargaku dulu." Gadis itu merapikan semua barangnya dan hendak keluar membawanya. "Lain kali saja yaa, aku malu. Lihat ini mukaku habis menangis gini," tolakku. "Ya udah deh kalau gitu, Aku pulang dulu yaa. Sampai ketemu lagi," ucap Nisa berpamitan. Aku mengantarkannya hingga dia keluar pintu kamar, setelah itu aku tutup kembali pintu kamar

