Sejak Zahra dimarahi oleh ibu waktu itu, Mas Damar jadi sering pulang ke rumah. Bukankah harusnya Zahra lebih banyak mengekang Mas Damar biar dia cepat memiliki anak. Bahkan ibu juga sudah tidak melarang-larang lagi Mas Damar datang ke rumah dan menemuiku. Apa ibu sudah berubah pikiran. "Mas, kok sekarang kamu lebih sering di sini daripada di rumah Zahra?" tanyaku malam itu saat kami menghabiskan malam bersama setelah sekian lama suamiku itu jarang pulang ke rumah ini. Nisa sudah kembali lagi ke pesantren, katanya dia mulai sibuk dengan skripsinya. "Apa kamu tidak suka jika aku ada di sini?" "Bukan begitu, tapi kan tidak biasanya wanita itu mengijinkan kamu datang kesini." "Mungkin dia sudah bosan padaku," jawab Mas Damar datar. "Wanita itu mana ada bosannya kepadamu, Mas." Aku

