Bab 9

1209 Kata
"YA TUHAN, KINAR!" jerit Chaca saat turun dari bis, "GUE PIKIR LO MASIH BOKER DI SEKOLAH!" sambungnya tak kalah nyaring. Mata sipit Kinar melotot seketika saat mendengar teriakan Chaca, bukan karena suara cemprengnya, Kinar sudah biasa dengan hal itu, tapi kalimat yang gadis itu ucapkanlah yang menjadi alasan Kinar melayangkan tatapan mematikan ke arah gadis bertubuh tinggi semampai itu. Chaca yang menyadari dirinya kini menjadi pusat perhatian karena jeritannya tadi pun hanya nyengir tidak jelas. Sedangkan wajah putih Kinar kini memerah bukan karena blush on atau blushing sehabis mendapatkan kata-kata manis dari Se-hun selingkuhannya, tapi karena murid-murid Garuda sekarang menatapnya dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. "Sorry, keceplosan," ucap Chaca dengan tampang watadosnya saat sudah berdiri di samping Kinar yang terlihat seperti macan betina yang siap menerkam mangsanya. Malven mendekatkan bibirnya pada telinga Kinar, "Pantesan tadi gue nyium bau-bau gitu di mobil, jangan bilang lo nggak cebok." Malven tersenyum jahil saat melihat wajah Kinar semakin memerah. Tentu saja Malven tau kalau tadi Kinar hanya buang air kecil di toilet karena Malven mengikuti gadis itu. Kinar menarik napasnya panjang lalu mendekatkan wajahnya ke arah Malven, "Sekalinya ngomong panjang, omongan lo unfaedah banget. Mending lo diam aja!" kesal Kinar. Sepertinya kini Malven memiliki hobi lain selain balapan yaitu menjahili gadis aneh di sampingnya ini, hingga pipi gadis itu memerah. Lucu sekali. "Gue neleponin lo sampai puluhan kali, Nar. Dan lo, malah asik pacaran." Ghea mendengus kesal, ia pikir Kinar diculik karena saat ia cek ke toilet, Kinar tidak ada dan saat Ghea mencoba menelepon nomernya, gadis itu tidak mengangkat teleponnya. Tatapan Ghea terarah pada tangan Malven yang melingkar di pinggang mungil sahabatnya itu. Secepat itukah Kinar goyah pada si Cassova itu? "Pacaran pala Pak Bambang botak!" sergah Kinar tak terima. "Iya, Kinar?" sahut Pak Bambang karena merasa namanya disebut ditambah ia mendengar ada bumbu-bumbu kata botak. Jantung Kinar rasanya mau copot saat mendengar suara Pak Banbang, Kinar lupa kalau guru kesayangannya itu menjadi guru pembimbing mereka selama baksos. Kinar menenguk salivanya susah payah sambil menoleh menatap Pak Bambang. "Itu Pak...Em... Sa...saya-" "Kata Kinar dia punya shampoo penumbuh rambut, Pak. Shampoonya ampuh banget buat numbuhin rambut lansia gitu," celetuk Ghea yang langsung dihadiahi pelototan dari Pak Bambang. Pak Bambang berkacak pinggang. "Jadi kamu mengatakan kalau saya lansia?" seru Pak Bambang. Ghea menggaruk kepala yang tidak gatal. Memang itu faktanya, mau bagaimana lagi. Mira berdecak pelan lalu mendekat ke arah Pak Bambang. "Maksud Ghea itu, Kinar punya shampoo yang cocok buat lansia itu, bukan buat Bapak tapi buat Mang Ujang, tapi ya gitu Pak... Kinar malu mau bilang langsung sama Mang Ujang jadi mau lewat perantara Bapak," jelas Mira sambil tersenyum penuh kebanggaan saat Pak Bambang mengelus kepala botaknya pertanda sedang memikirkan alasan yang diberikan Mira. Pak Bambang menghembuskan napasnya kasar. "Untung namu kamu mirip sama istri saya, jadi alasan kamu saya terima." Pak Bambang mengedipkan sebelah matanya membuat Mira tersedang air liurnya sendiri. Oh Tuhan, ini demi Kinar. "Hehehe, iya Pak." Pak Bambang akhirnya berlalu meninggalkan mereka dan berjalan menuju Pak Karim yang sedang berbicara dengan Bu Tania, guru pembimbing mereka. Tatapan Chaca berbinar seketika saat melihat cowok yang berada di hadapan Kinar dan bertepatan dengan itu, cowok itu juga menatap ke arah Chaca membuat tatapan mereka beradu. "Help me, please. Ternyata di kampung ada cogan juga," ucap Chaca membuat Kinar, Mira, dan Ghea memutar matanya malas. Chaca mah, kalau urusan cogan, urat malunya tiba-tiba putus. Nggak tau malu. Kinar tersenyum canggung ke arah Rian yang menatap Chaca bingung. "Dia emang rada-rada gitu," ucap Kinar sambil menggerak-gerakan jari telunjuknya di dahi dengan gerakan menyerong. "Sialan!" umpat Chaca membuat Kinar, Mira, dan Ghea tertawa pelan. "Kenalin, nama gue Chaca." Chaca mengulurkan tangannya ke arah Rian. Rian menerima uluran tangan Chaca. "Rian," kenal cowok itu sambil tersenyum tipis. "Ih, kalo gini sih sebulan juga gue jabanin baksosnya," ungkap Chaca. *** Setelah obrolan singkat antara Pak Karim, Pak Bambang, dan Bu Tania, akhirnya murid-murid Garuda yang mengikuti baksos dibagi menjadi dua kelompok yaitu ; Kelompok pertama, XI MIPA 1 dengan XI IPS 2 dan kelompok dua, XI MIPA 3 dengan XI IPS 1. Itu artinya, Kinar dan Malven satu kelompok. Setiap kelompok dibagi menjadi dua lagi untuk kelompok tempat tidur mereka dan untunglah kali ini, Kinar tidak satu kelompok dengan Malven karena tidurnya perkelas dan Kinar mendapatkan tempat tidur di Panti Asuhan. Sedangkan Malven, cowok itu beserta anak IPS 1 lainnya tidur di rumah warga. Rian mendapat tugas mengantarkan Kinar dan teman-teman sekelasnya menuju Panti asuhan. "Malven, lepasin tangan lo dari pinggang gue!" pinta Kinar dengan tatapan tajamnya. Malven tidak langsung melepaskan tangannya yang memeluk pinggang Kinar. Cowok itu malah menatap Kinar lekat namun tidak berbicara apapun dan setelah itu Malven melepaskan tangannya yang memeluk pinggang mungil Kinar. Benar-bernar membingungkan. Kinar mengangkat bahunya tak perduli saat Malven berbalik dan berjalan mengikuti rombongan kelasnya. Kinar dan teman-teman sekelasnya pun juga mulai melangkah mengikuti Rian menuju panti asuhan yang akan menjadi tempat tingal mereka selama tiga hari dua malam. "Rian," panggil Kinar. "Iya?" jawab Rian dengan nada bertanya. "Hm... di daerah sini benar nggak sih ada curug?" tanya Kinar. Rian mengangguk. "Iya, kamu tau dari mana?" tanya Rian balik. "Dari temen gue, dia katanya pernah ke kampung ini dan katanya juga di kampung ini ada curug yang indah. Gue sih bukan tipe cewek petualang tapi gue tertarik sama cerita temen gue itu," jelas Kinar yang direspon Rian dengan anggukan beberapa kali. "Mau saya antar ke sana?" tawar Rian yang tentu saja dijawab Kinar dengan anggukan antusias. "Mau ke mana? Ikut dong," pinta Chaca yang hanya dijawab Rian dengan senyuman. "Kinar sayang, ingat ya, lo itu udah hak miliknya Malven jadi nggak usah coba-coba selingkuh deh," cerca Chaca sambil tersenyum jahil. Kinar mendengus pelan. "Sialan!" "Itu panti asuhannya," ucap Rian sambil menunjuk bangunan yang cukup besar namun terlihat kumuh. Kinar, Ghea, Chaca, dan Mira saling menatap sebelum akhirnya mereka mengikuti langkah Rian memasuki Panti asuhan itu, di dalamnya seorang wanita paruh baya serta anak-anak berkumpul dan mengucapkan selamat datang kepada mereka. "Kenalkan nama saya Bu Ida, saya pengurus panti ini," kenal wanita yang bernama Bu Ida itu dengan ramah. Kinar yang berada di depan pun menyalami Bu Ida. "Kinar, ini tas-tas kamu, aku harus pergi ke balai desa dulu." Rian menyerahkan dua paper bag milik Kinar yang ia bawakan. Bukan Kinar yang meminta Rian untuk membawakannya, tapi Rian yang menawarkan diri karena melihat Kinar ribet membawa barang-barangnya. "Kinar?" ucap Bu Ida dengan nada bertanya. Kinar yang merasa namanya disebut pun kembali menatap Bu Ida dengan tatapan bertanya. "Nama kamu Kinar?" ulang Bu Ida lebih jelas. Kinar mengangguk, meng'iyakan pertanyaan Bu Ida. Bu Ida menatap Kinar lekat lalu tersenyum tipis yang membuat Kinar mengerutkan keningnya bingung dengan sikap Bu Ida, namun perhatian Kinar teralih saat Rian pamit untuk pergi dan setelah itu, Bu Ida menunjukan kamar tidur mereka selama ada di kampung ini. Kinar dan ketiga temannya tentu saja sekamar karena tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Mereka bertiga melangkah menuju kamar yang ditunjukan oleh Bu Ida, namun langkah Kinar terhenti tepat di depan sebuah kamar yang pintunya terbuka. Di dalamnya terdapat seorang anak yang berusia sekitar sepuluh tahun, duduk di kursi roda sambil memaikan boneka barbie yang telah rusak. "Namanya Kirana," ucap seseorang tiba-tiba. Kinar menoleh dan mendapati Bu Ida berjalan ke arahnya..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN