Mengejar Cinta

1689 Kata
Amelia terlihat uring-uringan di kampus, suasana hatinya kini sulit di jelaskan. Pesan yang selama ini ia kirim kepada Farhan tidak di gubrisnya sama sekali. Bahkan sekedar mengucap salampun tak pernah ada jawaban. Icha sahabat Amelia hanya mendengarkan semua ocehan Amelia yang tidak jelas kemana arahnya. "Harusnya jika dia mengerti agama setidaknya jawab ke salam dari gue." "Sabar!" jawab Icha dengan mengusap lembut punggung Amelia agar lebih tenang. "Sabar gimana? lo gak paham sih bagaimana jika ada di posisi gue. Sakit, Cha. Sakit!" Lama kelamaan suara amelia semakin naik satu oktaf. orang-orang yang berada di sekitarnya mulai berbisik satu sama lain melihat tingkah gadis yang sedang marah-marah tidak jelas itu. Icha hanya tertunduk pasrah menahan malu karena amarah Amelia sudah tidak terkontrol lagi. "maaf, ya!" "maaf, ya!" Icha tersenyum kaku sembari meminta maaf kepada orang-orang yang lewat di hadapannya. Rasanya dia sudah tak ingin mendengarkan lagi semua ocehan dan gerutuan Amelia yang terus berulang. Ini membuat kupingnya terasa begitu sakit. "Tuhan menyayangimu." Bisik Icha. Senyuman Icha mengarah pada sosok pria yang di lihatnya dari jauh. Perlahan langkah pria itu mulai mendekat. Icha menepuk bahu Amelia dan mengarahkan jari telunjuknya lurus tepat ke arah jarum jam. "Noh, yang lo bicarain lagi jalan ke sini. Samperin, gih!" Amarah Amelia memudar seketika. Ia melihat Farhan yang berjalan kian mendekat. Amelia bergegas merapihkan dirinya, mulai dari rambut sampai pakaian agar terlihat lebih cantik di hadapan laki-laki itu. Tak lupa senyum yang paling manis dia siapkan sedemikian rupa, berharap Farhan menghentikan langkahnya untuk sekedar menegurnya. Sudah terlihat senyum Farhan yang tergores tipis pada bibirnya. Ya, ini adalah sebuah kesempatan untuk Amelia. Namun harapan Amelia harus pupus seketika. Farhan yang berjalan melewati keduanya tidak memberikan respon seperti apa yang di ekspetasikan. Ia melangkahkan kakinya dengan memasang wajah datar seolah tak melihat ke sekelilingnya. Mata Amelia membelalak, mulutnya terbuka. Ia harus menelan pil pahit, karena kenyataannya Farhan bahkan bersikap tak peduli kepadanya. "HUAHAHAHA." Di tambah lagi tawa Icha yang begitu lepas membuat Amelia bertambah kesal Dia menghentak-hentakan kedua kakinya pada permukaan tanah sebagai ekspresi kekecewaan. "Icha, apaansih?" dengus Amelia. "Maaf, maaf. kejar sana cinta lo, tuh!" Tanpa berpikir lagi Amelia langsung mengejar Farhan untuk meminta penjelasan mengapa dia bersikap acuh seperti itu, bukankah Farhan sudah mengenal sosok dirinya walaupun sebetas perkenalan di toko buku. Bagi Amelia itu sudah cukup mewakili perkenalannya. Seharusnya Farhan tidak pantas mengacuhkannya seperti itu. "Kak Farhan, tunggu!" teriak Amelia Farhan pun berhenti dari langkahnya. Ia menoleh ke belakang, memperhatikan Amelia yang sedang mengatur nafasnya. Sepertinya gadis itu sedikit kelelahan usai mengejar dirinya. "Kak Farhan ko gak nyapa aku sih?" suara Amelia cukup meninggi untuk kali ini. "Oh...maaf, Amel. Tadi aku sedang tidak fokus." Astagfirullah, maafkan aku ya allah, hamba hanya tidak ingin dia salah paham. Ucap Fahri membatin. "Kenapa chat ku tidak pernah di balas, Kak? aku tidak pernah bermaksud apa-apa ko. Aku hanya ingin menanyakan mata kuliah yang belum aku mengerti," tutur Amelia dengan wajah yang mulai memelas. "Apa itu salah ?" tanya Amelia menunduk. Farhan hanya terdiam sejenak. Ia mulai berpikir, mungkin benar jika dirinya terlalu suudzon pada gadis di hadapannya kini. Astagfirullah. Ia merasa tidak seharusnya bersikap seperti ini terhadap orang lain. "Baiklah, Amel. Nanti sesudah selesai mata pelajaranku kamu boleh menemuiku di kantin kampus, tapi bawa temanmu agar tak ada orang yang berprasangka macam-macam kepada kita." Farhan pun tersenyum dan mengucapkan salam agar tak berlama-lama ada di hadapan Amelia. "Assalamualaikum." "Waalaikumsallam." Hati Amelia di buat meleleh seketika dengan ucapan dan senyuman Farhan. "Yes!" Ameliapun berjingkrak-jingkrak kegirangan dengan rasa tidak percaya. Dia mencubit pipinya memastikan ini bukanlah mimpi. "aww." Ternyata ini adalah kenyataan. Dia merasa sudah berhasil satu langkah. Tinggal beberapa langkah lagi dan semua akan menjadi kenyataan. Amelia memandang punggung Farhan yang sudah mulai menjauh dari hadapannya. Dia merasakan perasaan yang begitu hangat menyeruak dalam hati kecilnya, kagum ini sudah berubah menjadi rasa cinta sepertinya. Aku akan mempercepat langkahku , sampai aku bisa menggenggam tanganmu dari depan . **** Pandangan Amelia tidak lepas dari pria yang kini ada di hadapannya bahkan ia tak mempedulikan semua pelajaran yang sedang di jelaskan oleh Farhan. Dia hanya sibuk bermain-main dengan pikirannya sendiri. Sementara Farhan merasa tidak nyaman dengan tatapan Amelia yang tidak wajar. Kini ia memilih untuk menghentikan aktifitas mengajarnya dan segera membereskan buku yang berserakan di atas meja kantin itu. "Amelia!" teriak Icha. Seketika Ameliapun tersadar dan menoleh ke arah Farhan yang sudah sibuk membereskan semua buku dan bersiap akan meninggalkannya. "Udah selesai ya, kak?" Tanya Amelia tak bersalah. "Aku pikir tadi bisa sedikit membantu masalahmu, Amel. Ternyata aku salah." Farhan terdiam sejenak mengatur napasnya. "Aku sudah membuang beberapa menit waktuku yang sangat berharga hanya untuk membuat matamu berdosa." Farhan bergumam pelan, namun terdengar penekanan di dalamnya. Amelia menelan ludah, merasa bingung harus berbuat apa. Dia sudah melakukan kebodohan dan menyianyiakan waktu bersama Fahri yang selama ini begitu di inginkannya. "Bu-bukan begitu, Ka." Amelia terbata-bata. Amelia berusaha mencegah kepergian Farhan, namun Farhan memilih untuk segera beranjak dari sana. Untuk apa dia menyinyiakan waktunya seperti ini, padahal dia sudah berusaha meluangkan waktu untuk berbagi ilmu dan berharap ilmu yang dia berikan di manfaatkan dengan baik oleh Amelia. Tapi dugaannya salah, Amelia justru memanfaatkannya hanya untuk kepentingannya sendiri. Apapun maksud dan tujuan Amelia ini sangat tidak baik. "Kak Farhan, tunggu!" Amelia berusaha mengejar langkah Farhan yang sangat cepat. Ia terlihat tidak putus asa dan tetap dengan egonya untuk bisa meminta maaf kepada Farhan. Icha yang menemani Amelia hanya duduk menyaksikan adegan yang menurutnya memalukan. Lagi-lagi Amelia bertingkah seperti anak-anak. Icha lebih memilih menyantap bakso yang tadi ia pesan di banding harus ikut mengejar cinta Fahri. Mengenaskan , itu yang Icha pikirkan tentang sosok Amelia. Cinta yang tadinya diam-diam berubah jadi cinta yang tidak tahu malu seperti ini. "Kak Farhan, cukup! aku suka sama kamu!" Uhukuhuk Betapa terkejutnya Icha sampai ia terbatuk-batuk karena tersedak makanannya. Icha tak percaya jika Amelia bisa melakukan hal gila di tempat umur seperti ini. "Tolong, Kak!" Farhan yang sedari tadi sudah menghentikan langkahnya mendengus kesal, namun tetap menenangkan hatinya dengan ber-istighfar. Tangannya mulai terkepal dan nafasnya tak beraturan menahan amarah yang muncul dalam hatinya. "Jangan bodoh! kamu akan sakit hati, Amelia." teriak Farhan tanpa membalikan badan ke arah Amelia . "Maksudnya?" Astagfirullah. Farhan mengelus dadanya dan memejamkan mata untuk menahan semua emosi yang bergejolak dalam dirinya kini. Kini kalian sedang melihat sisi lain dari seorang Farhan Ali Hamza. Farhan memilih untuk segera beranjak pergi, ia tidak ingin memperdulikan gadis yang berdiri tepat belangkangnya. Pikirnya, ia tidak boleh sampai menoleh kebelakang. jika itu terjadi, maka akan ada sesuatu yang buruk yang akan menjadi sebuah konsumsi publik. "Argghh, sialan!" Amelia merasa marah dengan dirinya sendiri. Kenapa bisa dia melakukan hal seperti ini . Dia sudah yakin karena perbuatannya itu Farhan pasti tidak ingin bertemu dengannya lagi. Amelia kembali ke bangkunya lagi, Icha menatap Amelia dengan tatapan tajam seperti siap meluncurkan semua makiannya. "Gue gak nyangka ya, lo mau malu-maluin diri sendiri cuman buat ngejar cowo?" "Ciihh, gila!" Icha berdecak sebal. Amelia merenung sejenak. Ia memikirkan kata-kata Farhan yang menyebut dirinya akan sakit hati. Apa maksudnya? °°° "Assalamualaikum." Farhan setengah melempar tasnya ke kursi ruang tamu dan merebahkan badannya di sana. Ini di rasa cukup untuk melepas ketegangan dalam tubuhnya. "Waalaikumsallam." Aisyah menghampiri Farhan dengan membawa segelas teh hangat, ini adalah minuman kesukaan suaminya ketika sepulang beraktifitas. Tidak seperti biasanya wajah Fahri begitu lesu. Nampak tak ada pembicaraan sedikitpun, yang di rasa hanya sebuah kebisuan. Ya, tidak seperti biasanya bagi Aisyah. Karena biasanya jika Fahrhan pulang, dia akan menanyakan kabarnya hari ini. "Ada apa?" tanya Aisyah dengan hati-hati. Mendengar pertanyaan Aisyah, Farhan segera beranjak bangun dari rebahannya dan mengajak Aisyah untuk duduk di sampingnya. Pria itu menatap mata Aisyah yang mampu membuatnya tenang. Seketika itu pula senyuman di wajah Farhan timbul kembali. Aisyah yang merasa malu hanya tertunduk dan sedikit mencuri pandang. "Aisyah, boleh aku meminta sesuatu ?" Aisyah mengangguk, ia tersenyum simpul sembari menggenggam tangan suaminya dengan lembut. "Boleh aku memelukmu?" Tak perlu berpikir lama, Aisyahpun dengan segera memeluk laki-laki yang duduk di sampingnya itu, ia mengerti jika Farhan bersikap seperti ini ia sedang butuh seseorang untuk melepaskan segala masalah dan kegelisahannya. Farhan mendekap Aisyah dengan penuh kasih sayang. Dengan perlahan ia mengecup pucuk kepala Aisyah. Luapan kasih sayang tercurah hanya untuk wanita yang dimilikinya saat ini. "Ada masalah?" tanya Aisyah, melirik wajah suaminya. "Iya." "Masalah apa, Mas?" Aisyah mencoba melonggarkan pelukannya, namun Farhan mencegahnya dengan memeluknya lebih erat. "Tetaplah seperti ini, Aisyah!" pinta Farhan. Aisyah mengangguk kecil, ia yakin jika ada sesuatu yang rumit yang sedang Farhan hadapi saat ini. Aisyah tak ingin bertanya lebih jauh, lebih baik ia menunggu Farhan menceritakan semuanya dengan tanpa paksaan. Di sisi lain Farhan bingung harus bercerita apa kepada Aisyah. Ia merasa takut istrinya kecewa dengan kejadian yang di alaminya hari ini. Pengakuan Amelia sudah sangat keterlaluan, ia menjadi menyesal sudah menyapa Amelia sewaktu itu dan karena hal ini pun yang membuat Amelia menjadi salah paham kepadanya. Terlebih kepada Aisyah yang di anggapnya sebagai Adik. "Aku sangat lelah hari ini, Aisyah," Seru Farhan memecah keheningan di antara pelukan keduanya. "Istirahatlah! aku akan membuatkanmu air hangat untuk mandi, Bagaimana?" "Baiklah." "Tapi lepaskan dulu pelukannya!" Rengek Aisyah dengan suara yang terdengar manja. Farhan terkekeh menahan tawanya, dia begitu menyukai sikap Aisyah yang terkadang sangat polos. "Sesudah Mandi kita sholat Ashar berjamaah dulu ya, Mas!" Farhan hanya mengangguk. Aisyahpun segera beranjak untuk melaksanakan tugasnya. Farhan menatap Aisyah dari belakang sembari mengucap syukur karena Allah memberikan wanita yang luar biasa sabar menghadapi luka liku hidup bersamanya. Farhan merasa Aisyah wanita baik, dia tidak pernah mendengarkan keluhan sedikitpun dari bibirnya. Farhan sudah berjanji akan berusaha membahagikan Aisyah dengan segala cara. Insya Allah, semoga Allah senantiasa mempermudah langkah ini . ddrrttddrrtt Getar dari ponsel Farhan terdengar kembali. dia meraihnya dari dalam saku celana, sekilas terlihat sebuah pesan masuk. °Kak Farhan aku minta maaf, tapi perasaanku tulus. Aku mau merubah sikap dan sifatku demi kak Farhan. Tolong, beri aku kesempatan! Farhan hanya menggeleng. Ia menghapus pesan tersebut dan mematikan ponselnya. Hari ini dia sedang tidak ingin di ganggu oleh siapapun termasuk Amelia, karena kehadirannya perlahan menjadi benalu untuk kehidupan rumah tangganya. Tamu tidak akan berani masuk jika tuan rumahnya tidak membuka pintu, kecuali ada niat yang berbeda yang harus dia paksakan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN