Shakira terbangun di sebuah kamar hotel, ia terlihat kesal karena terjebak oleh pertemuan semalam. Wanita itu kini melihat ke sekitarnya, tidak ada seorang pun di dalam kamar itu. hingga akhirnya Shakira mencari keberadaan senjatanya.
“Sial! Di mana senjata milikku?” gerutu Shakira.
Shakira membuka tirai yang menutup jendela kamar itu, lalu ia mengamati sekitar. Shakira masih mengenali wilayah itu, Tsim Sha Tsui. Shakira mendengus kesal karena tingkah rekannya kali ini. ingin rasanya ia menembak tepat di kepala pria itu, akan tetapi tidak akan semudah membunuh partner lainnya. Ya, Chen memiliki kemampuan di atas Shakira, dan mereka memang tidak pernah melakukan misi bersama. Biasanya Chen dan Shakira memilih untuk menjalankan misi seorang diri, dari pada harus membawa seorang teman dan pasti akan membuatnya repot jika melakukan kesalahan.
Shakira berjalan menuju pintu, dan sebelum membukanya Shakira menempelkan telinganya pada daun pintu untuk memastikan kehadiran orang lain di luar sana. Seperti biasa, ia akan selalu waspada di manapun berada.
Ceklek
Shakira membuka pintu itu, dan ia melihat seseorang tengah sibuk di dapur mini yang tersedia di dalam hotel itu.
“Kenapa kau selalu membuatku kesal?” tanya Shakira.
“Kau tahu gayaku, lalu kenapa kau meminumnya, bodoh!”
“Hah … aku seperti mendengar buaya berbicara.”
“Hei, kau seharusnya berterima kasih padaku, karena minuman itu bukan aku yang memesan,” jelas Chen.
“Kau yakin? Jadi … kau mengumpankan aku semalam!”
“Tidak, aku juga tidak tahu jika minuman itu berisi sesuatu di dalamnya.”
“Omong kosong!”
Shakira akan berjalan keluar dari kamar hotel itu, tetapi Chen membuka suara tepat sebelum Shakira memegang gagang pintu.
“Jika jadi kau, aku tidak akan menyentuhnya.”
Shakira mengamati gagang pintu itu, dan sialnya, hampir saja ia terkena jebakan yang sudah di buat oleh seseorang di sana.
“Ka-kau!”
“Bukan aku.”
“Lalu siapa?”
“Tuan Yan! Dia menjebak kita dalam satu kamar,” jelas Chen.
“Apa?”
“Kau bisa lihat, kita tidak diberikan senjata apapun, bahkan hanya ada bahan makanan seadanya di sini,” ujar Chen dengan menghidangkan makanan di atas meja makan.
Shakira terlihat kesal saat ini. Isi kepalanya sudah mulai merencanakan sesuatu yang bisa membuat dirinya terlepas dari sana.
“Minuman apa yang mereka berikan semalam?” tanya Shakira.
“Wine,” jawab Chen.
“Jawab dengan benar!”
“Baiklah … wine itu tercampur obat bius GHB.”
Mendengar penjelasan Chen, Shakira membulatkan matanya. Siapa yang tidak tahu tentang obat bius itu. GHB atau gammahydroxybutrate adalah obat bius yang bisa menyebabkan pelemasan otot dan amnesia jangka pendek jika dicampurkan dengan alkohol. Obat ini akan bereaksi beberapa menit setelah mengkonsumsinya, bahkan bisa dalam waktu hitungan detik jika dosis yang diberikan cukup kuat. Selain amnesia, obat ini bisa menyebabkan kejang, berhalusinasi, koma jangka pendek, dan juga mengantuk ekstrem jika orang yang mengkonsumsi dalam kondisi kurang sehat.
Shakira berjalan menghampiri Chen dan melihat apa yang sedang pria itu lakukan. Dua piring nasi goreng sudah ada di atas meja dan siap untuk mereka santap. Kebetulan sekali saat itu perut Shakira terasa lapar. Tetapi, saat melihat pembuat makanan itu, nafsu makannya terasa menghilang begitu saja.
“Kenapa kau hanya berdiri di sana? Cepat duduk dan makan!” ujar Chen.
“Tidak, terima kasih.”
“Kenapa? Kau takut akan ada racun di dalam makanan ini?”
“Bukan begitu hanya saja ... aku masih belum lapar,” jawab Shakira.
Sial untuk Shakira, karena setelah mengucapkan kalimat itu, perutnya berbunyi dan membuat dirinya malu setengah mati di depan Chen. Melihat sikap Shakira yang terlalu arogan, Chen dengan segera menarik tangan wanita itu dan menyuruhnya untuk duduk.
“Makan!” tegas Chen.
Shakira terdiam, dan membuat Chen kesal. Setelah selesai dengan kegiatan makannya, Chen meraih piring yang ada di hadapan Shakira.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Shakira.
“Kau tidak mau makan, dari pada makanan ini kau buang, sebaiknya aku memakannya.”
Melihat Chen kembali memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya, membuat Shakira kesal dan akhirnya memilih untuk masuk kembali ke dalam kamar.
“Dasar pria bodoh! Aku kesal kenapa dia memakan semuanya!” gerutu Shakira.
Shakira duduk di tepi jendela, menatap jauh keluar sana. Pemandangan antara Admiralty dan Central membuat dirinya merindukan kehidupan biasanya dulu. Ya … kehidupan yang jauh lebih baik dari menjadi seorang pembunuh bayaran. Akan tetapi … sebuah dendam membuat Shakira menjadi seperti saat ini, dan ia harus mencari orang itu. Orang yang sudah merebut kebahagiaannya, dan merebut semua darinya.
Pemandangan laut biru terlihat indah dari kamar itu, membuat pikiran Shakira sedikit tenang. Itu karena Tsim Sha Tsui berbentuk tanjung di ujung semenanjung Kowloon, berseberangan dengan Central. Bahkan mereka bisa menuju Macau dengan mudah, melewati jalanan yang terbangun di atas laut.
Ceklek
Terdengar suara pintu kamar terbuka, Shakira bahkan sudah tahu siapa yang masuk ke dalam kamar itu. Ia mengacuhkan Chen yang kini merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Hotel itu memiliki satu kamar dengan kamar mandi dan walk in closet di dalamnya. Dan pada bagian luar memiliki dapur mini, juga ruang tamu yang menjadi satu, dan hanya tersekat sebuah lemari hias.
Shakira beranjak dari tempatnya dan keluar dari kamar itu, tidak peduli dengan pertanyaan yang Chen ucapkan. Shakira menutup kembali pintu kamar dengan keras, menandakan jika dirinya sedang tidak ingin merespon.
“Kau masih saja sama,” gumam Chen.
Telepon yang ada di dalam kamar itu berdering, dan Chen langsung mengangkat gagang telepon itu untuk menghubungkannya.
“Halo?”
“Bagaimana?” tanya seseorang dari seberang telepon.
“Dia maish belum bisa bekerja sama, jika kau mengirim aku dengannya, misi ini bisa dipastikan akan gagal,” ujar Chen.
“Kalian masih memiliki waktu tiga hari dari sekarang. Sebaiknya kalian mulai bekerja sama agar bisa menjalankan misi itu dengan baik.”
“Kau sungguh keterlaluan Tuan Yan, kau tahu bagaimana Shakira.”
“Hahaha, hanya kau yang bisa menaklukan wanita itu, Chen.”
“Tiga hari lagi, jika kami belum bisa bekerja sama, sebaiknya kau memilih antara aku atau Shakira yang menjalankan misi itu,” ujar Chen.
“Tidak, kalian akan tetap berangkat. Dan kalian tahu akibat dari sebuah kegagalan misi.”
Sambungan telepon itu terputus, dan Tuan Yan sungguh membuat emosi Chen naik dengan cepat. Pria itu kini hanya bisa merutuki nasibnya yang sial. Tinggal bersama wanita yang memiliki sikap arogan dan juga sangat egois, adalah hal terburuk yang pernah Chen jalani.
“Bagaimana bisa aku bekerja sama dengan wanita yang selalu membunuh rekan kerjanya?” gerutu Chen.
Chen kembali ke atas ranjang dan memilih memejamkan matanya di sana.
Sementara itu di dapur, Shakira mencari beberapa bahan makanan yang bisa ia makan saat ini. shakira menemukan beberapa sayuran dan juga makanan instan di dalam lemari pendingin.
“Bahan makanan ini cukup untuk tiga hari, sepertinya waktu penahanan tiga hari dari hari ini,” ujar Shakira.
Wanita cerdik itu sudah mengetahui rencana Tuan Yan. Jika biasanya Shakira membunuh rekan kerjanya, mungkin kali ini ia harus menahan hasratnya agar rekannya itu tidak mati terbunuh. Chen adalah pria yang cukup berguna untuk dirinya, karena pria itu memiliki banyak sekali informan membuat Shakira memiliki alasan untuk tidak menyakitinya.
“Aku senang jika memiliki sesuatu yang berguna.”
Shakira mulai memasak sesuatu untuk dirinya sendiri. Dengan keahlian yang dimiliki, ia membuat beberapa makanan. Hingga akhirnya kegiatan itu selesai, dan Shakira bisa mengisi perutnya.
“Selamat makan.”