Prolog
Ajid Mahendra pria berusia 28 tahun dengan tinggi badan 180 cm. Dia merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Mereka bertiga semuanya seorang laki-laki kakaknya bernama Deni Mahendra yang sudah menikah dan memiliki satu orang putra berusia 2 tahun dan adik bungsunya bernama Yoga Mahendra yang masih duduk di bangku SMP. Orang tuanya memiliki beberapa perusahaan besar yang salah satu perusahaan yang di beri nama A&M group dipegang penuh oleh dirinya.
Di kantor dia terkenal sebagai bos yang ramah dan juga friendly, tanpa memandang jabatan, usia atau pun genre karyawan nya. Dia memiliki sifat yang ceria juga humoris jauh dari kata dingin seperti bos-bos di novel pada umumnya. Tetapi, dia akan memasang wajah serius waktu bekerja. oh iyaa, jangan lupakan wajahnya yang tampan itu dengan hidung mancung dan giginya yang tersusun rapi, apa lagi disaat dia tersenyum beehhhhh auto meleyot adek bang?. Jadi, sudah menjadi rahasia umum kalo kebanyakan karyawan wanita di kantornya itu melamar di perusahaannya salah satunya yaaa.... karna wajah bos nya hehe...
Veny Hermawan wanita berusia 27 tahun yang berprofesi sebagai dosen di Universitas Negeri. Dia lahir dari keluarga yang berkecukupan, dan juga dia anak terakhir dari tiga bersaudara. Kedua kakak perempuannya sudah berumahtangga dan memiliki anak. kakak pertama bernama Frisly Hermawan memiliki 1 anak perempuan yang duduk di bangku SMP dan 2 anak laki-laki lebih tepatnya kembar yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Sedangkan kakak ke dua nya yang bernama Bety Hermawan baru memiliki 1 anak perempuan yang duduk di bangku sekolah dasar.
Veny merupakan anak yang sangat manja terhadap orang tua dan kakak kakak perempuannya. Tetapi, jangan harap kalian bisa melihat sifat itu ketika dia sedang berada di luar rumah atau sedang tidak bersama keluarganya. Yaaahhh... Veny seperti memiliki kepribadian ganda, ketika di rumah dia akan menjadi wanita yang manis sedangkan di luar rumah dia akan menjadi wanita yang cuek dan sedikit pendiam. Di kampus dia di kenal sebagai dosen muda yang cantik, bagaimana tidak dia memiliki kulit putih, pipi cabi dengan hidung kecil walaupun badannya yang pendek hanya 152 cm. Yaahhh sebenarnya tinggi standar wanita Indonesia segitu nggak sih guys?
Oke kita mulai kisah ini dari tahun 2000....
Anak laki-laki berusia 5 tahun yang memakai baju tuxedo berwarna abu dengan dasi kupu-kupu berwarna hitam terlihat sedang lari terburu buru kearah rumah tetangga kompleks nya.
"Veny cepeeet sudah siap beluuummm...." teriak anak laki-laki itu sambil berlari dengan nafas yang terengah-engah.
"Assalamualaikum mama, veny nya mana?" ucap anak itu ketika masuk kedalam rumah tetangganya. Yaa dia memanggil tetangganya dengan sebutan mama.
"Waalaikumussalam... Ooohhh Ajid sudah siap ya nak, waahhh tampan sekaliii..." ucap seseorang yang dipamggil mama sembari mengelus pipi Ajid. Yaa anak laki-laki itu adalah Ajid Mahendra.
"Nanti ya tunggu disini dulu sebentar lagi veny siap, kak Bety lagi mengikat rambut veny" lanjut Iris. Iris adalah nama dari Mamanya Veny.
" Mama, veny bawa kado apa untuk Naya? Kata bunda jangan kasih kado yang mahal yang penting bermanfaat" tanya Ajid sembari dia naik ke atas sofa bewarna abu tepat di sebelah Iris duduk.
"Veny tidak mau memberi tau mama, katanya rahasia".
"Nanti tanya aja langsung sama veny yaa nak" sembari membenarkan dasi kupu-kupu yang di kenakan oleh Ajid.
Tidak lama dari Iris mengatakan hal itu terdengar langkah seseorang menuruni anak tangga.
Tak..
Tak..
Tak..
Tanpa aba-aba Iris dan Ajid menoleh ke arah sumber suara dengan kompak.
Ajid yang melihat veny turun dengan menggunakan gaun putih selutut, rambut di geray lurus sepunggung dengan kepangan kecil di atasnya yang terdapat lima jepit mutiara, dan tak lupa sandal hak yang bewarna senada dengan gaunnya. Dia pun langsung berlari menghampiri Veny dengan senyuman diwajahnya.
"Waahhhh veny cantik banget, biasanya veny sudah cantik tapi sekarang lebih cantik lagi. Ajid paaaliiinggg suka Veny" dengan menarik dan menggoyangkannya kedua tangan veny.
"Tapi veny paaaliiinggg nggak suka Ajid" di susul dengan tawa di akhirnya.
Ajid langsung menarik tangan veny ke arah pintu. " Ayok cepet veny nanti kita kehabisan kue nya".
Veny yang belum siap di tarik pun melotot kaget dengan tarikan tiba-tiba dari Ajid. Iris yang melihat mereka hanya bisa geleng-geleng kepala dan merasa gemas.
Ajid dan Veny pergi untuk menghadiri undangan dari temannya bernama Naya yang sedang berulang tahun. Rumah nya tidak jauh dari rumah mereka hanya berjarak 4 rumah karena masih satu komplek. Jadi, tidak terlalu capek walaupun dengan berjalan kaki.
Ajid terus menggandeng tangan veny menuju rumah Naya. Di perjalanan mereka kerap kali berbincang bincang sambil tertawa-tawa, ntah apa sebenarnya yang mereka tertawakan.
_.,._
Pagi hari seperti biasa mungkin sudah menjadi rutinitas Ajid selesai mandi dan sarapan, dia langsung berlari ke rumah Veny yang emang pas di sebelah kanan rumahnya, untuk bermain bersama kebetulan hari ini hari Sabtu, jadi mereka yang sekarang duduk di bangku taman kanak-kanak libur.
Setiap hari libur Veny selalu bangun siang dan sudah menjadi kebiasaannya, dan selalu ada yang mengganggu tidurnya, siapa lagi kalau bukan Ajid. Seperti yang terjadi saat ini di jam 8 pagi Ajid sudah berada di atas kasur Veny sambil melompat lompat. Sepertinya dia sengaja supaya sang empunya kasur itu terbangun.
"Ajiiiiiiiiddddd.... mamaaaaaaa iniii Ajid gangguuuuu...." teriak Veny berharap mama nya memarahi Ajid karena sudah mengganggu tidurnya.
Tetapi Ajid tampak tak menghiraukan teriakan veny dan masih setia dengan lompatan-lompatan kecilnya di atas tempat tidur veny. " Ve ny a yo ce pet ba ngun, man di. nan ti Ki ta ma in pe tak um pet".
Dengan kesal veny memukul-mukul kaki Ajid menggunakan bantal guling. "Veny paling benci Ajiiiiddd...".
Ajid turun dari kasur langsung menarik tangan veny yang masih dalam proses pengumpulan nyawa, menuju kamar mandi. Ini lah yang membuat veny terkadang benci dengan Ajid. Yaaahhh walaupun sering bilang benci benci, tapi kenyataannya kalau sehari saja Ajid tidak kerumahnya dia pasti akan sibuk menanyakan terus kepada mamanya.
"Veny, Ajid tunggu di bawah yaaa.." mendorong veny dan menutup pintu kamar mandi lalu berlari ke lantai bawah.
Di lantai bawah rumah Veny tepatnya di depan sofa terlihat orang tua veny dan kedua kakaknya sedang sibuk memberesi barang dan memasukkan ke dalam kardus-kardus yang besar. Tentu saja itu menjadi pertanyaan besar bagi Ajid, karena yang biasanya rumah Veny merupakan rumah yang sangat rapi, tetapi tidak dengan hari ini.
" Kak Bety, ini kenapa berantakan banget?" tanya Ajid yang ikut duduk di antara mereka.
"Ini lagi beresin barang yang mau di bawa Ajid"
"Emangnya mau di bawa kemana kak? oom oom rongsokan ya?" belum habis rasa penasarannya.
"Yaaa nggak laa Ajid, ini kan masih bagus. masak mau di jual ke rongsokan sih" kali ini Frisly yang menjawab dengan senyuman dan gelengan kepala tidak habis pikir dengan pertanyaan anak laki-laki yang berusia 5 tahun itu.
"Ajid sekolah yang pinter ya biar jadi orang sukses kayak ayah nya Ajid" Hermawan mengelus lembut kepala Ajid.
"Sekarang juga sudah pinter kok pa, buktinya nilai Ajid lebih bagus dari pada Veny" dengan penuh percaya diri dan sedikit menegak kan tubuhnya.
Mereka berempat tak kuasa menahan tawa dengan tingkah Ajid yang sedang menjelek-jelekkan veny di belakang. Yang tanpa sadar Veny mendengar ucapan Ajid karena dia baru saja turun dari tangga yang tidak jauh dari tempat mereka duduk.
"Aaaaajjiiiiddddd....." teriak Veny tepat di belakang Ajid, yang menyebabkan sang empu terperanjat sangking kagetnya.
Ajid langsung berdiri dan menarik tangan veny berlari ke halaman belakang untuk bermain petak umpet yang sudah mereka sepakati tadi, lebih tepatnya tanpa persetujuan dari veny.
Veny menghempaskan tangan Ajid "Veny ngga suka ya Ajid begitu" dengan muka manyun nya.
"Iyaa Ajid minta maaf yaaa veny" kedua tangannya menepuk-nepuk pelan pipi veny.
"Ya udah ayok kita suit, yang kalah nanti jaga ya" lanjutnya.
"Yaaahhh...Veny jaga, nggak papa deh. Veny itung sampe 10 ya".
Cup
Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba Ajid mencium pipi kanan veny. Sedangkan veny yang dicium pun biasa saja. Yaahh namanya juga anak-anak, mereka belum tau maksud dari hal-hal semacam itu.
Sudah cukup lama mereka berdua bermain di halaman belakang sampai jam menunjukkan pukul 1 siang. Mereka memutuskan untuk masuk kedalam rumah untuk makan siang. Dan sesampainya di dalam ternyata bunda dan ayah serta kakak Ajid berada di sana. Mereka juga lihat ada mobil pickup didepan rumah Veny yang penuh dengan kardus-kardus.
"Ajid Veny, sini sayang.." Yunda melambai kan tangan nya bermaksud menyuruh untuk mereka mendekat. Yunda adalah bunda dari Ajid.
Mereka berdua berjalan ke arah sofa dan langsung ikut duduk. Mendengarkan perbincangan berat para orang tua, yang mereka sama sekali tidak mengerti apa yang orang tuanya maksud. Ajid memilih memakan biskuit yang ada di meja disusul dengan Veny yang ikutan mengambil biskuit.
_.,._
Jam menunjukkan pukul 15.20, Ajid dan orang tuanya serta kakaknya baru pulang dari rumah Veny. orang tua Ajid berjalan menuju sofa sedangkan kakaknya pergi ke lantai atas menuju kamar nya. Ajid hendak menyusul kakaknya, tetapi Mahendra memanggilnya untuk duduk bersama mereka.
"Ajid tau nggak kenapa rumah Veny berantakan?" tanya Mahendra sedikit mencondongkan badannya ke arah Ajid yang berdiri tepat di depannya.
Ajid hanya menggelengkan kepala, tanda dia tidak mengerti apa maksud dari itu.
"Jadi Veny sama keluarganya itu mau pindah rumah. mereka nggak tinggal di sebelah rumah kita lagi" Ajid masih bengong tidak mengerti apa maksudnya.
"Pindah rumah itu artinya Veny pergi jauh dan Ajid sama Veny nggak bisa main bareng lagi" Mahendra mencoba menjelaskan.
Mata Ajid sudah mulai berkaca-kaca "Tapi jangan sedih dulu sayang, Ajid masih bisa kok telponan sama Veny" Yunda sebisa mungkin mencegah terjadinya banjir bandang yang disebabkan oleh air mata putra nya.
"Kenapa Veny pindah yah? apa karna Ajid nakal yaa? apa veny benci sama Ajid makanya Veny pindah hiks... hiks... hiks..." pecah sudah, tangisnya sudah tidak tertahankan lagi.
"Veny pindah bukan karna benci sama Ajid, tapi papa nya Veny itu harus dinas ke luar kota jadi mau nggak mau Veny harus ikut" tangan Mahendra sibuk mengelap air mata yang keluar sangat deras dari kedua mata putranya.
Ajid sudah tidak bisa lagi mengeluarkan suaranya karena air mata yang tidak henti-hentinya keluar. Ciuman yang dia berikan kepada Veny tadi merupaka ciuman perpisahan, yaaa walupun bukan itu maksud awal dari ciuman tadi.