2. Ernest Psi Lambda

1115 Kata
Seorang pria sedang membaca buku tanpa memperhatikan kondisi sekitar, padahal kelasnya ini sangat ramai, banyak yang bernyanyi, ketawa-ketiwi, membuat gaduh, meledeki satu sama lain, dan lain sebagainya. Namun hanya pria inilah yang anteng saja dengan buku di hadapannya. Namanya Ernest Psi Lambda, seorang pria tampan yang sangat pendiam, hanya berbicara ketika butuh saja, bagi Ernest buku adalah sahabat terbaiknya, melebihi Axvel sahabat satu bangkunya. "Lo gak capek apa Nest duduk mulu, baca buku mulu, udah pinter juga," ujar Axvel dengan napas tersengal-sengal lantaran baru selesai bermain kejar-kejaran dengan Bilqis. "Cuma orang-orang yang males yang capek saat belajar." BOM! Memang benar kata orang, sekalinya orang pendiam berbicara itu menimbulkan efek yang besar, entah itu menyindir, entah itu kata-kata bijak, atau segala macam lainnya. Jadi lebih baik diam saja. "Iqis, semua cowok di kelas ini udah lo godain semua, yang belum cuma satu, Ernest." Axvel memberikan informasi kepada Bilqis tentang ide jahil gadis itu. Memang benar adanya jika Bilqis belum pernah menjahili Ernest, Bilqis pun tidak terlalu dekat dengan Ernest karena baginya Ernest itu lempeng-lempeng saja hidupnya, tidak asik, tidak satu frekuensi dengan Bilqis. "Gak asik kalau gue godain es, paling cuma diem aja," sahut Bilqis dengan santainya seolah-olah Ernest tidak mendengar hal itu. "Nanti kalau gue ajak bercanda malah bukannya ketawa, tapi gue yang emosi," imbuhnya lagi. Ernest yang mendengar hal demikian tidak merasa tersindir atau apapun, baginya itu adalah anugerah Tuhan yang sangat berarti, karena apa? Karena pada dasarnya semua pria yang satu kelas dengan Bilqis selalu dijadikan bahan candaan, terkecuali Ernest. Axvel yang mendengar jawaban Bilqis hanya diam saja, ia menghormati keputusan Bilqis untuk tidak menggoda Ernest. Bilqis itu sebenarnya baik, gadis itu juga friendly membuat satu kelas menjadi satu frekuensi. Bilqis itu orangnya periang, tanpa Bilqis semua murid kelas merasakan hampa yang luar biasa, tidak ada lagi yang bercanda, tidak ada lagi yang menjahili sana-sini, tidak ada lagi yang ketawa-ketawa tidak jelas, yang kejar-kejaran hanya karena meminta makanan. "Abel, lo kalau punya nuget bagi-bagi dong!" teriak Bilqis yang menggema di seluruh ruangan. "Gak mau bagi-bagi sama lo gue mah, yang ada nanti nuget gue abis," sahut Abel dengan pelitnya. Bilqis langsung mencak-mencak menahan amarahnya, sabar Bilqis, orang sabar nilainya besar. "Axvel beliin nuget di Bu Mar, sama spaghetti, kalau gak dapet nanti anak lo ileran, gue ngidam dua makanan itu, buruan."  Seperti biasa, semua murid di kelas XI MIPA 4 hanya bisa mengelus d**a mereka bersabar karena mempunyai sahabat yang gilanya bukan main. "Ogah." Axv yang diperintahkan seperti itu langsung menolak mentah-mentah apa yang Bilqis inginkan. Bilqis langsung mendekati Axvel. "Demi anak lo Axvel!" "Gue gak pernah bikin anak!" sentak Axvel. "Diem, gue lagi belajar," ujar Ernest yang langsung membaca buku biologi dengan baik, pria itu sudah tak mendengar suara apapun semenjak ia bersuara untuk diam. Semua murid di kelas XI MIPA 4 diam tanpa bersuara apapun, bahkan mereka semua tahan napas hanya karena suatu keajaiban besar, bisa masuk ke on the spot ini mah, tujuh keajaiban besar di dunia, dan wajib memasuki peringkat satu. Semua pasang mata menatap Ernest yang sedang membaca dengan tatapan kaget, seorang Ernest mampu menghentikan tingkah gila seorang Bilqis. Waw! Perlu diberikan peringkat yang memuaskan. Perlu diberikan hadiah yang paling berkesan. Abel langsung mengambil semua camilannya yang semenjak tadi ia beli, ada cireng, sosis, spaghetti, nuget, es krim, dan lain sebagainya. Gadis itu membawa semua camilan ke arah Ernest. "Ambil yang lo mau, Nest. Lo masuk ke daftar keajaiban dunia, gue salut sama lo!" Abel mengucapkan kalimat tersebut dengan jempol yang diacungkan, lalu memberikan semua makanannya. Ernest menyipitkan matanya tak paham, apa maksudnya coba? "Hah, maksudnya?" tanya Ernest kebingungan. "Lo udah berhentiin Bilqis dan Axvel yang bertengkar, itu suatu keajaiban terbesar di dunia. Gue salut sama lo, Ernest! Lo bisa jadi pawangnya Bilqis saat Bilqis gila." Abel gila! Benar-benar gila, membuat Bilqis marah saja. Bilqis mengambil sapu yang hanya berjarak beberapa meter saja dari tempatnya berdiri. Gadis itu langsung mengambil ancang-ancang. "ABEL!" teriak Bilqis sambil membawa sapu membuat Abel berlari sekuat tenaga. "Enak aja lo kalau ngomong pawang, gue gak punya pawang, ya!" sentak Bilqis yang menabok Abel dengan sapu. Kekerasan dalam rumah tangga ini namanya, rumah tangga kelas. "Iqis, jangan KDRT lo! Nanti lo ditalak sama Axvel loh!" ujar Abel yang berusaha menghindar dari amukan Bilqis. "Gak ada Axvel-Axvel, Axvel suami gue gak mungkin nalak gue, ya gak, Beb?" tanya Bilqis meminta dukungan lahir dan batin dari Axvel. "Iyain aja biar fast." Meresahkan, Axvel sama-sama jahanamnya seperti Abel. "Axvel awas ya lo!" Lain halnya dengan Ernest yang menikmati es krim dengan raut wajah biasa saja, makan es krim saat jam kosong dengan buku biologi memang enak. Ernest sangat menyukai ini semua. Bilqis melanjutkan aksi kejar-kejarannya dengan Abel, sampai kapanpun ia tidak akan memaafkan Abel yang mengatakan pawang begitu gampangnya. Enak saja kalau ngomong gak pakai saringan. "Ampun, Iqis, ampun!" lirih Abel yang mulai kecapekan. "Huft, capek banget gue. Pelita, gantiin gue dari amukan Iqis dong!" pinta Abel yang tidak masuk akal sama sekali. Menggantikan menjadi dasar amukan Iqis? Yang benar saja! Cari mati itu namanya! Sudah enak-enak duduk sambil merasakan dinginnya air conditioner yang menyala, malah harus kejar-kejaran. "Ogah!" sahut Pelita sambil tiduran di meja, enak sekali rasanya. Ernest membuka semua makanan yang Abel berikan kepadanya. Ini namanya rezeki nomplok. Sudah bisa belajar, makan enak tanpa mengeluarkan uang, tanpa mengantri panas-panasan pula. Nikmat mana lagi yang kau dustakan, Tuhan. Abel capek, ia menyerah. Gadis itu meminta maaf kepada Bilqis dan langsing berjalan ke arah tasnya, meminum boba yang rasanya benar-benar sangat enak, lezat, dan sempurna. "Awas aja kalau lo bilang gitu lagi! Baku hantam kita," ujar Bilqis sambil mengancam. "Ampun, Neng Jago." Abel goleran di meja sambil menyetel musik yang mellow, gadis itu lelah menghadapi Bilqis yang gila. Huh, untung saja jam kosong sampai pulang, jika tidak ia bisa menangis. "Lo nanti pulang naik apa, Bel?" tanya Pelita yang basa-basi, ini langkah awalnya nebeng Abel supaya hemat duit. "Mobil, lo mau ikut?" Yes! Abel memang langsung peka, big love sekali untuk Abel yang baik hati ini. "Ikut lah, hemat duit," balas Pelita dengan cengengesan. "Oke." Abel langsung menyetujui begitu saja ajakan Pelita. Gadis itu tengah fokus mencari makanannya, di mana makanannya berada, ya? "Lo liat makanan gue, Ta?" tanya Abel yang benar-benar lupa. "Loh, kan lo sendiri yang ngasih ke Ernest," jawab Pelita yang langsung membuat Abel kalang kabut. Gadis itu berlari dengan maksud menyelamatkan makanannya, namun naas, makanan itu telah habis semua. "Ernest, kenapa lo abisin camilan gue?" tanya Abel yang tidak rela makanannya habis. "Rezeki gak boleh ditolak." Ernest menjawab dengan santai. "Apes banget hari ini gue! Dikejar Iqis, makanan diabisin Ernest, uang gue kebuang sia-sia woy!" Bilqis langsung tertawa terpingkal-pingkal mendengar keapesan yang dialami oleh Abel. "Makanya kalau mau ribut sama gue belajar dulu."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN