[1] Fernando Julian Anderson
Suara decitan ban yang beradu dengan aspal langsung terdengar nyaring ketika seorang pria tampan dengan tubuh gagahnya berhasil mendaratkan sebuah pesawat jet dengan warna hijau tua tersebut. Senyuman cerah langsung terukir di wajahnya saat ia menyadari bahwa pesawat yang ia kendalikan telah berhenti di area pendaratan khusus pesawat jet yang berada di Bandara Internasional Soekarno – Hatta dengan mulus.
“Good job, Fernando,” ujar salah seorang pria dari headphone yang ia gunakan, yang sedari tadi bertugas sebagai monitoring kegiatan latihannya siang ini.
“Thank you, Pierre,” balas Fernando sembari mendekatkan microfon yang menyambung di helm yang ia gunakan.
Setelah pesawat yang ia kendalikan berhasil berhenti dengan mulus di area parkir outdoor, Fernando pun lantas melepas helm beserta alat komunikasi lain lalu menekan sebuah tombol yang berada di samping kemudi untuk membuka kaca penutup pesawat tersebut.
Fernando langsung melompat setelah kaca tersebut terbuka lalu sedikit merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah duduk di sebuah kursi dengan ukuran sempit di dalam pesawat jet nya.
“Sudah aku bilang, jangan langsung melompat dari atas sana. Tunggu sampai tangga datang, baru turun,” ujar seorang pria dengan pakaian seragam jumpsuit khas pilot berwarna hijau, sama seperti yang digunakan oleh Fernando.
“Di dalam sana cukup panas, meski ada pendingin udara,” balas Fernando seraya membenarkan posisi rambutnya yang berantakan akibat helm yang ia gunakan.
“Kau ini, dasar! Ayo kita makan!” pria yang tadi dipanggil dengan nama Pierre itu langsung merangkul leher Fernando hingga pria itu menunduk.
“Jangan asal merangkul! Kau ini lebih pendek dariku, tau!” cibir Fernando saat ia terpaksa harus sedikit membungkukan tubuhnya agar bisa sejajar dengan Pierre. Hingga akhirnya Fernando pun berdiri tegap sampai Pierre harus berjinjit dan berakhir dengan melepas rangkulan tangannya.
Memang benar, meski kedua orang pria itu berprofesi sebagai seorang pilot pesawat tempur yang mengutamakan tinggi badan, namun kenyataannya Fernando memiliki tinggi badan 7 cm lebih tinggi di atas Pierre.
“Dasar sombong!” cibir Pierre lalu berjalan mendahului Fernando.
“Hei! Jangan tinggalkan aku!” pekik Fernando lalu langsung berlari menghampiri Pierre yang sudah berjalan lebih dulu di depannya menuju ke area kantin yang berada di Bandara Internasional Soekarno – Hatta.
Fernando Julian Anderson, atau yang biasa disapa sebagai Fernando, hanya seorang pria biasa yang terlahir dengan kesempurnaan di atas rata – rata. Dia memiliki wajah tampan, postur tubuh gagah dan tinggi serta kecerdasan. Tebukti dengan dirinya yang mampu lolos seleksi pilot untuk penerbangan pesawat tempur dengan hanya satu kali percobaan.
Sudah 4 tahun Fernando berprofesi sebagai pilot pesawat tempur. Dirinya bahkan sudah 4 kali juga turut meramaikan acara ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang diselenggarakan di Istana Merdeka. Bersama dengan Pierre, kedua pria itu kerap dipanggil dengan istilah menara petronas karena perawakan mereka yang menjulang tinggi, meski sebenarnya Fernando memiliki postur yang lebih tinggi.
Dddrrrtt !
Dddrrrtt !
Dddrrrtt !
Baru saja Fernando melangkahkan kakinya memasuki kantin, tiba – tiba saja ponselnya yang berada di saku celananya bergetar. Sontak Fernando pun langsung meraih ponselnya.
“Aku duluan ya, kau angkat lebih dulu,” ujar Pierre lalu masuk ke dalam kantin.
“Ambilkan aku makanan juga! Samakan saja denganmu!” pekik Fernando lalu dibalas dengan sebuah jempol dari tangan kanan Pierre yang langsung mengangkat ke udara sebagai tanda pria itu mendengar ucapan Fernando.
“Copy!” balas Pierre yang menggunakan istilah kata ‘copy’ sebagai bentuk bahwa pesan berhasil masuk dan diterima dengan baik dalam dunia penerbangan.
Fernando pun kembali memutar balik arah langkahan kakinya dan menatap layar ponselnya yang memang baru saja ia nyalakan dan kini langsung menerima sebuah panggilan suara.
Jari Fernando langsung menggeser tombol hijau di layar untuk mengangkat panggilan suara tersebut lalu menempelkannya ke daun telinga, “Siap! Dengan Fernando disini, baru saja menyelesaikan latihan harian, Pak!” ujar pria itu saat panggilan suaranya terhubung.
“Oh, sudah selesai?” sahut seorang pria dari seberang panggilan suara itu.
“Sudah, Pak. Saya baru saja selesai dan sekarang sedang di kantin bersama dengan Pierre,” ujar Fernando seraya melirikan matanya ke arah dalam kantin dan melihat sosok Pierre yang masih mengantri jatah makan siang untuk dirinya dan Fernando.
“Ya sudah, kalau begitu, silakan makan siang terlebih dahulu. Nanti silakan ke kantor saya, ada yang ingin saya bicarakan,” titah pria itu pada Fernando.
“Siap, laksanakan, Pak!” balas Fernando.
Tut.
Sambungan telepon langsung mati setelah Fernando mengucapkan kesiapannya. Setelah memastikan sambungan berakhir, ia pun kembali memasukan ponsel ke dalam baju jumpsuit yang ia kenakan. Setelah itu, barulah pria itu kembali masuk ke dalam kantin dan berjalan menghampiri sebuah meja dengan Pierre dan 2 porsi makanan di atasnya.
“Wah rendang,” ujar Fernando saat melihat sebuah rendang di atas piringnya seraya menarik kursi untuknya.
“Sepertinya hari ini dipenuhi makanan khas padang. Jadi seluruh menu nya pun akan pedas. Jika terlalu pedas, sudahi saja makan siangmu, aku tahu kau tidak suka pedas,” ujar Pierre dengan mulut yang dipenuhi dengan potongan daging rendang.
“Tenang saja, selagi masih ada air es, aku masih bisa menikmatinya dengan nyaman,” balas Fernando dengan tangan yang langsung menyentuh ke gelas berisikan es teh manis di sisi kirinya.
Fernando pun mulai menyantap makan siangnya, menikmati potongan daging rendang yang masuk ke mulutnya.
Kantin itu memang di khususkan bagi para pilot yang bertugas, jadi tak heran jika isinya hanya orang – orang dengan seragam. Sedangkan para pramugari, umumnya akan memilih tempat restaurant yang berada di dalam Bandara yang pasti sudah terkenal lebih enak dan lebih mahal. Berbanding terbalik dengan kantin murah tersebut.
* * * * *
“Huah, aku kenyang,” ujar Fernando seraya menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi.
Piring makan yang semula penuh dengan nasi, rendang, daging cincang dan juga daun singkong kini telah habis dilahap oleh pria tersebut.
Pria itu pun kembali teringat dengan perintah atasannya yang meminta dirinya untuk menemuinya usai makan siang. Lantas Fernando pun bangkit dan berpamitan dengan Pierre terlebih dahulu.
“Kau mau kemana?” tanya Pierre saat melihat Fernando yang langsung beranjak dari kursinya.
“Gak mau merokok dulu?” sambung Pierre seraya mengeluarkan sebungkus rokok berwarna hitam.
“Tidak dulu. Aku mau menemui Pak Gilang dulu. Beliau memintaku untuk menemuinya usai makan siang,” ujar Fernando.
“Oke. Aku tunggu sini ya,” balas Pierre.
Fernando tak menjawab, dia hanya mengacungkan jari jempol kanannya lalu pergi meninggalkan meja makan.
* * * * *
Setelah berjalan kurang lebih 15 menit menuju lokasi ruangan Gilang, Fernando akhirnya tiba di sebuah ruangan dengan pintu berwarna putih dengan tulisan nama Gilang Gennady di depan pintunya.
Tangan pria itu pun terulur untuk mengetuk pintu, sebagai tanda bahwa dirinya telah hadir di depan sana.
Tok !
Tok !
Tok !
“Masuk!” titah Gilang dari dalam ruangan sana dengan nada bicara yang sedikit berteriak agar terdengar oleh Fernando yang berdiri di depan pintu ruangannya.
Mendengar perintah yang diberikan padanya untuk masuk, Fernando pun langsung membuka pintu ruangan itu.
Di ujung ruangan, Gilang duduk manis lengkap dengan setelan jas berwarna hitam yang membalut tubuhnya. Tangannya menyilang di atas meja seraya menatap kehadiran Fernando di ruangan itu.
“Silakan duduk terlebih dahulu,” ujar Gilang mempersilakan Fernando untuk duduk di kursi yang berada tepat di depannya.
Fernando pun menuruti perintah Gilang dan langsung duduk di hadapan pria itu.
“Mau teh?” tanya Gilang menawarkan secangkir teh sebelum memulai pembicaraan.
“Tidak usah, Pak. Kebetulan saya tadi sudah minum teh saat makan siang,” balas Fernando menolak tawaran Gilang untuk secangkir teh.
“Oke. Kalau begitu saya langsung saja ke intinya,” ujar Gilang lalu memberikan sebuah kertas ke hadapan Fernando.
“Pelatihan pilot?” gumam Fernando saat membaca tulisan di atas kertas itu.
“Ya, ini adalah undangan pelatihan pilot pesawat jet tempur yang diundang langsung oleh Ratu Inggris. Mereka akan mengadakan pelatihan selama 2 bulan di London,” ujar Gilang seraya menyesap secangkir teh.
Fernando kemudian teringat akan sesuatu, “Bukankah pelatihan ini akan diwakili oleh Pierre?”
“Benar sekali. Setiap akademi akan dipersilakan mengirimkan satu kandidat terbaiknya dalam pelatihan. Dan nantinya kandidat tersebut akan memperoleh sertifikat pangkat tinggi. Namun, setelah aku telaah dengan baik, sepertinya kamu lebih cocok dalam hal ini, Fernando,” jawab Gilang lalu meletakkan kembali cangkir teh nya.
Fernando diam. Dia tak bersuara. Dia justru berpikir dirinya tak pantas mewakili akademinya. Bahkan, undangan pelatihan ini pun sempat gempar dan Pierre langsung di cap akan menjadi perwakilan. Namun kenyataan berkata lain, Fernando lah yang ditunjuk sebagai perwakilan.
“Bagaimana? Kau mau kan?” tanya Gilang memastikan permintaannya diterima oleh Fernando.
“Jika memang Bapak merasa tak ada kandidat lain selain saya, saya bersedia,” ujar Fernando.
“Baik lah kalau begitu. Besok berangkat, ya. Saya sudah pesankan tiket Cendrawasih Air, karena kebetulan besok mereka ada penerbangan internasional ke Inggris.”
“Loh, Bapak sudah memesankan saya tiket?” tanya Fernando saat menyadari jika Gilang sudah memesankan tiket untuknya.
“Ya saya harus sudah pesankan. Jadi jika kamu menolak, saya ada alasan lain yang membuat kamu mau pergi,” balas Gilang seraya menyunggingkan senyumannya.
Meski usia Fernando dan Gilang hanya berjarak 6 tahun, namun nyatanya Gilang tampak lebih berwibawa dan dewasa. Entah mungkin karena pria itu sudah menikah, atau karena jabatan yang menuntutnya untuk bersikap dewasa.
Usai pembicaraan tersebut, Fernando pun langsung bangkit dari duduknya dan berpamitan dengan Gilang. Pria itu harus pulang cepat hari ini karena besok adalah jadwal keberangkatannya menuju Inggris.
*
*
*
*
*
Jangan lupa untuk tap LOVE (cukup sekali supaya masuk ke galeri kamu) cerita dan comment setelah membaca ya !