bc

Ex-Love in Chains

book_age18+
0
IKUTI
1K
BACA
family
HE
opposites attract
second chance
friends to lovers
kickass heroine
boss
single mother
heir/heiress
blue collar
drama
tragedy
sweet
bxg
lighthearted
serious
kicking
bold
city
office/work place
small town
cheating
childhood crush
secrets
actor
like
intro-logo
Uraian

Ketika Matheo Aleandro Maxius kembali bertemu dengan Agathia Catherine, mantan sekaligus cinta pertamanya. Pertemuan pertama mereka setelah 7 tahun berlalu membuat Max bertekad menciptakan penjara hati bagi sang mantan.Tampan dan mapan, siapa yang akan menolak? Sayangnya, Cath adalah bagian dari segelintir wanita yang tanpa pikir panjang akan menolak mentah-mentah seorang Max. Pria yang haus kasih sayang dan overprotektif itu membuat hidup Cath bak neraka penuh kenikmatan.“Jika tidak denganku, maka tidak dengan yang lain.”

chap-preview
Pratinjau gratis
Jumpa Lagi
Di tengah hiruk-pikuk musik yang menggema dan cahaya berkilau dalam remang, seorang pria duduk di sudut, menatap tajam pada kerumunan, seolah mencari sesuatu yang hilang di tengah kegembiraan. Gelas wine dalam genggamannya tampak tak lagi menggiurkan. “Aku pulang,” ucap pria itu sebelum memutuskan berdiri dari sofa tempatnya berdiam diri. “Hey, yang benar saja? Kau baru datang beberapa saat yang lalu,” sentak pria lainnya yang tampak kecewa. Ia berdecak kesal melihat Matheo Aleandro Maxius, sahabat sekaligus rekan kerjanya itu hendak pulang lebih dulu. “Membosankan,” keluh Max dengan sorot dingin seperti biasa. “Biarkan saja dia pulang, Ron,” sahut seorang pria lain yang duduk di sofa yang sama dengan mereka. Tatapan pria itu tampak acuh tak acuh pada Max yang hendak pergi. “Berhenti mengacaukan suasana, Albert,” peringat Aaron pada Albert yang terlihat cuek. Mendapat teguran dari sang sahabat, respon yang Albert berikan hanyalah mengendikkan bahu sekaligus mendengus kasar. Ia kesal dengan Max yang selalu saja sok sibuk dan tidak bisa menikmati waktu kebersamaan mereka sebagai sahabat. “Duduklah sebentar lagi,” pinta Aaron pada Max. “Aku lelah,” balas Max yang masih enggan duduk kembali. Jawaban Max semakin membuat Albert mendengus kasar, tatapan pria itu kian sinis pada Max. Sementara itu, Aaron terlihat menghela napas pelan. “Terserah,” balas Aaron menyerah. Max berbalik hendak pergi, namun langkahnya terhenti. Sesuatu yang tak asing menyeruak masuk tanpa permisi pada indra penciumannya. Harum ini… “Silakan dinikmati, Tuan.” Tubuh tegap Max menegang saat suara itu menyapa halus indra pendengarnya. Sesuatu bak aliran listrik terasa mengaliri jantung hingga membuat Max terdiam membisu cukup lama. “Terima kasih,” balas Aaron seadanya pada seorang pelayan wanita yang mengantarkan botol wine ketiga yang ia pesan. Berbeda dengan Aaron yang tampak biasa saja, Albert malah sebaliknya. Manik pria itu tak lepas dari pelayan wanita yang teramat cantik di matanya. Wajah cantik yang menggoda dipadukan dengan riasan tipis menambah kesan sexy wanita itu kian menguar. Seutas senyum hinggap di bibir pria tampan satu itu saat ia menyadari sesuatu. Sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama! “Siapa namamu, Nona?” Albert tak bisa menahan diri untuk bertanya perihal nama wanita itu. “Agathia Catherine, panggil saja aku Cath atau apapun yang membuatmu nyaman.” Jawaban penuh ramah-tamah dari wanita yang baru diketahui namanya sebagai Agathia Catherine itu membuat Albert kian melebarkan senyumnya. Ia mengulurkan tangan tanda meminta salam perkenalan. “Aku Albert Rexton, senang bisa mengenalmu, Cath.” Di detik yang sama saat Cath menjabat tangan Albert untuk berkenalan, Max berbalik badan menatap pada mereka. Gotcha! Manik tajam Max terpusat pada wajah cantik Cath yang tersenyum lembut pada Albert. Perlahan manik hitam pekat menyala itu turun menatap tautan tangan antara Albert dan Cath. SHIT! Dengan tatapan dingin disertai rahang yang mengeras, Max menatap Albert dan Cath yang masih dalam posisi yang sama. Aaron mengernyit heran saat Max kembali duduk di sofa dengan tatapan yang kian menyorot dingin entah kemana, “Kau tidak jadi pulang?” tanya Aaron keheranan. “Ya.” Jawaban singkat Max membuat Aaron senang tanpa peduli apa penyebab Max berubah pikiran. “Bisakah kau menemaniku minum, Nona?” Perkataan Albert terdengar oleh pendengaran tajam milik Max. Entah sejak kapan suasana kian terasa panas bagi pria itu sampai harus membuatnya membuka dua kancing teratas kemeja yang ia pakai. “Tentu saja, Tuan, senang bisa melayanimu.” Albert bersorak senang dalam hati saat suara halus menggoda milik Cath menerima tawarannya. Awalnya Albert hanya ingin ditemani minum sejenak bersama Cath yang ia ketahui sebagai pelayan di club ini, tapi kian lama ia mengobrol bersama wanita itu, semakin ia terkesan. Albert ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Cath malam ini. “Aku menyukai kepribadianmu, Cath, kapan-kapan bisakah kau menemani beberapa urusanku di luar tempat ini?” ucap Albert langsung pada intinya. Tanpa perlu penjelasan sekalipun, siapapun juga sudah pasti tahu niat Albert dibalik ajakan itu. Aaron berdeham singkat saat dirasa Albert mengabaikan keberadaannya dan Max di sini. Selain itu, Aaron merasakan sesuatu yang ganjal di sekitarnya. Entah kenapa suhu yang tadinya cukup dingin berubah sedikit panas mencekam. Apa ada yang salah? “Apa pendingin ruangnya mati?” gumam Aaron sembari mengusap tengkuknya kikuk. Keadaan di sana hening antara Aaron dan Max, berbanding terbalik dengan Albert dan Cath yang asik mengobrol bahkan sesekali tertawa atas lelucon yang tidak lucu bagi Max. “Eh, kau bilang ingin pulang, kenapa masih di sini?” heran Albert saat baru menyadari keberadaan Max di antara mereka, sekaligus heran kenapa rasanya Max terus menatap tajam pada mereka. Ah ralat, maksudnya hanya pada Cath. Apa Max juga terkesan dengan wanita ini? s**t! Albert mengumpat dalam hati. Ia harap semoga Max tidak tertarik dengan Cath karena bisa bahaya jika saingannya adalah Max. Tak ada satupun wanita yang bisa menolak pesona seorang Matheo Aleandro Maxius, termasuk Cath jika saja wanita itu menyadari jelas wajah Max yang berada di dalam cahaya remang. “Thia.” Deg! Alunan suara bariton berhasil membuat tubuh Cath meremang. Suara yang telah lama tak ia dengar kembali menyapanya. Jantung wanita itu memompa hebat saat manik hazel miliknya beralih pada Max yang baru ia sadari tengah duduk di single sofa dengan tatapan tajam mengarah padanya. HELL NO! Bibir Cath sedikit gemetar untuk menyebutkan nama Max, semua saraf tubuhnya terasa lumpuh tak berdaya. Apalagi samar-samar ia menyadari Max menunjukkan sedikit seringai di bibir tebal pria itu. “T-Theo?” Seringai tipis di wajah Max menjelaskan semua kekhawatiran Cath. Bak alarm penuh peringatan, wanita itu segera berdiri dan pamit pergi. Ia berjalan tergesa menjauhi tempat yang diduduki tiga pria tampan di sana, dan sialnya satu di antara mereka adalah devil baginya. Berbeda dengan Aaron yang menatap bingung pada apa yang terjadi di depannya, Albert malah menghela napas pelan tanda bahwa ia kalah sebelum memulai. Dari tatapan Max dan Cath, sepertinya mereka adalah dua orang yang saling mengenal. Pupus sudah harapanku… “Theo? Siapa Theo?” gumam Aaron masih tidak memahami situasi yang terjadi. “Siapa lagi kalau bukan dia,” dengus Albert sembari melirik ketus pada Max yang masih setia menatap pada arah kepergian Cath. “Ah, benar juga. Eh! Kau mau kemana?!” teriak Aaron saat Max tiba-tiba saja berjalan pergi entah kemana. “Aish dasar pria itu,” kesal Aaron. “Sepertinya dia mengejar Cath,” ucap Albert dengan nada lesu. “Kenapa?” tanya Aaron dengan alis menukik. Albert berdecak kesal saat Aaron cukup bodoh untuk memahami keadaan, “Bercinta, mungkin?” celetuk Albert kesal. Aaron sempat kaget mendengar penuturan Albert, tapi di detik berikutnya ia tersenyum tipis sembari menepis ucapan sahabatnya barusan. “Tidak mungkin, mana mungkin seorang Max dengan mudah mengajak tidur seorang wanita. Ia adalah pria yang anti dengan wanita, bahkan wanita cantik sekalipun tidak bisa dengan mudah meluluhkan hatinya.” “Dan semua itu dikarenakan wanita di masa lalunya yang membuat Max tak pernah berhubungan dengan wanita manapun,” sambung Aaron lagi setelah terdiam sejenak. “Lalu, kenapa sekarang tiba-tiba dia mengejar Cath?” dengus Albert. Hening sesaat. Kepala Aaron dan Albert sontak saling menoleh satu sama lain setelah menyadari sesuatu. Mereka memberikan tatapan yang sudah jelas bahwa pemikiran keduanya sama. “s**t!” umpat Albert dan memutuskan untuk menuju lantai dansa bersama pengunjung lain untuk mengalihkan suasana hatinya yang buruk. Ia memutuskan untuk menikmati dentuman musik club malam itu daripada merana tidak jelas. Sementara itu, di tempat yang cukup jauh dari hiruk-pikuk tampak seorang wanita yang berjalan cepat sembari menatap was-was ke belakang. Di lorong panjang yang sepi, lorong yang hanya dilewati oleh pelayan itu memberikan ruang rasa lega di hati Cath. Tidak mungkin kan Max akan mengejarnya sampai ke sini? “Syukurlah dia tidak– ARGH!” Cath memekik kencang saat sebuah tangan menarik kasar lengannya menuju sebuah ruang yang ia ketahui tengah kosong. “Dapat.” Holy s**t! Jantung Cath rasanya berhenti berdetak di detik ia mendengar suara berat dari pria di depannya itu. Postur tubuh tinggi dan tegap yang dipenuhi otot proporsional itu tampak mengungkung tubuh mungil Cath. Seringai di wajah Max kian terlihat jelas dalam remang-remang cahaya ruang saat pria itu mendekatkan wajah mereka. “Aku berhasil menangkapmu lagi, Sayang.” Sepersekian detik kemudian, sesuatu yang lembut dan basah menyentuh bibirnya. Oh sial, ini bencana! ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
313.8K
bc

Too Late for Regret

read
310.0K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.7M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.3M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
144.2K
bc

The Lost Pack

read
429.7K
bc

Revenge, served in a black dress

read
151.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook