Bagaskara "Sayang," panggilku lembut, tapi Emi tidak menyahut. Dia tetap menundukkan kepalanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Mama mengambil tisu dan memberikannya kepada Emi. Sepertinya hati wanita yang sudah melahirkan aku itu sudah mulai menghangat dan mulai membuka hatinya untuk menerima Emi. Namun, entah kenapa hatiku malah terasa berat dan semakin ingin menemukan Vania. Ada apa sebenarnya dengan hatiku ini? Kenapa selalu berubah-ubah? "Bagaimana kalau kita mengadakan pertunangan dulu?" Papa tiba-tiba memberikan saran. Aku pikir orang tua itu sudah pergi keluar rumah atau tidur di kamarnya, ternyata dia kembali keluar, dan malah menyampaikan ide konyol. "Tidak usah, Pak." Aku menolak. "Kenapa, Mas? Bukankah katanya kamu cinta sama aku dan mau menikah denganku? Lantas kenap

