Prolog _ Bab 1
Blackwell Greene menggeliat lagi, ia sudah berusaha keras menutup telinganya dengan bantal, tapi ponsel itu terus menolak berhenti menganggu tidurnya.
Dengan kesal ia membuka mata, persetan, sekarang jam tiga dinihari, sialan mana yang tak pernah melihat waktu untuk menghubunginya.
"Tak tahukah kau jam berapa sekarang, b***h!!!" hardiknya. Tak lama ia terkesiap bangun dan melihat nama yang tertera di ponselnya, mendadak ia menjadi berkeringat dingin.
"Coba ulangi sekali lagi" kata si penelpon dengan nada rendah amat mengancam.
Matilah dia.
Siapa lagi yang berani menghubunginya di jam-jam itu. Tentu saja hanya satu orang yang bisa.
"Ampun, mother. Janji, aku tak akan mengulangi lagi" katanya dengan nada amat bersalah.
Tak lama ia segera harus menjauhkan ponsel itu dari telinganya " BATALKAN MISIMU, BLACKWELL GREENE, SEKARANG!!!" meski ia sudah menjauhkan ponselnya, tetap saja suara teriakan si penelpon memekakkan gendang telinganya. Orang bilang wanita hamil memang galak, dan benar saja Mother Yui lebih galak dari singa mengamuk.
''Tidak!" sanggah Backwell keras kepala.
"Astaga Black, bisakah kau sesekali mendengar ucapanku. Kau tahu dia lima puluh tujuh tahun, hampir setua kakekmu dan kau ingin menikah dengannya? kau amat tersesat Black. Apa yang aku inginkan untukmu hanya hiduplah dengan normal" omel wanita berbadan dua itu.
"Mom, aku tidak mengerti bagaimana hidup normal itu. Tak ada orang lain yang cocok mengambil misi ini. Biarkan aku mengambil keputusan kali ini mom"
Ia mendengar wanita itu mendesah gusar "Oh, lord. Apa-apaan dengan kalian. Laelu sibuk dengan Hans Becker dan kau ingin menikahi kakek-kakek. Aku merasa gagal mendidik kalian. Bagaimana aku akan bertangungjawab kepada mendiang Daphne Katharine Acley?"
PERINGATAN
CERITA INI MENGANDUNG MUATAN DEWASA SEPERTI KEKERASAN, PENGGAMBARAN TINDAKAN KURANG SENONOH, KONSUMSI MINUMAN KERAS, ROKOK, DLL.
BAGI PEMBACA YANG BELUM CUKUP UMUR ATAU TIDAK NYAMAN DENGAN KONTEN TERSEBUT, DIANJURKAN UNTUK TIDAK MEMBACANYA!!!
Bab.1
What is a normal life?
Normal?
Alycia duduk di kursi pemberhentian bus dengan pertanyaan seperti apa kehidupan normal itu di kepalanya.
Pandangannya berkeliling memperhatikan orang-orang disekitarnya.
Seseorang bersepeda, dia juga pernah bersepeda. Bukan itu bisa dianggap normal?
Seorang laki-laki tampak akan pergi bekerja, dia juga pergi bekerja. Jadi apa yang dinamakan kehidupan normal?
Seorang gadis mengunakan seragam, ia juga pernah mengunakan seragam.
Lalu dimana ia tidak normal?
Dia teringat untuk melirik jam tangannya. Lupakan tentang kehidupan normal, dia harus pergi bekerja sekarang.
Alycia berdiri dan memanggil taksi.
Dibalik kemudi sebuah maybach hitam, tidak jauh dari tempat Alycia tadinya duduk seorang lelaki terkekeh "Dia duduk di pemberhentian bus selama setengah jam, lalu memanggil taksi. Bukankah itu sedikit luar biasa?"
Lelaki itu menoleh kebelakang, dimana seorang dewa tengah duduk anggun, ekspresinya datar dan dingin, tak berniat ikut tertawa "Jalan" perintahnya.
.
.
Alycia Greene membaca nama yang tercetak di name tag kerjanya, ketika teman-temannya sibuk berdandan.
Hal pertama yang ia lakukan setelah tamat dari fakultas hukum adalah menganti namanya.
Ia mengangumi paman Al Carrow dan paman Alastair, juga tante Allysa, yang semua namanya menyimpan 'Al' jadi ia mengunakan nama Alycia. Ia pikir nama mereka normal.
Oh benar, dia juga lebih suka Abiel dari pada pengganggu Steve, jadi namanya harus mengandung A diawal. Blackwell tidak punya A di awal.
"Mengapa kalian berdandan?" tanyanya dengan kening berkerut.
Naomi Oh yang duduk di kotak sebelah Alycia langsung mengasurkan lipstik kepadanya "Ini pakai, bos besar akan melakukan inspeksi sebentar lagi. Buat dirimu cantik"
Alycia menatap lipstik itu. Apakah berdandan saat kedatangan bos besar adalah normal? Mengapa?
Alycia memandang keributan sekitarnya.
"Bagaimana lipstikku..."
"Maskaramu berlepotan... "
"lipstikmu kena gigi... "
"Tambahkan disini sedikit lagi... "
"Alismu tidak simetris... "
Dengan ragu ia mengambil lipstik itu dan mengaplikasikannya. Ia mendengar deheman berat dan tangannya diguncang Naomi membuat lipstik yang ia gunakan mengenai pipi.
"Apa?" tanyanya menoleh pada Naomi.
Naomi melotot dan menunjuk dengan dagu kearah lain.
"Apa?" tanya Alycia sekali lagi tidak mengerti.
Naomi makin menambah bahasa tubuh aneh, dengan mata, dagu hingga alis, membuat Alycia makin bingung.
Jadi ia abaikan saja Naomi yang lupa cara berbicara dan menoleh ke arah lain.
Sepasang mata yang dalam tengah menatapnya "Siapa kamu?" tanyanya pada seorang laki-laki yang berdiri didepan mejanya, dibelakang laki-laki itu terdapat segerombolan bosnya dan bos dari bos dari bosnya dan beberapa bos dari bosnya yang lain.
Laki-laki itu mengeryit dan memperdalam pandanganya pada Alycia, sedang lingkungan sekitarnya berubah menjadi gelap dan mencengkram, gerombolan bosnya berbisik dengan ekspresi cemas, tapi tak sedikitpun mempengaruhi Alycia.
"Kamu, Ikut saya!" suara lelaki itu yang berat dan penuh d******i jatuh, tak bisa dibantah atau dipertanyakan.
Alycia tidak punya waktu untuk protes atau menanyakan apa yang sebenarnya terjadi apalagi membersihkan noda lipstik pada pipinya.
Dengan patuh ia mengikuti langkah laki-laki itu keluar dari departemen legal menuju lift, sedangkan gerombolan bosnya telah menyingkir dengan satu lambaian tangan dari laki-laki itu.
Siapa dia? Dan kemana mereka menuju?
Ia terus mengekor dibelakang laki-laki itu menuju lift, bergerak menuju lantai paling atas gedung.
Lelaki itu lalu membawanya menuju ruangan paling megah yang pernah ia lihat di gedung perusahaan tempat ia bekerja.
Alycia terus mengikuti hingga laki-laki itu berbalik, menyandar dimeja dan memandangnya dari bawah hingga atas.
"Anda ingin mencium saya?" tanya laki-laki itu dengan datar namum ada intimidasi dari tatapannya.
"Tidak" jawab Alycia yang kebingungan dengan langsung. Lelaki tidak senonoh, kutuknya.
"Mari kita ganti pertanyannya, Anda ingin dicium oleh saya?" tanya laki-laki itu sekali lagi.
Alycia menggeleng "Tidak" katanya dengan kening berkerut samar. Lelaki ini mungkin gila atau kehilangan akal. Mengapa pula ia berciuman dengan dia, mereka baru bertemu hari ini. Apakah normal berciuman saat pertama kali bertemu? Tapi banyak p*****r di Secret Garden berciuman saat pertama kali bertemu dengan pelanggan.
"Lalu mengapa Anda berdandan saat jam kerja?"
Kerutan di dahi Alycia makin dalam, ia kebingungan, ia belum pernah menghadapi pertanyaan seperti ini sebelum-sebelumnya "Kebanyakan gadis departemen legal berdandan, katanya akan kedatangan bos besar. Mereka menyarankan saya untuk berdandan agar terlihat lebih cantik dan saya melakukannya" jawab Alycia dengan polos setelah sejumlah analisis mendalam dalam otaknya. Harusnya begitu benar, ia tidak berada dilingkungan Secret Garden sekarang, pikirnya.
"Mengapa?" tanya lelaki itu sekali lagi. Kenapa lelaki ini terlalu banyak bertanya? Pikir Alycia.
"Mengapa?" ulang Alycia dan menganalisis banyak hal dibenaknya, situasi, tempat dan orang ia hadapi, semuanya terlalu rumit untuk dipilah-pilah, ia harus memisahkan dua kehidupannya yang berbeda, sehingga seseorang tidak bisa menemukan bahwa ia 'tidak normal' seperti kata ibunya "Mungkin normal untuk berdandan saat kedatangan bos besar, atau mungkin bos besar suka melihat karyawan terlihat rapi dan cantik atau mungkin saja sudah menjadi tradisi dan kebiasaan yang dianggap normal menyambut bos besar"
Lelaki itu berjalan mendekat dengan pandangan yang tak pernah lepas darinya, tangannya yang besar dan hangat mampir ke pipi Alycia, bergerak untuk menghapus noda lipstik yang sedari tadi menganggu penampilannya yang hampir sempurna sebagaimana para kerah putih lainnya.
Lelaki itu sedikit membungkuk "Apa anda berencana untuk menaiki ranjang saya?" bisiknya ditelinga Alycia.