Diana P.O.V Hari itu, selepas melakukan pendampingan tambahan untuk Sarah di kantor kejaksaan, aku dan Adi kembali ke kantor dengan tubuh yang sedikit lelah. Namun kupastikan semua laporan telah beres sebelum memutuskan duduk santai di pantry sambil menyesap teh hangat. “Di, kamu gak buru-buru pulang?” tanyaku sambil menyender ke kursi, menatap langit sore dari balik kaca kantor. Adi menggeleng. “Enggak, Mbak. Aku pengen duduk sebentar aja. Nemenin Mbak juga.” Aku tersenyum, menyesap teh. Lalu, dengan nada ringan namun penuh ketertarikan, aku bertanya, “Ngomong-ngomong… hubungan kamu gimana? Sama Dira, ya?” Adi, yang sedang membuka termos kecil miliknya, seketika terdiam. Senyum tipisnya sempat tersungging, namun tidak bertahan lama. Wajahnya seolah berubah sendu. Aku memiringkan kep

