Langit sore terlihat ganjil.
Reyhan berdiri mematung di balkon kosnya. Cahaya matahari yang biasanya hangat kini terasa seperti sorotan lampu panggung yang menyoroti seseorang yang sedang diinterogasi. Dan orang itu adalah dirinya.
“Level 3 tercapai. Upgrade sistem dimulai...”
Suara sistem muncul tiba-tiba di kepalanya — datar, dingin, dan terlalu jernih. Tapi kali ini berbeda. Bukan hanya suara... dia merasakannya. Seolah-olah ada sesuatu yang menggeliat dalam pikirannya. Seperti... makhluk.
“Upgrade mencakup integrasi visual...”
Mata Reyhan tiba-tiba berdenyut. Dunia di sekitarnya bergetar sejenak, dan kemudian… berubah.
Dia bisa melihat angka-angka kecil melayang di atas kepala orang-orang yang lewat di depan kos. Saldo e-wallet, tingkat stres, jumlah hutang. Bahkan ada satu pria yang angkanya berkedip merah dengan tulisan: “Berbohong — potensi ancaman.”
Reyhan terhuyung mundur. “Apa-apaan ini?!”
Sistem menjawab tenang, “Visualisasi informasi dasar terintegrasi. Selamat datang di Mode Observasi.”
Mode Observasi. Kemampuan membaca dunia… atau lebih tepatnya, membongkar dunia.
Reyhan duduk lemas di tempat tidur. Pikirannya berputar cepat. Dalam waktu beberapa hari, hidupnya sudah terlalu jauh berubah. Uang datang dengan mudah. Makanan mewah, barang branded, dan sekarang... kemampuan seperti mata dewa?
Tapi bukan itu yang membuatnya gemetar.
Yang membuatnya takut... adalah perasaan bahwa ia sedang diawasi balik.
Semalam, dalam tidur setengah sadar, ia melihat siluet seseorang berdiri di pojok kamar kos. Tidak bergerak. Tidak bernapas. Tapi menatap... dengan sangat sadar.
Dan kini, saat ia memejamkan mata untuk menenangkan diri, bayangan itu muncul lagi — samar, tapi nyata. “Siapa kau?” bisik Reyhan.
Suara sistem tak menjawab.
Namun sebuah pesan muncul di udara, seolah ditulis oleh tangan tak kasatmata:
> “Kau tak seharusnya bisa melihat ini… belum sekarang.”
Reyhan terperanjat. “Apa maksudnya?! Siapa kamu?!”
Tidak ada jawaban. Tapi suhu kamar turun drastis. Bahkan layar HP-nya berkedip aneh. Sejenak, wajah seseorang muncul di layar — tak jelas, hanya mata… tapi mata itu familiar.
Reyhan bangkit, panik. Ia menyalakan semua lampu, menutup jendela, dan mencoba keluar. Tapi ketika ia membuka pintu—
Kos tampak berbeda.
Koridor panjang, cahaya temaram, dan tidak ada suara manusia. Bukan dunia nyata. Bukan juga mimpi.
“Sistem... aku di mana sekarang?”
> “Selamat datang di Dimensi Cermin.”
Nafas Reyhan memburu. “Aku nggak pernah minta ini! Aku cuma mau hidup lebih baik!”
Sebuah sosok muncul di ujung lorong — tinggi, kurus, dan wajahnya... mirip Reyhan.
Tapi matanya hitam seluruhnya, dan ia tersenyum seperti seseorang yang tahu semua rahasiamu.
> “Hidup lebih baik bukan berarti tanpa bayangan,” kata sosok itu.
“Dan setiap sistem… punya bayangannya sendiri.”
Reyhan berlari. Ia tidak tahu ke mana, hanya tahu ia harus menjauh.
Tapi saat ia tiba-tiba tersandung dan jatuh, dunia sekitar hancur seperti kaca retak. Cahaya menyilaukan memeluknya — lalu semuanya gelap.
Ketika Reyhan membuka mata, ia kembali di kamarnya.
Napaknya berat, bajunya basah oleh keringat. Tapi notifikasi di layar HP-nya nyata:
> 🔔 “Dimensi Cermin terbuka. Fase berikutnya akan dimulai saat kau siap.”
Dan di bawah pesan itu — ada satu baris baru, dengan font yang tak pernah ia lihat sebelumnya:
> “Kau sedang dimainkan… atau sedang memainkan sesuatu yang lebih besar.”