Selesai membaca tulisan yang Andra berikan. Aisyah menoleh ke Andra. Cowok itu senyum, dengan cepat Aisyah memalingkan wajahnya. Kayanya, Andra masih sangat berharap padanya.
Aisyah meremas kertas yang baru saja dibacanya. Ia mau buang kertas itu, tapi enggak mungkin ia buang sembarangan di kelas. Ia masukkan kertas itu ke dalam tas, dan rencananya akan ia buang saat jam kampus telah selesai.
Sinta yang duduk di belakang Aisyah, menoel pundak Aisyah. "Itu apaan Syah?" tanyanya penasaran.
"Bukan apa-apa," jawab Aisyah.
"Ohh."
***
Pekerjaan Ali sudah selesai. Hari ini ia pulang lebih cepat dari biasanya. Ali berjalan keluar dari gedung kantor tempatnya bekerja. Ia bekerja sebagai manajer di suatu perusahaan Pamannya. Dengan gaji lumayan besar, dan sangat cukup untuk memenuhi kebutuhannya, istrinya, dan rumah tangganya juga.
Saat Ali melangkah menuju mobilnya, seorang wanita cantik menghampirinya. Wanita dengan rambut terurai, dan sedikit ikal di ujungnya.
"Mau pulang ya?" tanya Aurel, nama wanita itu. Usianya sekitar 20 tahunan, dia magang di kantor tempat Ali bekerja. Dia juga sekampus dengan Ali. Tapi tidak sejurusan.
"Iya," jawab Ali singkat.
"Boleh gak minta tolong," ucap Aurel agak malu-malu.
"Minta tolong apa?"
"Anterin aku ke rumah Sakit Medika, soalnya mobil aku mogok."
"Kamu sakit?"
"Enggak, tapi mama aku. Jadi, gimana?"
Ali mikir terlebih dahulu. Kalau ia menolong Aurel, ia enggak bisa jemput Aisyah. Soalnya rumah Sakit Medika itu jauh. Tapi kalau Aurel tidak ditolong, kasihan. Masa ia tega enggak nolongin cewek yang mau jengukin orang tuanya yang sedang sakit. Keterlaluan banget.
"Kalau gak bisa juga gapapa kok. Nanti ngerepotin kamu," ucap Aurel.
"Ya udah, boleh."
"Serius kamu mau anterin aku?"
"Iya."
Dengan refleks, Aurel menggenggam tangan Ali. "Makasih ya Li," ucapnya senang. Karena kesenangan itulah, dia enggak sadar telah memegang tangan Ali.
"Maaf, tangan aku," ucap Ali meminta Aurel melepaskan tangannya.
Aurel langsung melepaskan tangan Ali. Astaga, dia sangat malu saat ini. "Sorry-sorry, gak sengaja. Maaf ya," ujarnya, dia jadi malu dan salah tingkah.
"Iya gapapa. Lain kali jangan," ucap Ali dengan dingin.
Aurel senyum manis ke Ali. Ali balas, tapi hanya dikit.
Ali membuka pintu mobilnya. "Masuk," ucapnya menyuruh Aurel masuk ke dalam mobilnya.
"Makasih ya Li."
"Sama-sama."
Aurel pun masuk ke dalam mobil Ali. Cewek itu duduk di belakang, bukan di depan.
Ali membukakan pintu belakang, bukan pintu depan. Ia tidak mau duduk bersebelahan dengan Aurel. Sebab ia enggak enak, ia dan Aurel baru kenal. Jadi tidak seakrab itu. Dan ia tidak mau timbul fitnah nantinya.
"Ali!" teriak seorang teman kerja Ali, Ilham namanya. Dia berjalan menghampiri Ali.
"Apa?" tanya Ali saat Ilham sudah didekatnya.
"Lo mau ke Kempus Terkini ya?"
"Enggak, gue ke tempat lain."
"Lah, lo gak mau jemput istri lo. Kalau iya gue mau nebeng. Sekalian jemput istri gue, Sinta," ucap Ilham. Rumahnya dan Ali deketan, mereka tetanggaan. Selain itu istrinya dan istri Ali sekampus. Jadi dia mau numpang mobil Ali. Soalnya dia hari ini tidak bawa motor.
"Enggak, gue gak bisa. Gue gak jemput Aisyah hari ini. Tadinya mau, tapi gak jadi," balas Ali sembari membuka pintu mobilnya.
"Hah! Gak salah dengar ni gue. Lo gak mau jemput istri lo. Jam segini kan, Sinta sama Aisyah keluar kampus. Setahu gue, lo sayang banget sama Aisyah. Tapi kenapa lo gak mau jemput dia dulu. Biasanya kalau kita pulang lebih awal, lo pasti jemput Aisyah," ucap Ilham heran.
"Hari ini gak bisa, gue ada urusan. Gue udah janji sama seseorang."
"Sama siapa?" tanya Ilham. Dia tidak tahu Ali sudah janji sama Aurel. Ilham juga tidak melihat Aurel di mobil Ali, soalnya kaca mobil Ali gelap. Jadi tidak kelihatan kalau ada orang di dalamnya.
"Seseorang pokoknya. Gue harus nolongin dia. Jadi gue sibuk."
"Sibuk apa sih lo, sampai melupakan istri lo sendiri. Kita ini beda 4 tahun bro, dan gue sebagai orang yang dewasa di sini. Cuma mau nasehatin aja, istri itu lebih utama. Sebaiknya lo jemput dia dulu. Lo itu udah gue anggap adik sendiri, jadi dengerin omongan Abang lo ini," nasehat Ilham. Cowok berusia 24 tahun itu.
Ali menepuk pundak Ilham. "Makasih sarannya. Gue juga tau itu kok. Tapi kali ini gue lagi gak bisa. Kalau lo ketemu Aisyah, bilang sama dia. Gue masih di kantor. Kalau gitu gue cabut dulu, assalamualaikum," pamit Ali.
Ali tidak mau kasih alasan sebenarnya. Takut Ilham salah paham dan nanti kalau ia kasih tahu yang sebenarnya, Aisyah bisa cemburu. Istrinya itu pencemburuan, makanya Ali bohong. Bilang masih di kantor.
"Waalaikumsalam," balas Ilham.
Ali masuk ke dalam mobilnya dan berlalu pergi meninggalkan Ilham.
***
Sudah 10 menit berlalu, Ali dan Aurel diam saja di dalam mobil. Belum ada yang memulai pembicaraan. Ali sibuk fokus nyetir mobil dan Aurel diam-diam memperhatikan Ali.
"Mama kamu sakit apa?" tanya Ali memecah keheningan antara ia dan Aurel.
"Mama aku sakit jantung," jawab Aurel. Akhirnya yang dia tunggu-tunggu datang juga. Ali mengajaknya ngobrol, dia senang. Sudah dari tadi dia tunggu, baru sekarang Ali bicara padanya. Mau mulai duluan, tapi dia malu.
"Udah berapa lama?" tanya Ali.
"Udah dari dua tahun yang lalu," jawab Aurel.
"Aku turut prihatin. Semoga mama kamu lekas sembuh."
"Aamiin. Makasih doanya Li."
"Sama-sama."
Hening. Mereka berdua berdiam lagi. Mulut Aurel gatal ingin menanyakan sesuatu ke Ali. Tapi dia malu. Namun dia sangat ingin bertanya. Dia pun nekat dan berkata, "kamu udah punya pacar?" tanyanya.
Ali ingin ketawa. Tapi ia tahan. Sepertinya Aurel belum tahu, soal statusnya yang sudah menikah. Aurel karyawan baru di kantornya, baru tiga hari yang lalu bekerja. Aurel juga mahasiswa pindahan. Wajar jika wanita itu tidak tahu.
Karena Ali enggak jawab. Aurel pun berkata, "Jawabannya apa?" tanyanya.
"Aku gak punya pacar," jawab Ali.
Hati Aurel berbunga-bunga. Dia senang. "Masa sih," ucapnya gak percaya. Agak tidak mungkin cowok seperti Ali belum punya pacar, menurutnya. Sudah putih, ganteng, keren, cool, smart, masih muda pula, dan seorang manajer lagi. Jadi Aurel tidak yakin kalau Ali belum punya kekasih.
"Iya serius," balas Ali. Emang ia tidak punya pacar. Yang ia punya seorang istri bukan pacar. Makanya Ali jawab gitu.
"Emang kriteria kamu gimana?"
"Cantik, dan terpenting dia perempuan," jawab Ali seadanya.
"Itu aja?"
"Iya," balas Ali singkat.
***
Sinta senyum-senyum saat melihat pesan masuk yang baru saja diterimanya. Dia dapat pesan dari suaminya. Suaminya mengabarkan bahwa dia akan menjemput Sinta. Jadi Sinta sangat senang.
"Syah, aku hari ini dijemput," ucap Sinta memberitahu cewek yang duduk di sebelahnya.
"Dijemput siapa?" tanya Aisyah.
"Suami, katanya dia pulang awal hari ini. Berarti Ali juga pulang awal dong. Artinya kita berdua akan dijemput hari ini. Eh, Ali udah ngasih kabar belum, mau jemput kamu?" tanya Sinta.
Aisyah pun mengejek HP-nya, tapi tidak ada pesan dari Ali. "Belum," jawab Aisyah dengan rada kecewa.
"Hah! Masa sih, sedangkan Ilham aja ngirim pesannya 15 menit yang lalu. Apa jangan-jangan Ali mau ngasih kejutan. Suami kamu kan, suka yang romantis-romantis, hehe." Sinta tertawa.
Aisyah jadi senyum.
"Ciee," goda Sinta.
15 menit kemudian. Taxi berhenti di depan Aisyah dan Sinta. Ilham keluar dari taxi dan melempar senyum ke istrinya. Saat sudah berhadapan, Ilham memeluk Sinta lalu Sinta mencium tangan suaminya.
Aisyah yang melihat Ilham dan Sinta, jadi keingat dengan Ali saat menjemputnya. Saat Ali menjemputnya, suaminya itu biasa memeluknya lalu mencium keningnya. Setelah Aisyah mencium tangan Ali dengan lembut. Ali pun senyum dan mengusap kepalanya. Ia jadi keingat kejadian romantis saat Ali menjemputnya.
"Syah, hari ini Ali gak bisa jemput kamu. Dia masih di kantor," ujar Ilham.
Sejujurnya Ilham tidak enak hati karena bohong sama Aisyah. Kasihan Aisyah, dia gak tega jadinya, karena alasan Ali adalah kebohongan. Padahal Ali tidak di kantor. Tapi mau gimana lagi, Ali pesannya begitu.
"Kenapa Ali gak pulang awal juga kayak kamu?" tanya Aisyah ke Ilham.
"Gak tau, dia gak bilang," jawab Ilham.
Aisyah menunduk. Ia berharap banget Ali menjemputnya, tapi nyatanya Ali tidak menjemputnya. Ia sedih jadinya.
"Mungkin Ali masih ada kerjaan yang belum dia selesaikan," timbal Sinta. "Jangan sedih ya." Sinta mengusap punggung Aisyah bermaksud menenangkan.
"Aku gapapa kok," ujar Aisyah berbohong.
"Kalau gitu, kamu barengan aja pulangnya sama aku dan Sinta," tawar Ilham.
"Gak usah, aku naik taxi aja."
"Gapapa kok Syah, kamu bereng kita aja," timbal Sinta.
"Gak usah, aku naik taxi aja," tolak Aisyah. Ia tidak nyaman kalau se-taxi dengan Ilham dan Sinta. Ia hanya akan mengganggu kebersamaan kedua temannya itu.
"Ya udah deh, kalau gitu kita duluan ya."
"Iya."
Sinta dan Ilham pun masuk ke dalam taxi dan meninggalkan Aisyah sendirian.
Aisyah sedih, ia meneteskan air matanya. Ia tidak dijemput oleh Ali. Ali juga tidak memberikan alasan yang jelas kenapa tak menjemputnya. Bahkan Ali tidak mengirimkan pesan apapun. Ia kecewa dengan Ali hari ini. Pokoknya, ia akan minta penjelasan Ali saat di rumah nanti. Pokoknya ia akan tunggu Ali sampai pulang, titik.
***