Benang Kusut
Nafas ku kian berat dan sesak menatap deretan angka hasil menghitung tagihan yang ku susun berurutan kebawah sesuai tanggal jatuh temponya. Perutku mulas, jantungku berdetak gak beraturan dan ujung kakiku terasa sedingin es.
What have i done??
Tolol.. tolol.. t***l!
Oh,enggak!. ini sih lebih pantes di bilang kedunguan yang hakiki. Ku remas kepalaku yang berdenyut menyakiktkan bersahutan dengan detak jantungku, perutku kian mulas dan ujung kakiku semakin dingin sementara otakku yang kalut berusaha mencari rangkaian kalimat yang tepat buat menggambarkan kebodohanku.
Ya, aku tau di saat seperti ini mestinya aku menjernihkan pikiran, meredam emosi dan mencari jalan keluar. Tapi ayolah, mana bisa semua itu terjadi dengan mudah, emosi, panik, frustasi dan rasa kecewa ini mesti di lampiaskan dulu sampai tuntas.
Mungkin semangkuk sop tulang panas super pedas bisa jadi sarana pelampiasan.
ku sambar HP yang tergeletak di antara berbagai lembar kertas dan bungkus cemilan di atas meja lalu membuka aplikasi chat, memilih chat room orang pertama yang terlintas di kepalaku.
Me: Makan sop tulang beringin, kuy?
Pesanku terkirim tapi gak di baca hingga bermenit-menit, membuat kesabaranku yang hanya tinggal keraknya terkelupas habis.
Me: Hallo there!!!,
Me: Hallo
Me: Haloooo. .
Me: Mati kau, ya?
Wah, ngajak musuhan ini orang. Gemes, aku menekan tombol telepon, tapi setelah mencoba enam kali teleponku juga berakhir di abaikan. positif thinking aja, mungkin dia lagi ada klien, meeting, di omelin atasan, lagi boker, mendaki kilimanjaro, beli bakpia naik sepeda ke semarang, belajar origami atau beneran sudah mati.
Ku putuskan untuk membuang energiku dengan membersihkan ruang tengah rumahku yang sudah bisa di samakan dengan kondisi otakku sekarang. Berantakan. Aku sengaja gak ke salon hari ini, niatku biar bisa fokus nyari jalan keluar dari masalah keuangan yang ku hadapi berkat musibah global sialan yang memaksa hampir semua kota di dunia termasuk kota jambi lockdown selama berbulan-bulan. Nyatanya pikiranku malah semakin kusut dan alih-alih dapat solusi aku malah semakin hilang arah.
Mungkin aku mesti mepersiapkan diri jatuh miskin, homeless, jobless dan ngenes.
Anjir, receh amat.
Aku sudah menyelesaikan misi membersihkan ruang tengah plus dapur dan bahkan sudah mandi tapi, chatku gak kunjung di balas. Alih-alih ponselku hanya menerima chat penagihan hutang yang jatuh tempo lima hari lagi. Seketika moodku yang mulai membaik balik ke mode sebelumnya. Ku embuskan nafas hingga paru-paruku serasa mengerut lalu menarik nafas dalam-dalam. Aku paling gak suka penyesalan, karena satu rasa itu memunculkan rasa lainnya yaitu ketidak berdayaan. Siapa di dunia ini yang bisa kembali dan mengubah masa lalu?, gak ada!. Adanya cuma di dalam kehaluan penulis.
Kalau di kasih kesempatan pinjam mobil penjelajah waktu bikinan Doc Brown, aku gak akan pergi jauh-jauh, cukup lima bulan lalu aja. Aku mau memukul kepala diriku di masa itu, memperingatkannya sebelum melaksanakan niatnya meminjam uang online lalu menyicil masalah hingga membukit dan terus membengkak siap meletus kayak jerawat. Ya, Tuhan t***l sekali.
Bukan tanpa alasan yang jelas aku sampai nekat pake jasa aplikasi pinjaman online waktu itu, berbulan-bulan salon milik ku tutup dan belum ada kepastian kapan bisa di buka kembali. Aku sudah berupaya supaya salonku tetap beroprasi meskipun nyatanya mesti tutup, aku membuka layanan di rumah dengan pelanggan datang ke rumah ku setelah membuat reservasi sebelumnya atau aku dan karyawanku yang datang ke alamat mereka. Tapi tetap saja yang kami hasilkan gak sebanyak di masa normal, salon ku lebih di kenal untuk jasa make up dan nail art, dan karena aturan lockdown ini termasuk larangan berkumpul maka udah pasti kan gak ada yang namanya acara semacam pernikahan, wisuda ulang tahun atau sekedar reuni. Gak ada yang butuh tampil cetar kalau cuma di rumah sepanjang waktu.
Untuk menutupi kebutuhan dan menggaji tiga karyawanku yang masih setia bertahan di kota jambi dan tetap bekerja, dengan cerdasnya aku memilih meminjam uang, di aplikasi pinjol pula. Sementara kalian tau kan sebesar apa bunga yang mereka tetapkan. Aku yang t***l dan kelebihan pikiran positif ini yakin-yakin aja bisa membayar pinjaman itu, kenyataannya aku malah men-download aplikasi lain membuat pinjaman baru untuk membayar pinjaman sebelumnya.Siklus ini terus berlanjut sampai aku punya delapan aplikasi pinjol di HP ku. Aku terjebak.
Sekarang, sebulan sejak salon ku buka dan beroperasi kembali tetap saja gak serta merta kegiatan di sana kembali seperti semula. Untuk menyiasatinya aku tetap membuka jasa perawatan di rumah dan semakin gencar promosi di sosial media. Semua itu supaya aku bisa bertahan menjalani gaya hidup gali lubang-tutup lubang yang ternyata sangat menguras tenaga serta mental ini.
Kuhembuskan nafas sekali lagi lalu membawa mug berisi teh yang baru ku seduh ke teras belakang. Menghirup udara sore kota jambi dan memandang halaman kecil yang di batasi tembok pagar slbisa membantubku memikirkan jalan keluar dari situasi memuakkan ini.
Kalian tau apa impianku sejak kecil?
Tepat seperti saat ini, inilah citra yang muncul dalam benak kecilku waktu itu bila di tanya apa cita-citaku. Aku membayangkan diriku duduk di teras di sore hari berselonjor kaki, menyeruput teh hangat, ngemil gorengan (sayangngnya kali ini mesti absen dulu) sambil menikmati pemandangan sore hari atau membaca buku. Impian Nagita kecil gak muluk-muluk, cukup punya toko sendiri, rumah kecil dangan taman di sekelilingnya lalu lebih banyak waktu buat bersantai. Aku pikir itu pasti sangat menyenangkan di banding kehidupanku waktu itu, aku memiliki orang tua yang selalu sibuk dengan karier mereka, kalaupun berada di rumah yang mereka diskusikan atau perdebadkan gak jauh-jauh dari pekerjaan, membuatku gak betah di rumah, aku merasa gak pernah di perhatikan, hanya di anggap sebagai tambahan beban yang merepotkan.
Kenyataannya, kehidupan impian sekalipun gak menjamin hidupmu bakal happily ever after. Kau mungkin akan menjadi t***l sepertiku mempertaruhkan kenyamanan hidup impianmu dengan keputusan gegabah di saat tertekan masalah. kenyamanan itu sendiri juga bisa jadi racun yang membuatmu terbuai, gak waspada untuk berpikir panjang sebelum membuat keputusan. Dan ya... beginilah jadinya, aku harus mengambil tindakan penyelamatan secepatnya sebelum benar-benar kehilangan segalanya.
Aku sudah pasti gak bersedia kehilangan rumahku, ayahku memberikan rumah ini sebagai hadiah pernikahan sepuluh tahun lalu, semasa sakit ayah selalu bilang dia lega sudah menghadiahiku rumah bukan biaya pesta pernikahan seperti yang ku minta. Sebelum meninggal ayah juga menasehatiku untuk selalu percaya diri apapun masalah yang ku hadapi, selama aku masih memiliki rumah untuk pulang maka aku akan baik-baik saja.
Sialnya aku terlalu percaya diri, besar kepala dan sedikit angkuh. Alih-alih menerima tawaran ibu meminjam uangnya tanpa jaminan, tanpa kewajiban bunga dan bisa di cicil selamanya, dua tahun lalu aku justru memilih menjadikan rumah ini sebagai agunan ke bank untuk mengembangkan salon ku yang baru berjalan dua tahunan. Mana aku tau akan ada wabah virus, bisnis yang aku pikir akan berkembang sesuai rencana malah nyaris kolaps sekarang. Lalu aku terlilit hutang dan kebingungan mencari solusi.
Segerombolan burung melintas di bawah langit senja mengalihkan diriku dari pikiran pelik dalam benakku. Burung-burung itu terbang dalam formasi berubah-ubah setiap waktu, kadang mereka membentuk panah, riak omak, menyebar acak lalu kembali membentuk formasi lain. sebelum menghilang dari pandanganku. Jadi salah satu dari mereka enak kali ,ya?. Hidupmu hanya berputar konstan bangun pagi, terbang kesatu tempat untuk cari makan, pulang di sore hari lalu tidur di sarang sampai besok pagi datang lagi dan kau ulang kegiatan yang sama. Begitu aja terus sampai waktunya ajal menjemput.
Dering notifikasi yang ku tunggu berjam-jam akhirnya datang juga. menarik senyum kecil aku membuka chat yang baru masuk.
Nelnel: Aku lembur, ntar pulang aku beliin sopnya, gak usah kemana-mana, tunggu aja di rumah
senyumku melebar membentuk cengiran, seenggaknya malam ini aku dapat apa yang ku inginkan. Chat itu hanya ku balas dengan emoticon jempol teracung. lalu kembali menonton kegiatan burung pulang kesarang di atas sana.
Aku harus memberi diriku jeda waktu untuk menikmati hidup sepelik apapun masalah itu.
Jangan sampai stress Nagita. ..
Jangan sampai pokoknya. ..