Bab 1 - Membawa Perawan Mabuk
Keith segera menggendong Rachel yang antara sadar dan tidak akibat meminum air yang dibubuhkan obat perangsang oleh Cakra Assisten Robert di Leaf Link tadi, dibawa keluar Rachel dari mobilnya, lalu bergegas jalan menuju ke pintu utama rumah Brylee Carter yang adalah tempat tinggal Keith dan Vienna ibunda Keith selama dua puluh tahun terakhir.
Sebelumnya mereka tinggal di Los Angeles, lalu Brylee memindahkan kantor pusat Carter Oil Company ke Jakarta ini, dan menempatkan mereka bertiga tinggal di rumah megah tersebut.
Vienna dan Nico sepupu Keith yang sedang mengobrol di Teras depan, terkejut melihat Keith menggendong Rachel dan tergesa membawa Rachel ke dalam rumah. Keduanya segera menyongsong Keith.
“Keith!” Vienna langsung menegur Keith, menghentikan langkah Keith yang baru sampai di Teras ini, “Ini siapa?” tanyanya langsung menunjuk Rachel yang terkulai digendongan Keith. “Jangan bilang ke Mama, kamu racunin perempuan ini, untuk kamu nikmatin.” Dia merasa curiga Keith yang membuat Rachel teler.
“Penjelasannya nanti, Mama.” tukas Keith gemas dituduh Vienna tanpa alasan. Karena baginya untuk apa membubuhin obat perangsang ke perempuan demi ditidurinnya? Selama ini Keith mampu membuat perempuan rela ditidurinnya, “Nico, bantu gue.” Ditegurnya Nico yang menghela nafas terus melihat semua ini, “Buruan Nico, Rachel perlu dinetralkan keracunannya ini!” dihardik Nico, lalu cepat kembali berjalan.
Nico bergegas mengejar Keith.
Vienna menghela nafas, “Keith..Keith, lalu kenapa gadis ini teler dalam gendonganmu?” dia segera menyusul Keith dan Nico. Dia kembali menghela nafas, sebab Keith membawa Rachel ke kamar mewah Keith di lantai tiga. Diamati Keith yang sudah membaringkan Rachel di tempat tidur, lalu Keith melepas Stiletto dari kedua kaki Rachel.
“Ma!” Keith memanggil Vienna, tahu ibunya ini menyusul dia dan Nico kemari, “Tolong minta Bik Sumi bikinkan s**u putih hangat untuk Rachel. Biar Rachel muntahkan obat perangsang yang dikasih Robert ke dia.”
“Robert?” Vienna memandang Keith dengan heran, “Apa maksudmu, Keith?” Vienna segera duduk di tepi tempat tidur, tepat disebelah Keith.
“Mama,” Keith menghela nafas pendek, “Mama kan tahu Keith tadi mengikutin Psikotest di Leaf Link.”
“Lalu?” Nico menjadi penasaran seperti Vienna, duduk di lantai tepat menghadap Keith dan Vienna.
“Rachel ini.” Keith menunjuk Rachel yang terbaring gelisah di tempat tidur, “Ikut psikotest itu juga. Ternyata Robert Creative Director tergoda dengan kecantikan Rachel. Robert menyuruh Cakra Assistennya membubuhkan obat perangsang ke dalam gelas minuman Rachel. Rachel tidak menyadari itu, sebab fokus mengerjakan ujian psikotest. Keith yang melihatnya.”
“Astaga!” desau Vienna terkejut mendengar cerita Keith, “Lalu gimana selanjutnya?”
“Tahu-tahu Rachel merasa pusing, pamit ke Toilet.” Keith melanjutkan ceritanya, “Keith mengikutinya diam-diam. Belum Rachel sampai di Toilet, rubuh dan langsung dibawa Cakra ke ruangan Robert. Keith feeling Robert mau menggagahin Rachel. Keith dobrak pintu ruangan, dan melihat Robert menelanjangin paksa Rachel. Ya udah Keith hajar Robert dan Cakra, pakaikan kemeja Keith ke badan Rachel, bawa Rachel kemari untuk dinetralkan keracunan obat itu.”
“Kenapa loe bawa kemari?” tanya Nico memandang Keith dengan polos, “Harusnya loe bawa ke IGD Rumah Sakit.” Lanjutnya, “Jangan-jangan loe pengen gadis ini juga?” ditunjuknya Rachel.”
PLAK..
Keith mengeplak pundak Nico, ditatap gemas sepupunya yang konyol ini.
“Sembarangan loe ngomong!” disemburnya Nico dengan kekesalan, “Kalo gue bawa ke IGD, panjang urusannya. Dokter akan mencecer gue ini itu, akhirnya gue harus berurusan sama Polisi pula. Dituduh melakukan percobaan pemerkosaan atas Rachel.”
“Jadi kalo membawanya kemari,” Vienna menghela nafas mendengar alasan Keith yang ada benarnya juga, namun dia feeling Keith tersentuh hati ke Rachel, sebab Keith baru kali ini menolong perempuan korban obat perangsang. Biasanya Keith tidak perduli. “Kamu aman dari tuduhan itu?”
“Iya Mama.” Keith belum ngeh kenapa Vienna bertanya itu yang mengandung feeling Keith tersentuh hati ke Rachel, “Ma, tolong hubungin Tuan Walter sekarang juga, dan ceritakan yang Keith ceritakan itu ke dia. Keith mau Walter menghukum berat Robert. Keith tidak puas hanya membuat Robert dan Cakra memar dimuka saja tadi.”
“Tumben!” sela Nico heran, “Biasanya loe minta gue bawa pelaku ke tempat biasa, lalu loe sikat di sana.”
“Nanti itu, kalo Walter tidak memberi Robert dan Cakra hukuman berat.”
“Iyalah, nak.” Desau Vienna menyetujui permintaan Keith, “Lalu gimana Rachel?”
“Biar Keith mengurusnya sampai dia sadar. Nanti Keith antar dia pulang ke rumah Kakeknya.”
“Kakeknya?!” Vienna dan Nico serempak terheran mendengar ini.
“Mama, Rachel bilang tinggal sama Kakeknya. Dia sudah yatim piatu. Ayah dia meninggalkannya dan ibunya dari dia berusia tiga tahun, lalu ibunya meninggal saat dia berusia tujuh belas tahun akibat gagal ginjal keletihan kerja demi dia dan Kakeknya.”
“I see.” Vienna paham, “Ya sudah, Mama suruh Bik Sumi bikinkan s**u putih dan bawakan makanan serta baju yang layak untuk Rachel. Mama juga telpon Walter, agar Walter menghukum berat Robert dan Cakra.”
“Makasih Ma.“
“Keith,” sela Nico cepat, “Mendingan Bik Sumi ama Tante Vie yang ngurus Rachel.” ujarnya, “Gue lihat Rachel masih perawan ini dengan pikiran polos, karena dengan mudahnya dilumpuhkan Robert.”
“Ngga usah, Nico.” Keith menolak perkataan Nico, “Gue yang bawa dia kemari, maka gue yang harus mengurusnya sampai selesai.”
Vienna menghela nafas, feelingnya semakin kuat, Keith fall in love ke Rachel. Tapi tidak mengapa, karena Vienna berharap Keith segera menikah dan punya keluarga. Vienna pun melihat Rachel perempuan baik, tidak seperti perempuan-perempuan yang pernah dekat sama Keith. Buktinya bikin Keith bela-belain menolong Rachel dari Robert yang mata keranjang itu.
“Tapi Keith,” Nico bicara lagi, “Kalo loe tergoda gimana? Ingat loh, Rachel masih dalam pengaruh obat perangsang, dan libido loe yang tinggi itu bisa tersulut aura Rachel yang teracunin obat perangsang.”
“Kalo kejadian, gue sepenuhnya bertanggungjawab atas hidup dia dan Kakeknya.” Keith dengan tegas menjawab pertanyaan Nico itu, “Ayo Mama buruan.” didesaknya Vienna yang kembali menghela nafas mendengar perkataannya itu.
“Ya sudah, Mama kerjakan.” Vienna mengalah, “Tapi paling tidak Bik Sumi membantumu. Kamu kan paling tidak tahan melihat orang muntah.”
“Iyalah.” Keith terpaksa setuju, sadar ibunya curiga seperti Nico, kalo dia bisa saja tersulut b*******h ke Rachel yang masih dalam obat perangsang.
Vienna lalu membawa Nico keluar dari kamar ini.
Keith memandangin Rachel, pelan tangan kanannya mengusap lembut rambut di kepala Rachel.
“Umm!” terdengar suara Rachel, “Jangan..jangan lakukan itu!” rintihnya antara sadar dan tidak.
Keith menghela nafas, “Semoga Walter menghajar habis Robert. Aku harus membalas semua pelecehan Robert ke Rachel.”
Lalu datang Bik Sumi membawa baki berisi segelas s**u putih dan bubur kaldu polos untuk Rachel.
“Misi Tuan muda.” Bik Sumi menegur Keith yang masih disisi Rachel.
“Taruh di meja kerja saya, Bik.’ Keith tahu Bik Sumi membawakan yang dipesannya. “Lalu bibik tolong ambilkan Waskom kecil, washlap, dan baju ganti untuk Rachel.”
“Baik Tuan muda.” Bik Sumi paham, pelan matanya melonggok ke arah Rachel, pengen lihat seperti apa Rachel yang membuat Keith mau repot seperti ini. Biasanya Bik Sumi yang mengurus para korban Keith.
“Buruan Bik Sumi.” Keith menegur Bik Sumi, tahu pengasuhnya ini pengen lihat sosok Rachel.
“Baik Tuan muda.” Bik Sumi segera pergi dari kamar.
Keith mengambil gelas s**u, ditaruh ke Bufet, lalu mengangkat setengah badan Rachel, disandarkan ke dadanya, baru perlahan dicekokan s**u ke dalam mulut Rachel.
“Ditelan susunya, sayang.” pinta Keith menyuruh Rachel menelan cairan s**u, sebab dirasa olehnya Rachel tidak menelan s**u itu, “Ayo telan, sayang.” bujuknya entah kenapa memanggil Rachel dengan sayang.
Rachel akhirnya menelan cairan s**u itu. Terus ditelannya sehingga yang diminumkan Keith ke mulutnya habis.
Keith tampak lega, ditaruh gelas s**u ke bufet, dibiarkan Rachel tetap bersandar ke dadanya. Satu tangan Keith meraih tangan Rachel, terasa olehnya tangan itu dingin. Keith menjadi cemas, segera dilingkarkan lengannya ke pinggang Rachel, lalu kedua tangannya meremas-remas pelan kedua tangan Rachel, agar tangan itu kembali hangat. Bibir Keith komat-kamit memohon agar Rachel selamat dari keracunan obat perangsang itu.
Bik Sumi datang membawa yang Keith pesan, ditaruh ke lantai sesuai dengan petunjuk jari tangan Keith yang dilihatnya.
Dia segera hadapkan waskom ke hadapan Rachel yang terlihat mulai mual, dan Rachel pun memuntahkan isi perutnya ke dalam waskom. Keith yang biasanya tidak tahan melihat orang muntah, kali ini bertahan disisi Rachel. Keith bahkan mengurut-urut pelan tekuk dan pundak Rachel, agar Rachel nyaman saat muntah.
Keith juga yang menggantikan pakaian dibadan Rachel, setelah dilap bersih Bik Sumi dengan washlap demek hangat. Baru Keith baringkan Rachel di tempat tidur. Diselimutin olehnya.
Bik Sumi segera merapihkan semua barang yang ada, dibawa keluar.
Keith segera mandi, lalu saat keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk menutupi bagian bawahnya, dia mendengar Rachel mengigau. Segera didekatin Rachel, lupa menutupi tubuhnya dengan kimono atau pakaian. Dia tepuk-tepuk pelan pipi Rachel.
“Hei, Rachel.” Keith mencoba bicara sama Rachel, “Rachel.. Sayang..Kamu dengar suaraku?” tanyanya cemas, “Hadeuh Nico benar, Rachel polos. Sampai jadi seperti ini. Untung tadi ada aku, kalo tidak habislah Rachel.” desaunya baru paham kenapa Nico mengatakan Rachel polos, sebab saat ini Rachel masih belum pulih kesadarannya, meski obat perangsang sudah keluar lewat muntah.
Tahu-tahu Rachel terlonjak bangun, memeluk Keith. Keith tersentak, tapi tidak berani melepas pelukan Rachel. Didengar racauan Rachel yang kacau balau. Bahkan dibiarkan Rachel bersikap aneh, seperti melepas pelukan, memukuli dadanya, lalu memeluknya lagi, menariknya baring di atas badan Rachel.
Keith mengamati Rachel, tersenyum geli sebab Rachel tampak memandanginnya dengan penuh gairah.
“Kamu menantangku, hmm?” tanyanya merasa libidonya tersulut aura menggemaskan Rachel dari tatapan Rachel ini.”Baik, aku penuhin tantanganmu. Jangan menyesal ya nanti kalo kita sama-sama enak.” kekehnya mengangkat badan Rachel, ditelanjangin Rachel, dan matanya merasa tergoda melihat tubuh Rachel yang bersih dan mulus. Tadi saat memasangkan baju, Keith tidak melihat utuh tubuh Rachel.
“Kamu benar-benar masih perawan ini.” desaunya sebab dia tahu mana perempuan yang perawan asli, dengan yang perawan kw. Pelan disentuh bergantian anggur milik gunung kembar Rachel yang masih berwarna merah muda cerah. Hatinya bergemuruh saat ini. Dia sering meniduri perempuan, bahkan yang perawan sekali pun. Namun kali ini terasa berbeda saat bersama Rachel.
Dia mulai mengusapin anggur-anggur itu perlahan dengan satu tangannya secara bergantian, lalu diraup salah satu gunung kembar ini. Rachel melenguh sambil merangkulkan kedua tangan ke leher Keith, dan menarik Keith baring bersamanya di tempat tidur.
“Akhh!” lenguh Rachel, sebab merasa Keith bukan hanya memainkan gunungnya dengan mulut tapi juga dengan lidah. Tangannya tanpa sadar menarik handuk yang menutupi bagian bawah tubuh Keith, “Akhh!” lenguhnya lagi sebab Keith melesakkan badan ke tubuhnya ini, dan bibir Keith menghisap kuat gunungnya. “Akhh!” lenguhnya terus terdengar, sebab Keith memainkan gunung lainnya. Badannya dan Keith bergesekan dan saling menekan saat ini.
‘Rachel,’ bisik hati Keith menikmati gairah mereka saat ini, ‘Aku bersumpah, menopang hidupmu dan kakekmu seumur hidup kalian. Biarkan kita menyatukan gairah saat ini yang meski kamu tidak menyadarinya akibat kamu masih terpengaruh obat perangsang itu.’
+ TO BE CONTINUE +