Part 6

957 Kata
"Lo..." "Iya ini gue..." "I miss you Alin." "I miss you too Erik." Alin dan Erik saling berpelukan dan berteriak bersama seperti anak kecil. "Gue kangen sama kegilaan lo Lin hahaha... lama amat ga balik balik ke Jakarta." Erik mencubit pipi Alin. "Iiish tangan lo kotor jangan cubit cubit pipi gue nanti jerawatan," teriak Alin dengan kencang. "Yaa ampun Alin teriakan lo bisa bikin semua kaca pecah tau ga! Gila aja dari dulu sampe sekarang suara cempreng lo ga berubah ubah, haha." "Ngapain lo ke London?"  "Gue lagi ada urusan kerjaan disuruh Alden ketemu client di Kanada sekalian aja gue ke sini buat ketemu lo, " "Gila aja lo dari kanada ke london, jauh kaliii." "Hahaha biarlah sekali sekali gue menikmati jalan-jalan ke berbagai benua dan negara mumpung dibayarin sama kakak lo." "Hadeeh aji mumpung amat sih paaaaaak, sekalian noh afrika, kutub utara, kutub selatan yang jauh sana sekalian kan mumpung gratisan." "Sewot aja lo kayak nenek-nenek. Eeh iya lusa lo jadi pulangkan ke Jakarta? kita barengan aja yak gue males balik sendirian." "Iya lusa gue balik. Yaa udah barengan aja tapi tiket lo gimana?" "Beliin gue dong." Erik menaik turunkan alis pada Alin. "Lo kira gue punya banyak duit apa, gue aja masih minta kak Alden. Bukannya lo dapat uang fasilitas dari kantor kak Alden dan lo kan udah kerja beli aja sendiri," jawab Alin ketus pada Erik. "Iss pelitnya jadi orang. Tau ga kalo pelit itu kuburannya sempit loh, ga baik pelit-pelit sama orang lain neng dan lo kan ada tuh tunangan yang kaya tuh, lo suruh napa beliin gue tiket yak." "Ogah. Lo sendiri sana." "Yeee lo ga asyik, tenang aja gue ada duit kok. Lo dari dulu emang pelit, serius peliiiit banget."" "Denger yaa gue tuh bukan pelit tapi gue suka berhemat. Hemat pangkal kaya bro." Alin menjulurkan lidahnya pada Erik. "Iye... iye miss pangkal hemat, ooh iya Lin gue laper." "Makan diluar aja, gue males masak." Alin dan Erik keluar apartemen menuju kafe dekat tempat tinggal Alin. Sepasang mata memperhatikan mereka berdua, Thomas merasa marah ternyata Erik selama ini mengetahui dimana Alin tapi kenapa tak memberitahu kan dirinya. Memang salah Thomas juga sih kenapa tidak dari dulu mencari dimana Alin sangat mudah bagi Thomas untuk melacak dan mengetahui dimana Alin dengan segala kekuasaannya tapi itu semua tak dia lakukan. Semua demi Alin biarlah dia yang terlihat buruk di mata Alin agar Alin bisa melanjutkan hidupnya dan berbahagia. Berbagai pertanyaan ada di dalam pikirannya.. Bukan ini yang dia inginkan? Melihat Alin bahagia dengan seorang pria. Pria itu juga pria baik baik dari keluarga terhormat dan kaya raya. Kevin Wilis terlihat begitu sempurna dibandingkan dirinya yang mempunyai sisi gelap seorang mafia dan mengalami kelainan seksual masokisme seksual. Kelainan seksual untuk mendapatkan kepuasan berhubungan s*x dengan fantasi untuk mencapai kepuasan seperti diikat, dicambuk ataupun dibuat menderita dan sakit dalam bentuk apapun saat berhubungan intim. Melihat pasangan menderita dan menjerit kesakitan merupakan kepuasan tersendiri untuknya tapi saat dengan Alin semua berubah. Dengan Alin dia menemukan perasaan nyaman dan cinta, tak tega Thomas menyakiti Alin.  Ada sesuatu yang aneh dengan Kevin saat Thomas melihatnya menurut Thomas tak ada pria sesempurna Kevin di dunia ini, pria yang tanpa cela pasti ada sesuatu hal yang disembunyikan oleh Kevin dan Thomas akan mencari tau itu. Thomas ingin memastikan Alin wanita yang dia cintai menemukan pasangan yang tepat untuk Alin.  *•*•*•*•*•*•*•*•* Malam sebelum keberangkatan Alin dan Erik ke Jakarta. Alin, Kevin dan Erik makan malam bersama di apartemennya.  "Baby pasti gue akan sangat kangen sama lo," ujar Kevin pada Alin. "Hanya sebentar Kev, gue udah terlanjur janji sama kak Erika dan kak Alden untuk pulang saat dia melahirkan," ujar Alin memberi pengertian pada Kevin. "Kenapa lo ga ikut balik aja ke Jakarta Kev?" "Seandainya gue bisa mengambil cuti pasti gue akan ikut baby." Kevin memegang tangan Alin. "Yaaeelah Kev kan lo direktur utama dan anak pemilik hotel kayaknya bisa di atur itu," kata Erik lagi. "Gue pengen Rik tapi kerjaan gue banyak banget. Gue juga masih baru banget di hotel yang sekarang, banyak yang harus gue benerin keuangan di hotel. Beberapa manager udah gue ganti." Kevin curhat tentang keadaan hotelnya. "Yaa.. yaa gue ngerti, Jadi lo harus turun tangan langsung untuk membenahi semua sistem di hotel lo ini ya." "Pintar banget sih lo Rik." Erik tertawa mendengar pujian Kevin tapi tetap ada yang aneh menurut Erik. Jika dia yang menjadi Kevin, dia akan ikut pulang sebentar. Menyapa dan memberi perhatian pada keluarga tunangannya akan menabah nilai plus untuknya sebagai sosok tunangan yang pengertian dan sayang keluarga tapi Kevin tidak melakukan hal tersebut. Memang Erik baru sebentar saja mengenal Kevin hanya mengenal sekedarnya saja dan baru kali ini dia dan Kevin berbicara selama ini. "Well gue udah ngantuk so mau bobo ganteng dulu yaa. Sampai jumpa lagi Kevin." Erik menuju salah satu kamar di apartement Alin. "Baby sepertinya lo harus beristirahat sayang, lo keliatannya capek banget. Besok gue akan antar lo ke bandara." Kevin memeluk Alin. "Kayaknya nanti aja deh Kev, liat tuh banyak cucian piring yang harus gue bersihkan." Alin melihat tumpukkan piring, wajan bekas dia memasak dan mereka makan malam bersama. "Gue bantu lo yaa." "Terima kasih Kev, lo memang yang terbaik." "Apapun demi lo Alin. I love you Alin." Alin tersenyum mendengar pernyataan cinta Kevin. Alin dan Kevin saling berciuman mesra. *•*•*•*•*•*•*•*•* Kevin mengantarkan Alin dan Erik kebandara... "Ready baby." Kevin sudah berada dimobil menunggu Alin. Alin tersenyum dengan perlakuan manis Kevin.  Erik berpikir memang Kevin ini merupakan seorang pria yang romantis.  Sepanjang perjalan Erik mendengar pembicaraan Alin dan Kevin yang tampak berbeda. Di mata Kevin terpancar begitu banyak cinta untuk Alin tapi di mata Alin berbeda tak ada pancaran cinta saat melihat Kevin. Erik yakin Alin belum bisa move on dari Thomas. Kevin memeluk Alin dengan sangat erat terlihat begitu berat melepaskan kepergian Alin, menciumi kepala Alin berkali kali. Alin hanya menikmati saja pelukan Kevin, dipeluk orang cakep malah menyenangkan untuk Alin tapi Alin tak menyadari kalau Thomas melihat dari kejauhan interaksi dirinya dan Kevin. "Berani-berani lo cium-cium wanita gue," ujar Thomas sangat marah dan cemburu, dia tak rela Alin dengan pria lain. *•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN