Part 5

960 Kata
Thomas menghadiri pertemuan tahunan dengan para pemimpin mafia di London. Para pemimpin mafia tersebut sebenarnya saling bersaing walau mereka masih menghormati juga ada batasan dalam menyingkirkan lawan bisnisnya. Thomas hanya bicara seperlunya, dia memang tak menyukai segala hal dengan bisnis gelap para mafia tersebut.  Mereka biasa menjual obat obatan terlarang, prostitusi, senjata api dan hal yang tak disukai Thomas, walau Thomas masih menggeluti bisnis itu juga tapi dia tidak menjual obat obatan terlarang hanya senjata api ilegal dan beberapa club bisnis dan untuk bisnis yang terlihat di publik Thomas dibidang real estate. Thomas datang kerumah Gloria untuk makan malam bersama walau enggan tapi demi ibunya Thomas terpaksa untuk datang dan berkumpul bersama mereka. Benny ayah tiri Thomas tidak menyukai Thomas selalu memandang Thomas sebelah mata, kalau saja Benny bukan suami ibunya mungkin saja Thomas sudah menyingkirkan Benny. Thomas dan Benny duduk berdua di ruang tamu. Thomas tak memperdulikan Benny, dia memainkan ponselnya. "Berapa lama disini?" tanya Benny dengan tatapan ingin mengusir Thomas. "Aku disini ada urusan bisnis, tenang aja aku tak akan tinggal dirumahmu,"  "Baguslah kalau sadar, aku tak ingin rumahku ada benalu disini. Kau tak pantas di rumahku," "Haha lucu sekali kau ini Benny, lain kali main main lah ke Jakarta biar kau bisa melihat rumahku. Dan Rumahmu sangat kecil hanya seukuran dapur dirumahku di Jakarta, tak kuat aku harus tinggal di rumah kecil seperti ini," jawab Thomas dengan dingin.  "Kau,"  "Apa!! Jika kau bukan suami ibu ku, kau tak akan bisa menghirup udara lagi. Bagiku kau hanya kotoran yang menjijikan." Pembicaraan mereka terhenti saat Gloria datang. "Waah sepertinya seru sekali pembicaraan kalian, lagi ngomongin apa sih," ujar Gloria bahagia melihat ke akrapan anak dan suaminya. "Banyak sayang," ujar Benny menutupi hal yang sebenarnya. "Mom aku mau kembali dulu ke hotel." Thomas berpamitan pada Gloria. "Tidurlah dirumah mommy sayang, mommy masih kangen padamu." Gloria sedih Thomas akan meninggalkannya. "Maafkan aku mom, aku ada beberapa pekerjaan yang harus ku bereskan. Kalau mom tidak sibuk datanglah ke Jakarta ajak Jerry dan Benny." Thomas memeluk ibunya dengan erat, Thomas masih sangat merindukan ibunya tapi keadaannya sekarang tidak memungkinkan. Keesokan harinya... Thomas bersiap siap ke Jakarta kembali pada kesibukannya dan kehidupannya yang sepi tapi di lobby hotel dia melihat ada punggung wanita yang dia kenal dan suara itu suara wanita yang dia rindukan. Thomas tak salah lagi itu Alin tapi Alin tertawa bersama seorang pria Thomas mengepalkan tangannya. Perasaan Thomas menjadi berubah dia sangat kesal melihat Alin bersama pria lain dan Alin di hotel. Berbagai macam pikiran buruk terlintas di pikiran Thomas.  "Sedang apa Alin dihotel ini." Thomas bersembunyi dibalik dinding saat Alin akan melambaikan tangannya pada pria tersebut dan masuk ke dalam mobilnya. Pria itu masuk kembali ke dalam hotel dan masuk lift, Thomas menjadi penasaran siapa pria itu.  "Selamat siang ada yang bisa saya bantu?" Ujar resepsionis hotel dengan ramah pada Thomas. "Saya mau check out." "Baik pak." "Hmm siapa pria yang baru saja naik lift tadi?" "Ooh itu Pak Kevin Willis direktur utama hotel ini pak." "Ooh iya terima kasih." Thomas langsung bergegas masuk ke dalam mobil yang sudah stand by di pakiran lobby hotel. "Maaf pak Thomas jet pribadi anda sudah stand by di bandara," ujar Rio asisten pribadi Thomas. "Tunda semua kepulanganku ke Jakarta. Cari apartemen untuk aku menetap beberapa hari di London. Aku butuh ruang privasi dan cari tau semua tentang Kevin Smith direktur hotel Grand Suite," perintah Thomas pada Rio. "Baik pak." "Dan aku minta dalam 1 jam kamu sudah menyerahkan semua data tentang Kevin Smith." Thomas akan mencari tau kenapa Alin yang menghilang selama 4 tahun bisa berada di London.  Dengan cepat Thomas mendapatkan apartement mewah dengan uang segala urusan bisa diselesaikan dengan cepat. Thomas masuk ke dalam apartementnya dan menunggu laporan Rio. Dering ponsel Thomas berbunyi... "Bagaimana Rio?" "Semua data sudah saya kirim kan ke email pribadi anda pak Thomas." "Semua hal tentang Kevin Willis kan? Juga tentang kehidupan pribadi juga asmara Kevin Willis?" "Semuanya pak." "Ok Rio terima kasih. Rio kamu menginap dimana?" tanya Thomas. "Saya bisa dimana saja pak." "Tinggallah di apartemenku. Apartement yang cukup besar dan memiliki 3 kamar tidur. Kau tinggallah disini," "Tidak usah pak, saya tak pantas tinggal diapartement pak Thomas." "Ini perintah." "Baik pak." Thomas memang memerintahkan Rio untuk tinggal bersamanya, dia salah ketua mafia dari Jakarta tentu dia butuh pengamanan yang extra. Thomas selama di London menempatkan bodyguard dengan jarak yang cukup jauh darinya. Thomas tidak suka dengan pengawalan jika harus pergi tapi sekarang dia membutuhkan Rio untuk keamanan dia sendiri. Thomas membuka email dari laptopnya... Thomas membawa semua data tentang Kevin, Kevin anak pemilik hotel Grand Suite dan merupakan tunangan dari Alina Davidson. Mereka sudah bertunangan selama setahun, Alina Davidson melanjutkan pendidikannya dan tinggal selama 4 tahun di London. Kevin dan Alin tinggal di satu apartemen yang sama di London hanya berbeda unit kamar saja tapi itu sama aja mereka tinggal bersama walau dengan kondisi yang berbeda. Thomas melihat beberapa foto Alin dan Kevin, Thomas meremas semua foto Alin dan Kevin. Thomas sangat kesal, dia marah , dia cemburu, dia ingin membunuh Kevin yang menurutnya sudah merebut Alin dari dirinya. Thomas tersenyum sinis melihat alamat apartemen Alin dan Kevin. *•*•*•*•*•*•*•* Alin menyiapkan semua keperluannya untuk kembali ke Jakarta. Erika sebentar lagi akan melahirkan setelah 4 tahun mereka menikah, sekarang saatnya dia akan kembali ke Jakarta setelah 4 tahun tidak pernah pulang. Terlalu banyak kenangannya bersama Thomas di Jakarta membuat Alin makin sulit Thomas. Lucy, Alden dan Erika lah yang sering mengunjunginya di London mereka juga tak memaksa Alin untuk pulang atau hanya sekedar berlibur ke Jakarta. Mereka memahami kenapa Alin tak ingin kembali ke Jakarta. "Semua udah siap," terlihat puas dengan semua barang yang dia susun rapi. Bel apartement Alin berbunyi, Alin berpikir mungkin Kevin yang datang ke apartemennya. Tadi Alin ke hotel untuk bertemu dan makan siang bersama dengan Kevin, Kevin tak bisa ikut ke Jakarta karena kesibukannya mengurus hotel keluarga. Kevin baru setahun ditempatkan di cabang London jadi memang sulit untuk Kevin meminta cuti. Alin membuka pintu apartemennya, tamu yang tak diundang datang ke apartementnya membuat Alin tidak percaya dengan siapa yang datang. "Lo...." "Yaa ini gue..."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN