Ya Atau Tidak

1199 Kata
Tawaran yang dilontarkan Ye Jun masih digantung oleh sikap diam Ilona. Tampaknya wanita itu mulai menyadari bahwa pertanyaan itu serius, pria di hadapannya tengah meminta kepastiannya. Sah-sah saja, toh mereka bukan pasangan anak kecil yang tidak bisa memegang komitmen. Harus ada kesepakatan dalam hubungan ini, dan setiap kesepakatan yang diambil tentu mempunyai konsekuensinya. Lama bergeming, Ilona pun mendekatkan ponselnya. Ia sudah mempunyai jawaban hingga tak perlu menunda waktu. Ia menatap lekat ke dalam manik mata Ye Jun. Bola mata kecoklakan itu tampak berbinar, Ilona bahkan bisa melihat pantulan dirinya di sana. “Aku belum bisa ikut denganmu. Kamu tahu sendiri, ayahku masih di penjara. Aku harus mengunjunginya, atau setidaknya sampai kasusnya selesai, aku akan tetap di dekat ayahku.” Keputusan yang sungguh berat bagi Ilona, di satu sisi ia ingin selalu di dekat kekasihnya, di sisi lain ia pun punya seorang ayah yang perlu dukungannya. Satu-satunya keluarga inti yang ia miliki sekarang, dan Ilona tak mungkin pergi begitu saja di saat orang terdekatnya susah. Ye Jun tersenyum tipis, setidaknya ia sudah bisa menebak isi hati wanita itu. Hanya saja, terlalu berat baginya untuk pergi meninggalkan dia dengan wajah bertekuk dan penuh ratapan. Perlahan ia mengacak rambut Ilona yang sudah tertata rapi, reaksi yang sontak membuat wanita itu berdecak sebal. “My hair!” Gerutu Ilona seraya berlari mendekati cermin. Ia harus memastikan kekacauan di atas kepalanya gara-gara tangan usil Ye Jun. Susah payah ia menghabiskan waktu setengah jam untuk memblow rambut hingga tertata apik, nyatanya dalam waktu satu menit dihancurkan oleh si Oppa. Ye Jun tergelak, senang melihat sikap ceria Ilona yang mulai kembali. Sepanjang perkenalan mereka sebelum jadian, nyaris setiap hari mereka saling mengusili, tertawa lepas dan bisa melupakan beban mereka. Namun setelah jadian, entah mengapa Ye Jun merasa sikap Ilona menjadi lebih kalem, melow dan kehilangan jati dirinya yang suka apa adanya. Atau mungkin karena efek perpisahan yang akan terjadi di depan mata, membuat hati wanita itupun gusar tak menentu. Bisa jadi! “Kamu cantik!” Puji Ye Jun tanpa bantuan ponsel, ia menghapalkan kata itu demi memuji kekasihnya. Pria itu mendekat, kini berdiri persis di belakang Ilona yang masih bercermin. Ilona tak lagi tertawa, meskipun logat Ye Jun yang sangat lucu saat mengucapkan bahasa Indonesia. Kali ini momennya justru lebih terasa dalam, romantis dan Ilona sukses merasa tersanjung. Perlahan ia membalikkan tubuhnya agar tidak memunggungi Ye Jun. Keduanya saling bertatapan, dan Ilona yang mengambil sikap. Sepasang kakinya mulai berjinjit agar bisa menjangkau bibir seksi si Oppa. Sepasang matanya terpejam, meresapi kecupan yang telah mendarat di bibir itu. Kecupan yang langsung berubah menjadi ciuman yang lebih dalam, saling memagut seakan tak ingin dilepaskan. Napas keduanya saling beradu seiring ciuman yang terlepaskan, Ye Jun memberikan senyuman terbaiknya, seakan mengatakan dalam bahasa isyarat bahwa semua akan baik-baik saja. Ia mengusap lembut bibir Ilona yang masih meninggalkan jejak basah karena ulahnya. Sungguh ingin dicecapnya lagi andai tak teringat waktu yang mendesak mereka untuk segera mengakhiri zona nyaman di dalam kamar ini. “Aku hargai apapun keputusanmu. Yang jelas, kamu harus tahu kalau aku akan selalu menunggu kesiapanmu. Kapanpun kamu mau datang ke tempatku, dengan senang hati akan ku sambut. Tapi jika memang belum bisa, percayalah aku yang akan datang memaksamu ke sana.” Ujar Ye Jun dengan suara dari ponselnya. Ilona mengangguk paham, ia pun harus menegarkan hatinya agar siap dengan konsekuensi pacaran jarak jauh. Sikap manjanya hanya akan membuat beban bagi Ye Jun. “Thank you.” Jawab Ilona pelan dan singkat. “Please, show me your smile.” Gumam Ye Jun, ia rindu senyum ceria wanita itu. Senyum yang akan ia rindukan untuk dilihat secara nyata. Namun wanita itu enggan menarik seulas senyum untuknya, terpaksa Ye Jun yang berinisiatif menarik kedua sisi pipinya hingga bibir Ilona ikut melebar. Lagi-lagi Ilona menjerit kesal, pertama rambutnya yang jadi korban keusilan, sekarang giliran wajahnya yang sudah terpoles cantik yang diporak-porandakan tangan nakal itu. “My make-up!” Pekik Ilona, tubuhnya condong ke depan cermin lagi. Memeriksa kondisi wajahnya yang mungkin bedaknya sudah tak karuan karena jejak jari pria itu. Melihat kepanikan wanitanya, Ye Jun langsung bertanggung jawab dengan memberikan kecupan mesra pada dahi Ilona. Cara yang cukup jitu membungkam kekesalan seorang wanita, cukup menakhlukkannya dengan perlakuan romantis maka segala amarahnya akan mereda. Ilona terdiam mematung, pancaran matanya begitu jelas menyoroti kekasihnya. Ia membalas Ye Jun dengan cara yang sama, menangkupkan kedua tangannya pada wajah tampan itu. Mereka bersitatap dan saling berbalas senyuman untuk melegakan perasaan masing-masing. “Tunggu aku di sana, oke.” Desis Ilona dengan jarak wajah yang begitu dekat dengan Ye Jun. Si Oppa langsung mengangguk, tanpa keraguan memberi respon nyata kepada Ilona. “Oke.” Jawab Ye Jun singkat dan mantap. Namun Ilona justru terkekeh, tangan yang semula menempel di pipi Ye Jun pun berpindah untuk menutupi mulutnya yang tengah tertawa. “You talk like you understand what I'm saying.” Kilah Ilona di sela tawanya. Ye Jun tersenyum tipis, “Of course I understand, you asked me to wait for you right?” Seketika itu pula Ilona bungkam, ia tidak menyangka kalau Ye Jun sungguh memiliki kecerdasan yang luar biasa. Begitu cepat mempelajari bahasa yang jelas-jelas sangat asing baginya. Kontras berbeda dengan Ilona yang tampaknya kurang berbakat mempelajari bahasa baru, ditambah dengan ingatannya yang memang kurang memadai untuk menampung kosakata yang berpotensi membuat lidah terbelit. Sampai sekarang bahasa Korea yang menyantol di otak Ilona hanya sebatas satu kata, ‘Saranghae’. Keduanya saling berpelukan lagi sebelum benar-benar beranjak dari kamar yang menyimpan banyak kenangan mereka dan entah kapan baru bertemu kembali. *** “Iya Onnie, aku sudah melihat mereka. Hmm... Mereka lagi gandengan mesra, ini lagi menuju pintu masuk. Oh tidak mereka sepertinya mau berciuman.” Stefi mengintip di belakang pilar besar yang ada di sekitar koridor bandara sambil melaporkan pada bosnya lewat panggilan. Hampir tiga jam ia berjaga-jaga di sana, mengawasi satu persatu calon penumpang yang datang dan masuk ke dalam ruang check in. Akhirnya penantian panjang itu pun tiba, ia melihat jelas kemunculan Ye Jun dan Ilona yang saling bergandengan tangan dan menyeret koper. Dan auto terpekik panik saat melihat pasangan mencolok itu saling berhadapan dan memandang dengan lekat seperti posisi orang yang hendak berciuman. “Perlukah kamu menyebutkan detail apa yang mereka lakukan? Jaga perasaanku woi!” Pekik Lee Ae Ri yang tak senang dan panas hati mendengar kedekatan pria kecintaannya dengan wanita lain. Ia masih belum menerima kenyataan bahwa Ye Jun, sepupu yang dicintainya itu malah berpacaran dengan wanita lain. Meskipun hanya cinta lokasi saat liburan, tetap saja menyakitkan hatinya dan ia perlu segera memisahkan mereka, apapun caranya. Stefi menepuk jidatnya, merutuki dirinya yang begitu saja keceplosan bicara. “Maaf Onnie, aku tutup mulut deh.” “Jangan tutup mulut! Bagaimana kamu bisa lapor padaku tentang mereka kalau kamu tutup mulut. Udah pokoknya kabari aku apakah wanita itu ikut ke Korea atau tidak, mengerti!” Tegas Ae Ri, kembali mengingatkan apa fungsinya Stefi dibayar mahal olehnya. Stefi mengangguk mantap, semangatnya pun mulai membara. “Baik Onnie, akan ku kabari segera.” Ujarnya dengan sepasang mata yang menatap tanpa berkedip pada pasangan yang masih berdiri di dekat pintu masuk. “Kali ini aku pasti berhasil memisahkan kalian, Leo Seo Ju... Ilona Rin.” Ujar Stefi mengobarkan semangat pada dirinya untuk menyelesaikan misi besar ini. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN