Pikiran Xavier

1082 Kata
Xavier mengangguk dan segera melepaskan jabat tangan tersebut. ‘Senyuman kamu juga manis, Xena. Ah ... kamu benar-benar membuatku benar-benar jatuh cinta bahkan saat pertama kali melihatmu.’ batinnya. Tok ... Tok ... Suara ketukan pintu membuat lamunan Xavier yang sedari tadi memerhatikan Xena pun mengalihkannya. Ia langsung menoleh kearah pintu ruangannya. “Masuk.” ucapnya. Seorang laki-laki pun masuk ke dalam ruangan itu seraya membawa berkas miliknya yang tak lain adalah Lucas. Lucas terkejut, karena terjayata wanita itu masih bersama bosnya di ruangan ini. "Ada apa, Lucas?" Pertanyaan itu membuyarkan pandangnya, maka ia pun segera berjalan menuju Xavier. “Saya bawa seluruh berkas hasil meeting dua hari yang lalu, Pak.” “Oke, kamu taruh diatas meja saya, nanti akan saya cek," jawabnya. Lucas mengangguk, lalu menaruh berkas itu diatas meja kerja Xavier. Lalu ia segera bergegas menuju pintu keluar. “Lucas,” panggilan Xavier pun menghentikan langkahnya dan menoleh. “Iya Pak. Ada yang bisa saya bantu?” “Tolong kamu beritahu kepala OB disini untuk segera memberikan seragam baru untuk dia ya,” ucapnya seraya menunjuk kearah Xena. Lucas melihat kearah gadis itu sekilas lalu segera mengangguk. “Baik, Pak.” Tak lama, ia pun segera keluar dari ruang kerja itu. Dan Xavier kembali duduk di kursi kerjanya lalu menyuruh gadis itu segera duduk kembali. "Silahkan, duduk kembali Xena." Xavier kembali membaca berkas lamaran Xena.“Usia kamu masih 18 tahun?” Xena mengangguk. “Iya Pak.” jawabnya yang kali ini mulai memberani diri melihat Xavier dengan senyuman diwajahnya. Xavier mengangguk, lalu melihat kearah Xena dan lagi-lagi, ia membantin dalam hatinya yang selalu memuji kecantikan wanita ini. ‘Cantik, masih muda dan penurut. Ini wanita yang aku cari dan cocok menjadi pendamping hidupku.’ Tok ... Tok ... Lagi-lagi suara ketukan pintu membuat Xavier mengalihkan kan pandangan matanya pada Xena. 'Siapa lagi, kali ini.' batinnya. Ia mendengus pelan. “Masuk.” Seseorang pun masuk ke dalam ruangannya dan langsung memberikan berkas yang ia bawa pada Xavier. “Ini Pak. Beberapa berkas yang sudah direvisi.” ucapnya. Xena melihat kearah seseorang itu dan kedua matanya langsung melebar begitu tahu kalau seseorang terssebut adalah Ardi. “Om Ardi.” gumamnya. Sontak, Ardi yang mendengar namanya seperti dipanggil segera menoleh kearah gadis yang tengah duduk itu. Dan ia pun ikut terkejut taktakala melihat gadis itu adalah keponakannya. ‘Xena sedang apa dia disini?’ batinnya. Xavier yang tengah membaca sekilas berkas yang diberi Ardi tadi mulai melirik kearah mereka berdua yang sedang saling melihat satu sama lain. Dahinya berkerut, ia bingung ada apa ini dengan mereka, kenapa seperti terkejut satu sama lain. Ia pun menaruh berkas itu dan mulai bertanya pada mereka. “Kalian salin kenal?” tanya Xavier dan membuat keduanya langsung menoleh kearah Xavier secara bersamaan. ‘Kalau berkata Xena adalah keponakanku, ini bisa gawat.’ batin Ardi. “Tidak saya tidak mengenalnya.” jawab Ardi yang membuat Xena menoleh dengan raut wajah tak percaya, mengapa Om-nya mengatakan itu pada Xaveir. Xavier mengangguk. “Oke, kalau begitu berkas kamu sudah saya terima. Sekarang silahkan kembali ke ruangan kamu.” Ardi mengangguk. “Baik, Pak. Saya permisi.” pamitnya dan langsung keluar dari ruangan itu. Xena masih terdiam, ia memikirkan apa yang dikatakan Om-nya tadi. Apa karena ia marah dengan dirinya yang tidak membicarakan hal ini padanya? Atau ia memang tidak ingin mengatakaannya karena ada bosnya didepannya. Sungguh, Xena bingung sendiri memikirkan ini. Xavier melihat kearah Xena, yang sepertinya bingung. Ia pun berdiri dan mendekati gadis itu. “Kamu kenapa?” Pertanyaan Xavier menganggetkan Xena dan membuat gadis bermabut panjang dengan manik coklat itu segera melihat kearah Xaveir, ia segera menggeleng dengan tersenyum manis. “Eum ... nggak papa, Pak.” Xavier mengangguk. “Alamat yang kamu cantumkan itu benar alamat rumah kamu?” Xena terdiam ketika Xavier mengatakan itu, apalagi setelah Ardi berkata bahwa ia tidak mengenali dirinya dan itu membuat Xena bingung akan menjawab apa, karena jelas-jelas alamat yang ia tulis disana adalah alamat rumah Ardi. Apakah ia harus berbohong atau berkata yang sejujurnya. Xena bimbang. ‘Aku harus jawab apa kalau begini.’ batinnya. Tak mendapat respon dari Xena, membuat Xavier pun kembali mendekati gadis itu dan duduk tepat diatas meja depannya. Ia perhatikan wajah cantik Xena dari dekat, sedangkan gadis cantik itu masih belum sadar kalau Xavier memerhatikan dirinya dengan senyuman miring diwajahnya. Xena masih berdiam diri karena pertanyaan Xavier tadi. Ia bingung karena takut salah menjawab. Xavier masih memerhatikan Xena, semakin lama ia melihat wajah gadis itu semakin membuat dirinya jatuh cinta padanya, hingga Xavier turun dari posisinya dan mulai mensejajarkan dirinya lalu mendekati wajah Xena. ‘Bola mata kamu mengingat saya pada seseorang Xena. Tapi saya tidak ingat siapa dia? Mungkin karena wajahmu yang berhasil membuatku candu, selalu ingin melihat dirimu’ batin Xavier. Gadis cantik dengan bulu mata lentik itu mengerjapkan kedua matanya seraya menghela napasnya. Jelas ia langsung terkejut, ketika melihat bahwa Xavier sudah berada didepan wajahnya yang sangat dekat hingga membuat hidung mereka hampir bertemu. Xena tertegun dengan jantung yang berdetak kuat. Xavier tahu, gadis didepannya ini sudah sadar dari lamunannya, tapi ia malah semakin dalam menatap Xena dengan tatapan yang sulit diartikan, hingga membuat Xena pun memundurkan sedikit posisi dirinya, namun Xavier malah menarik kursi itu hingga mendekat ke arah dirinya. Sungguh, ini benar-benar membuat Xena takut. Ia mencoba untuk menghindar tapi tidak bisa, karena posisi Xavier yang berada tepat didipannya. Ia pun mencoba memerberanikan diirinya untuk berbicara pada Xavier walau terasa gugup. “Ma-maaf, Pak. Bapak se-sedang apa?” tanya Xena dan sedikit mengigit bibir bawahnya yang malah membuat pikiran Xavier makin tak karuan. Xavier tak menjawab pertanyaan Xena. Ia malah semakin memerhatikan bibir gadis itu yang menurutnya sempurna. Mungil namun tebal dan berbentuk, berwarna merah muda dan seksi yang membuat dirinya akan puas apabila m3lumatnya. Xena tak tahu apa yang akan dilakukan oleh Xavier ini padanya. Tapi entah kenapa, semakin lama Xavier memiringkan kepalanya dan pandangannya pun langsung tertuju pada bibir ranum miliknya. Tok ... Tok ... Suara ketukan pintu membuat Xavier dengan cepat sadar, dan langsung memposisikan dirinya seperti semula, dan segera berjalan menuju kursi kerjanya dan duduk disana. Dengan cepat, Xena pun mengatur napasnya yang tak karuan karena takut akan tindakan Xavier tadi, mungkin kalau tidak ada suara ketukan pintu itu, ia sudah dicium oleh Xavier yang baru saja menjadi atasanya beberapa menit yang lalu. “Masuk.” ucap Xavier Xavier mendengus pelan, ia melihat sekilas kearah Xena seraya menggelengkan kepalanya. ‘Kacau. Ada apa dengan pikiranku ini. Hampir saja aku tadi menciumnya. Oke, harus tahan dulu untuk melakukan itu padanya.’ batinnya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN