Diterima

1171 Kata
“Nggak, saya tidak mau! Saya bukan penguntit!” Terdengar suara teriakan dari ujung koridor tersebut, membuat Xavier pun segera kesana. Matanya langsung melebar, melihat Xena yang digeret paksa oleh security dan ada sekretarisnya juga disana. “Hey. Stop!” Teriakan Xavier pun membuat mereka semua menoleh kearahnya secara bersamaan. Lelaki tampan dengan tinggi lebih 180 cm itu berjalan mendekati mereka dan berdiri tepat didekatnya. “Siapa yang menyuruhmu untuk mengusir gadis ini?” tanya Xavier pada security itu. “Bu Veronika, Pak.” jawabnya. Atensinya pun langsung tertuju pada sang sekretaris yang berdiri tak jauh darinya. “Dia penguntit, Pak. Sedari tak dia mengikuti Bapak sampai ke ruangan ini,” sahut Veronika yang masih kekeh kalau Xena ini seorang penguntit Perkataan Veronika jelas membuat Xena langsung menggeleng. “Lepaskan gadis ini.” titahnya pada security itu. Dengan cepat Xena pun dilepaskan oleh security itu dan membuatnya sedikit berjalan mendekati Xavier, masih dengan detak jantung yang berpacu kuat karena takut ia akan benar-benar diusir tadi kalau Xavier tidak segera datang. Jelas, Veronika pun langsung syok, kenapa gadis penguntit ini dilepaskan oleh bosnya. “Tapi Pak, dia penguntit,” “Jaga bicara kamu, saya yang menyuruhnya untuk mengikuti saya ke ruangan kerja saya.” tegas Xavier. Perkataan Xavier membuat Veronika mengangguk, ia terkejut dan langsung menundukan kepalanya. “Maaf, Pak. Saya tidak tahu.” ucapnya. Xavier mendengus pelan. Ia menoleh kearah Xena yang masih tertunduk. “Kamu tidak bicara dengannya kalau saya menyuruh kamu untuk mengikuti saya?” Perlahan, Xena mengangkat wajahnya dan melihat kearah Xavier. “Sa-saya su-sudah bilang, tapi dia tidak mempercayainya.” Xavier mengerjapkan kedua matanya lalu segera melihat kembali kearah sang skretaris. Veronika langsung menunduk, ia merasa malu karena tidak mempercayai ucapan gadis dengan kemeja putih itu, kalau saja ia mendnegarkannya pasti tidak akan begini kejadiannya. “Kamu dengar ya baik-baik, Veronika. Untung saja yang kamu usir itu dia, kalau sampai partner kerja saya. Bisa-bisa kamu saya pecat! Paham!?” Bentakkan Xavier membuat karyawan yang berada disana pun, langsung terkejut termasuk Xena yang berdiri tak jauh darinya. Bahkan, Lucas sang asisten pribadinya yang baru datang pun bingung, kenapa pagi-pagi begini atasanya sudah marah. Lucas pun berjalan menuju kearah mereka. “Maaf Pak. Saya benar-benar minta maaf.” ucap Veronika sekali lagi. Xavier memijit pelipisnya sekilas seraya menghela napasnya pelan. Ia melihat kepada seluruh karyawan yang berada disana. “Ini peringatan untuk kalian semua. Jangan sampai terulang lagi kejadian seperti ini. Paham!?” Mereka semua mengangguk dan mengerti ucapan sang bos. “Baik. Kalau begitu kalian kembali bekerja.” titahnya. Dengan cepat, mereka pun segera bubar dari sana menuju keruang kerjanya masing-masing dan hanya meninggakan Veronika yang masih tertunduk didepan Xavier. “Dan untuk kamu Veronika, jangan smapai kamu ulangi lagi.” tegasnya yang langsung dinggukan oleh wanita itu. “Yasudah, kalau begitu kamu kembali bekerja.” titahnya Veronika mengangguk. “Baik, Pak. Terima kasih.” ucapnya dan langsung pergi menuju ruang kerjanya. Xavier membenarkan posisi berdirinya menatap Xena. Sedangkan Xena masih tak berani untuk menatap Xavier. Ia tertunduk. “Kamu ke tuangan saya sekarang.” titahnya. Xena pun langsung mengangguk dan mengikuti Xavier dibelakang. Lucas yang berdiri tak jauh dari sana memerhatikan Xavier dan juga gadis itu. Ia merasa ada yang aneh pada bosnya ini. ‘Siapa gadis itu? Mengapa Pak Xavier menyuruhnya untuk ke ruang kerjanya.’ batin Lucas. Karena sepengetahuan dirinya, atasannya ini paling tidak suka kalau ada seorang yang sembarangan masuk ke ruang kerjanya tanpa ia minta kecuali dirinya dan juga papahnya, James. Bahkan untuk urusan pekerjaan sekalipun, kalau bukan Xavier sendiri yang memintanya, siapapun tidak diperbolehkan untuk masuk, dan harus melalui diirnya sebagai asisten pribadi Xavier. Dengan cepat Lucas menggeleng dan kembali melanjutkan langkahnya menuju ke ruang kerjanya yang tak jauh dari ruang kerja Xavier. Xavier dan Xena berada di ruang kerja Xavier. Ia duduk di kursi kerjanya lalu menatap gadis itu. “Sekarang kamu duduk.” Xena mengangguk dan duduk ditepat dikursi tepat didepan Xavier, ia masih menundukan pandanganya, tak berani menatap lelaki itu. Xavier menyandarkan tubuhnya dikursi itu dengan duduk kaki yang disilang. Ia tersenyum tipis melihat wajah cantik Xena. Tapi dengan cepat, ia merubah raut wajahnya agar terlihat lebih berwibawa. “Nama lengkap kamu siapa?” tanyanya. “Aurelia Xena,” jawabnya yang masih tertunduk. Xavier mendengus lalu menaruh kedua tangannya diatas meja, menarik kursinya maju agar lebih dekat dengan gadis itu, sedangkan Xena malah terlihat takut dan sedikit memundurkan posisi duduknya. “Kamu serius ingin bekerja disini?” tanya seraya memerhatikan Xena. Xena tak menjawab, ia hanya menganggukkan kepalanya dengan yakin. Lelaki itu sedikit kesal dengan gadis yang berada didepannya ini, sedari tadi hanya menunduk dan tidak mengeluarkan kata-kata sedikitpun dari mulutnya. “Hei. Kalau sedang berbicara dengan seseorang itu tatap wajahnya. Kalau kamu seperti ini, kamu tidak sopan namanya.” tegas Xavier. Perkataan tegas Xavier membuat Xena pun langsung menatap kearah Xavier seraya tertegun. Dan senyuman miring pun tersimpul diwajah tampan Xavier seraya membatin dalam hatinya. ‘Selain cantik, kamu juga ternyata gadis yang penurut, Xena.’ Xena mengatur napasnya, ia mencoba untuk tidak terlihat gugup. Karena jujur ini untuk pertama kalinya ia melamar pekerjaan yang memulai untuk mengubah hidupnya yang selama ini tidak bertemu orang banyak. “Kamu yakin ingin bekerja disini?” tanyanya lagi. “Iya. Iya, Pak.” jawabnya yang mencoba memberikan senyuman ramah pada Xavier. Xavier mengangguk, lalu bangkit dan berjalan menuju Xena lalu duduk di meja yiu dengan menyilangkan kakinya seraya menatap Xena. “Saya baca dari lamaran pekerjaan yang kamu cantumkan, kamu melamar sebagai OB/cleaning service. benar begitu?” “Iya Pak, benar.” “Kenapa? Kenapa kamu melamar pekerjaan itu. Saya lihat penmapilan kamu menarik, kamu cantik, tubuhmu profesional and your goodlooking. Kamu lebih cocok jika bekerja sebagai karyawan saya,” “Maaf, tapi pendidikan saya tidak sampai sana. Saya hanya lulusan SMA dan lebih cocok bekerja dibagian cleaning service atau OB,” jawabnya. Xavier mengangguk. ‘Seharusnya kamu itu lebih cocok jadi pendamping saya, Xena.’ batinnya. Xavier membenar posisinya dan berdri tepat disamping Xena. Tubuhnya yang tinggi membuat Xena pun mendongak kearah Xavier. Sungguh, melihat Xena dari bawah begini membuat jantung Xavier tak bisa diajak kompromi, jantung terus berdetak kecang tiap kali melihtua gadis itu. Ia benar-benat jatuh cinta, dan kali ini ia yakin diirnyya bukan mencintai wanita yang salah. “Silahkan kamu berdiri.” titahnya yang langsung dituruti oleh Xena, gadis itu pun berdiri menghadap Xavier. Xavier memberikan jabat tangannya kearah Xena. “Selamat, kamu ditrima bekerja disini.” ucapnya memberi selamat pada Xena. Xena syok, ia terkejut dan bingung. Gadis itu hanya diam seraya memerhatikan jabat tangan Xavier. Ia benar-benar tidak menyangka kalau ternyata dirinya benar ditrima bekerja di perusahaan ini. Sungguh, ini mustahil baginya. “Kenapa kamu masih bengong? Selamat kamu ditrima,” ulang Xavier yang masih memberikan jabat tangannya pada Xena. Dengan cepat, Xena tersadar dan langsung membalas jabat tangan Xavier dengan senyuman manis diwajahnya. “Terima kasih, Pak.” Xavier mengangguk dan segera melepaskan jabat tangan tersebut. ‘Senyuman kamu juga manis, Xena. Ah ... kamu benar-benar membuat saya jatuh cinta bahkan saat pertama kali melihatmu.’ batinnya Konfirmasi
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN