Xena berontak, ia mengetuk pintu itu berkali-kali namun Xavier yang sudah pergi tidak mnendengarnya, hingga gadis itu menangis dan terduduk di balik pintu tersebut. “Saya nggak mau dikurung!” “Pak Xavier, saya mohon. Buka pintunya!” “Pak!” Xena menangis, ia terus mengetuk-ngetuk pintu itu, tapi percuma lelaki tampan dengan postur tubuh tinggi itu tak akan membukakannya, bahkan mungkin jika dia masih ada di depan pintu pun Xavier tidak akan membukakan pintu tersebut. Dengan deraian air mata, Xena terduduk dibalik pintu itu. Ia merasakan sakit disudut bibirnya dan merasa tertekan akan perlakuan Xavier, dan kini ia malah dikurung di aparteman tersebut dan tak tahu harus meminta tolong kepada siapa. Ponsel miliknya sudah diambil oleh Xavier, bahkan ia tidak hapal nomor ponsel milik san

