Kejadian saat Jung Ha menutup telinganya terus terbayang di pikiran Hae Ri. Bahkan karena terus terbayang kejadian itu Hae Ri tidak dapat fokus bekerja. Ia berkali-kali menghela napas karena bayangan wajah Jung Ha tak kunjung hilang dari ingatannya.
"Ada apa?" tanya Yoo Jin, atasan Hae Ri yang tiba-tiba muncul di sampingnya.
"Sial." Hae Ri refleks mengumpat karena kaget.
Yoo Jin menatap Hae Ri. Dia tidak merasa kesal karena Hae Ri mengumpat padanya. Yoo Jin hanya tidak tahu jika ternyata Hae Ri bisa mengumpat, selama ini setahu Yoo Jin gadis itu sangat pendiam.
"Kau bisa mengumpat juga ternyata," goda Yoo Jin.
"Maaf, tadi tidak sengaja. Aku hanya kaget karena eonni tiba-tiba muncul."
Yoo Jin menggeleng cepat. "Tidak apa-apa, bagus jika kau tahu cara mengumpat."
"Ya?"
Yoo Jin tersenyum lalu menepuk bahu Hae Ri. "Lanjutkan pekerjaanmu, ah jangan lupa hari ini kita makan malam bersama."
Tentu Hae Ri tidak akan lupa. Makan malam bersama artinya dia akan makan gratis, dia tidak akan lupa hal sepenting itu. Jika ada acara makan malam bersama Hae Ri tidak akan pernah absen. Berkat acara itu dia bisa menghemat uang makannya. Tentu dia tidak akan lupa.
Hae Ri dan rekan kerjanya makan malam di restoran barbeque yang berada dekat dengan kantor mereka. Malam ini hanya Hae Ri, Shin Won dan Yoo Jin yang ikut acara makan malam bersama. Karyawan yang lain tidak bisa ikut karena sudah ada janji yang lain. Suara mendesis dari daging yang dipanggang menggugah selera makan Hae Ri. Ia bertekad akan makan banyak, lagi pula Yoo Jin yang akan membayar semuanya. Melihat mata Hae Ri yang berbinar-binar menatap daging yang sedang dipanggang membuat Shin Won tersenyum. Pria itu kemudian terus memberikan daging yang sudah matang ke piring Hae Ri agar gadis itu bisa makan dengan lahap.
“Hei Shin Won kenapa kau terus memberikan daging yang sudah matang ke piring Hae Ri? Bukankah kau juga harus mengisi piringku?” protes Yoo Jin sambil mengangkat piringnya yang masih kosong.
“Noona kau bisa mengambilnya sendiri. Kita tidak bisa membiarkan maknae kita kelaparan,” kilah Shin Won sambil terus mengisi piring Hae Ri dengan daging yang sudah matang.
“Cih, uri maknae makan yang banyak ya! Kau lihat seniormu itu takut kau kelaparan dan menjadi kurus,” cibir Yoo Jin sambil mengelus kepala Hae Ri.
Hae Ri memang yang termuda oleh karena itu dia dipanggil maknae, dan Hae Ri suka panggilan itu. Semua orang perhatian padanya karena dia yang termuda di kantor. Namun Hae Ri belum sadar jika perhatian yang diberikan Shin Won bukan sekedar perhatian antara senior dan juniornya, tapi perhatian dari pria kepada wanita yang disukainya.
“Oh... Hae Ri-ssi!” sapa In Ha yang baru saja masuk ke dalam restoran. Ia datang bersama Jung Ha. Pertemuan kali ini juga tidak disengaja.
“Oh... In Ha-ssi.” Hae Ri balas menyapa, dia kemudian memperkenalkan In Ha dan Jung Ha sebagai seorang kenalan pada Yoo Jin dan Shin Won
Shin Won melirik Jung Ha dan In Ha bergantian. Dia tak suka dengan kehadiran kedua pria itu.
Entah bagaimana In Ha dan Jung Ha akhirnya ikut bergabung bersama Hae Ri. Yoo Jin yang mengajak mereka. Raut wajah shin Won berubah masam ketika In Ha dan Jung Ha ikut bergabung bersama mereka. Dia masih ingat dengan jelas adegan romantris saat Jung Ha menutup telinga Hae Ri di pantai tempo hari. Hatinya terasa panas setiap kali mengingat kejadian itu.
“Bagaimana kalian bisa kenal Hae Ri?” tanya Shin Won menyelidik. Setahu Shin Won satu-satunya teman Hae Ri di luar kantor adalah Ahreum.
“Kami teman sekolah Ahreum dan dia yang mengenalkan kami dengan Hae Ri,” jawab In Ha santai disertai anggukan oleh Hae Ri.
“Ahreum tidak ikut bersama kalian?” tanya Hae Ri.
“Kami sudah mengajaknya tadi, tapi dia bilang tokonya sedang ramai,” jawab In Ha sambil terus memasukkan daging ke dalam mulutnya.
Ahreum memang mengelola sebuah toko pakaian miliknya sendiri. Dia juga punya brand pakaian sendiri. Meskipun itu bukan brand terkenal.
Sejak tadi hanya In Ha yang ikut mengobrol, Jung Ha sesekali juga menanggapi tapi hanya sekedar berkata ‘ya’ dan ‘tidak’. Pria itu memang agak sulit berbaur dengan orang asing.
Yoo Jin sepertinya menyadari sesuatu, dia tahu kalo Shin Won tidak suka dengan kehadiran kedua pria itu di antara mereka.
"Jadi, yang mana sainganmu?" goda Yoo Jin sambil berbisik.
Shin Won mendelik menatap seniornya itu. Dalam hati pria itu berharap baik Jung Ha ataupun In Ha bukanlah saingannya untuk mendapatkan Hae Ri.
***
“Yak... Shin Won-ah ... ke..napa kau selalu... membantah perkataanku ha?” Yoo Jin meracau karena mabuk sambil menarik kerah baju Shin Won. Bahkan karena menariknya terlalu kuat Shin Won sampai kesulitan bernapas.
“Eonni lepaskan!” Hae Ri mencoba menjauhkan Yoo Jin dari Shin Won, dibantu In Ha dan Jung Ha.
“Oh Hae Ri... uri maknae kau itu penurut sekali.” Kali ini Yoo Jin beralih memeluk Hae Ri dan kemudian kembali menatap tajam ke arah Shin Won. “Berbeda dengan dia... dia selalu... membantahku!”
“Sunbae tolong kau antar Yoo Jin eonni pulang,” pinta Hae Ri pada Shin Won.
Pria itu melirik sekilas ke arah Jung Ha dan In Ha.
“Lalu kau bagaimana?”
“Tenang kami yang akan mengantar Hae Ri dengan selamat sampai ke rumah,” sela In Ha. Ini kesempatan yang bagus untuk mendekatkan Jung Ha dan Hae Ri. Memang kedua orang itu bilang tidak tertarik untuk berkencan, tapi itu tak akan membuatnya menyerah untuk mendekatkan mereka.
Shin Won menatap Hae Ri khawatir. Dia tidak mungkin membiarkan Hae Ri diantar pulang oleh dua pria yang baru dikenal.
“Tenang saja, aku bisa pulang bersama mereka,” kata Hae Ri meyakinkan Shin Won.
“Kau yakin?”
Hae Ri mengangguk pasti.
Dengan terpaksa Shin Won akhirnya mengantar Yoo Jin pulang, meskipun dia tidak yakin meninggalkan Hae Ri bersama kedua pria itu. Tapi dia juga tidak bisa membiarkan Yoo Jin yang mabuk berat untuk pulang sendirian. Jika dibiarkan pulang sendirian Yoo Jin tidak akan sampai di rumah tapi berakhir dengan tidur di jalanan.
“Jung Ha-ya kau yang antar Hae Ri pulang.” Dengan entengnya In Ha menyuruh Jung Ha mengantar Hae Ri pulang.
“Kenapa aku?”
“Kerena aku harus menjemput Ahreumku tersayang.”
Jung Ha menatap In Ha, dia tahu maksud sahabatnya itu menyuruhnya untuk mengantar Hae Ri pulang agar mereka menjadi dekat.
“Tidak apa-apa aku bisa pulang sendiri,” sela Hae Ri. Dia tidak mau merepotkan kedua orang itu.
In Ha menggeleng cepat. “No no no. Tidak baik seorang wanita pulang sendirian dimalam hari.”
“Benar, aku tidak apa-apa pulang sendiri.”
“Go Jung Ha pastikan Hae Ri pulang dengan selamat jika tidak, kau tahu apa yang akan Ahreum lakukan?” kata In Ha memperingatkan Jung Ha, setelah itu dia pergi secepat kilat meninggalkan Jung Ha dan Hae Ri. Kedua orang itu bertatapan dengan canggung.
“Jung Ha-ssi, kau tidak perlu repot mengantarku, aku bisa pulang sendiri.”
“Tidak masalah, Ahreum pasti akan memukuliku jika dia tahu aku membiarkanmu pulang sendiri.”
Sebenarnya Hae Ri sangat merasa tidak enak Jung Ha harus mengantarnya, padahal dia bisa pulang sendiri.Lagi pula hubungan mereka juga sangat canggung.
***
Hae Ri dan Jung Ha duduk bersebelahan di kursi paling belakang. Sejak naik ke dalam bus mereka hanya diam saja. Hae Ri tidak tahu harus mengobrol apa dengan pria itu, karena Jung Ha sangat pendiam. Yah mereka memang sama-sama pendiam, tapi Hae Ri tidak menyangka akan berhadapan dengan orang yang setipe dengannya.
“Kau tinggal sendirian?” tanya Jung Ha memecah keheningan di antara mereka.
“Ne,” jawab Hae Ri dengan singkat.
“Kedua orang tuamu tinggal di mana?”
Hae Ri terdiam, pertanyaan itu sedikit mengganggu Hae Ri. Hae Ri tidak pernah suka mendapatkan pertanyaan tentang kedua orang tuanya. Hae Ri memilih diam dan tidak menjawab pertanyaan itu, aneh jika memberi tahu Jung Ha pria yang baru dia kenal tentang masa lalunya.
Jung Ha dan Hae Ri sampai di depan apartemen Hae Ri.
“Sudah sampai, terima kasih sudah mengantarku pulang,” ucap Hae Ri.
“Ya.”
Jung Ha menatap lingkungan sekitar apartemen Hae Ri. Itu lingkungan yang tidak asing baginya.
“Maaf merepotkan, kau jauh-jauh mengatarkanku pulang.” Hae Ri sungguh merasa tidak enak karena Jung Ha harus mengantarkannya pulang.
“Tidak apa-apa, lagi pula sepertinya kita tetangga.”
Hae Ri menatap Jung Ha bingung. “Ne?"
“Aku tinggal di sana.” Jung Ha menunjuk gedung apartemen yang tak jauh dari apartemen Hae Ri.
Hae Ri tertawa, ternyata selama ini dia dan Jung Ha bertetangga. Dunia ini sungguh sempit. Jika Ahreum tahu pasti sahabatnya itu akan mengatakan bahwa ini adalah takdir.
“Masuklah, aku akan pulang sekarang.”
“Ya.”
Hae Ri menuruti perintah Jung Ha untuk segera masuk, setelah gadis masuk ke dalam gedung apartemen Jung Ha juga segera pergi dari sana.
Kriet...
Hae Ri melepas sepatunya asal setelah masuk ke dalam apartemen. Di langsung masuk ke dalam kamar untuk menaruh barang-barangnya setelah itu dia bergegas ke kamar mandi. Setelah sampai di rumah membersihkan tubuh terlebih dahulu adalah hal terpenting. Selesai mandi Hae Ri berbaring di kasurnya sambil memainkan ponselnya.
Ponsel Hae Ri tiba-tiba berdering. Ahreum yang meneleponnya. Hae Ri yakin pasti sahabatnya akan bertanya tentang Jung Ha.
“Halo?”
“Kau diantar pulang oleh Jung Ha?” tanya Ahreum antusias.
“Ya,” jawab Hae Ri singkat.
“Lalu apa yang terjadi selanjutnya?”
“Aku sampai di rumah dengan selamat, selesai.”
“Tidak seru," keluh Ahreum.
“Memangnya apa yang kau harapkan?” Hae Ri tertawa mendengar keluhan sahabatnya itu. “Sudah ya aku harus tidur sekarang, besok aku ada rapat pagi.”
“Baiklah, oh ya cobalah pertimbangkan Jung Ha. Dia pria yang baik."
"Sudah ya."
Hae Ri lalu mengakhiri panggilan itu. Dia tahu Ahreum berharap agar dirinya dan Jung Ha menjadi dekat. Namun Hae Ri maupun Jung Ha tidak ada keinginan untuk menjadi dekat. Hae Ri belum ingin menjalin hubungan dengan siapa pun dan Jung Ha sepertinya juga berpikir begitu.
Tapi hidup selalu berubah, mereka yang sebelumnya tak ingin saling mengenal besok bisa saja terjebak dalam suatu hubungan yang rumit. Kita tidak pernah tahu takdir apa yang sdang menanti kita.
***