CH 1 : Malam Tragedi
Di suatu malam panjang yang disertai dengan hujan lebat, tepatnya di dalam sebuah kamar tidur yang mewah dan juga luas, seorang pria dewasa tengah menyetubuhi seorang gadis muda demi meraup kenikmatan duniawi dan mengambil mahkota gadis tersebut. Embusan angin dan suara derasnya hujan yang membasahi Kota Hong Kong malam itu tak menyurutkan niatnya untuk tetap menelusuri tubuh mulus sang gadis yang tengah berbaring tak berdaya dan tidak sadarkan diri sepenuhnya karena berada di bawah pengaruh alkohol.
Pria itu dengan rakusnya terus menelusuri titik-titik sensitif gadis itu, hingga lenguhan dan ringis kesakitan pun lolos keluar berkali-kali dari bibir mungilnya. Lampu kamar tidur yang temaram dan suara penghangat ruangan yang menyala menjadi saksi kala gadis itu disetubuhi tanpa sepengetahuannya dan seizinnya, dimana persetubuhan itu tidak seharusnya terjadi jika bukan karena akal licik dan kerakusan seseorang.
Derit tempat tidur berbunyi seirama dengan gerakan tubuh sang pria di atas tubuh gadis muda yang menjadi obsesinya tersebut. Tanpa rasa bersalah dan tanpa halangan pria itu terus bergerak dengan cepat berusaha mencapai sebuah pelepasan yang merupakan puncak kenikmatan dari sebuah percintaan.
“Ah ... ssttt, sakit, kumohon hentikan. Kau menyakitiku,” ringis sang gadis seraya berusaha mendorong tubuh sang pria yang bergerak di atas tubuhnya. Tapi, tentu saja kekuatannya tak sebesar itu. Semua usahanya sia-sia belaka.
“Kau sudah kubayar dan ini hakku untuk menikmatimu. Jika kau mau menyalahkan, maka salahkanlah orang rakus tersebut,” seru sang pria seraya terus bergerak di atas tubuh gadis muda itu.
“Ah tubuh seorang gadis muda dan masih virgin memang berbeda. Tidak sia-sia aku membayar mahal untuk ini ... ahh,” ucap pria dewasa itu yang sedang memejamkan matanya menikmati persetubuhan tersebut.
“Tu-tuan, tolong menjauhlah dariku, ahh,” pinta gadis muda itu yang sudah mulai pasrah dengan keadaannya dan secara tak sadar ia mulai menikmati persetubuhan tersebut.
“Ha ha ha mulutmu berkata tidak, tapi nampaknya tubuhmu menikmati apa yang kulakukan padamu.” Pria itu menghentak miliknya lebih dalam dan bergerak lebih cepat.
Peluh keringat dan napas yang memburu ikut mewarnai percintaan karena paksaan malam itu. Sang gadis meremas sprei dengan kedua tangannya sambil sesekali bibir sang pria melumat bibir ranum berwarna merah muda milik gadis muda tersebut.
Beberapa saat kemudian, pria itupun mencapai pelepasannya dan menumpahkan cairan miliknya di dalam milik gadis itu. Lalu, dia berbaring di sampingnya sambil berusaha menstabilkan napas yang terengah-engah, bagai seseorang yang telah berlari bermil-mil jauhnya. Gadis muda itu langsung terlelap tidur sambil menitikkan air mata. Sementara itu, bercak berwarna kemerahan yang masih baru dan basah yang bercampur dengan cairan percintaan keduanya nampak jelas terlihat tepat di tempat di mana gadis itu berbaring telentang. Pria itu menarik selimut tebal yang berada di bawah tempat tidur dan menyelimuti tubuh mereka yang tidak tertutupi sehelai benang pun. Sebelum dia terlelap tidur, tangannya terulur dan menyentuh kening gadis itu, menyeka keringat dingin yang membasahi keningnya.
Beberapa bulan sebelumnya, di satu malam yang dapat dikatakan kelam dan kelabu, dua orang anak remaja terduduk di kursi rumah sakit di hadapan ruang jenazah sambil menangis histeris, karena mendapati sebuah kenyataan jika yang berada di ruang jenazah malam itu adalah ayah dan ibu mereka yang mengalami kecelakaan mobil tunggal di suatu persimpangan dan meninggal seketika. Anak remaja perempuan yang berusia lebih tua bernama Cindy Wang, sementara anak remaja laki-laki yang berusia lebih muda bernama Ken Wang.
Di malam itu, keduanya menjadi yatim piatu dalam sekejap dan ditinggal pergi secara mendadak tanpa pesan dan perpisahan yang berkesan. Di usia mereka yang masih sangat muda, membuat sang kakak yakni Cindy menangis histeris sambil berpikir ekstra keras tentang bagaimana cara ke depannya bagi ia dan adiknya untuk dapat bertahan hidup dan meneruskan pendidikan mereka.
Kedua orang tua mereka bukanlah orang berada. Mendiang ayahnya hanyalah seorang pekerja di AEON Supermarket, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga biasa yang hanya mengandalkan gaji suami untuk membiayai kehidupan mereka setiap harinya.
Gaji dari sang suami pun terkadang kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka berempat. Jika sudah begitu, biasanya mendiang Ayah Cindy akan mencari pinjaman uang ke sanak saudara atau teman-temannya, itupun jika ada yang bersedia meminjamkan. Jika tidak ada, biasanya sang ayah akan meminta kerja lembur kepada atasannya atau kerja sambilan lainnya di malam hari sebagai pelayan kedai mie Chee Kei di Tsim Sha Tsui yang letaknya tidak jauh dari Panda’s Hostel tempat para turis mancanegara biasa menginap, sehingga menjadikan kedai mie laris dan sangat ramai. Sementara itu, mendiang Ibu Cindy menjadi buruh cuci pakaian para tetangganya demi lembaran Dollar Hongkong yang jumlahnya tidak begitu banyak. Tapi semua itu mereka kerjakan demi kehidupan dan pendidikan anak-anak mereka.
Tetapi rupanya, takdir berkata lain. Kedua orang tua Cindy harus kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa dan membiarkan kedua anak mereka mengarungi ujian hidup di dunia demi memoles keteguhan dan ketegaran tekad mereka. Tapi, Cindy dan Ken tidaklah sendiri secara harfiah, mereka masih memiliki keluarga, yakni adik laki-laki ibunya yang telah berkeluarga dan tinggal tidak jauh dari rumah mereka.
Setelah mendengar kabar tentang kecelakaan yang menimpa kakak perempuan dan suaminya tersebut, Paman Wei yang merupakan adik laki-laki Ibu Cindy pun bergegas datang ke rumah sakit bersama dengan istri dan anak laki-lakinya yang bernama Andy. Lalu, mereka membantu Cindy mengurus proses jenazah kedua orang tuanya untuk dibawa ke rumah duka.
Banyak para sahabat, tetangga dan rekan kerja mendiang Ayah Cindy yang hadir di rumah duka untuk mengucapkan salam perpisahan kepada mendiang orang tuanya sambil menghibur gadis itu dan adik laki-lakinya yang tampak memilukan dan membuat iba siapapun yang melihatnya. Mereka yang hadir di situ sungguh tak menyangka jika kedua orang yang baik tersebut dipanggil secepat itu untuk menghadap Yang Kuasa, di saat kedua anak mereka masih membutuhkan kedua orang tuanya.
Tidak sedikit orang yang memberikan sumbangan cukup banyak kepada kedua anak yatim piatu tersebut karena didasari oleh rasa belas kasihan. Tapi, di dunia ini tidak semua orang berhati tulus dan mulia. Keluarga dekat Cindy, tepatnya istri dari pamannya yang bernama Bibi Wei berhati licik dan berniat tidak baik. Wanita paruh baya itu tahu dengan pasti jika di dalam kotak sumbangan terdapat banyak amplop yang tebal dan berisi banyak uang. Wanita itu berniat untuk mengambil sebagian besar uang sumbangan tersebut untuk dirinya dan untuk anak laki-lakinya.
Maka dari itu, usai disemayamkan selama tiga hari, ketika iring-iringan jenazah sedang menuju ke tempat pemakaman, Bibi Wei dan anak laki-lakinya yang bernama Andy, membuka kotak sumbangan dan mengambil sebagian isinya, lalu mengunci kembali kotak tersebut.
To be continued .....
Follow akun penulis ya ^^.