“Aku selalu mengamatimu.”
Bukankah itu pengakuan yang mengerikan? Bagaimana perasaanmu jika kau mengetahui bahwa kau selalu diperhatikan oleh orang lain? Bukankah itu akan membuatmu bergetar ketakutan dan kesal di saat yang bersamaan?
Tetapi kau tidak perlu takut karena inilah hidupku. Sama sepertimu yang tidak pernah memiliki ketertarikan begitu dalam kepada seseorang, aku juga sama. Hidupku selalu berjalan mengikuti garis takdir tetapi sekarang aku ingin mengubah itu untukmu. Aku ingin menyerap seluruh emosi negatifmu, menuntunmu ke arah yang aku mau dan menenggelamkanmu di sana.
Krystal El Dearni, kau ingin bertemu denganku, bukan? Maka dari itu, pejamkan matamu dan tertidurlah dengan nyenyak. Aku akan menembus ruang dan kegelapan untuk menemuimu di dalam mimpi dan menceritakan padamu tentang banyak hal. Temuilah aku, segera.
-Monster in My Dream-
***
“Kau kembali.”
Aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Kenapa aku bisa berada di ruangan ini lagi? Lalu suara yang aku dengar.. dia pasti ada di sini. Oliver Kei, dingin yang membekukanku kembali menyerang. Di mana kau?
“Di belakangmu.”
Mendengar itu aku berbalik, dan benar saja dia berdiri di sana dengan wajah datarnya. Ah, aku baru melihat wajah itu tersenyum hangat dan sekarang kedinginan terasa mencekikku. Aku belum terbiasa.
“Bagaimana dengan Kai?” tanyanya, dia memainkan sesuatu di tangannya. “Dia memiliki aura yang berbanding terbalik denganku, bukan?”
“Ya,” jawabku spontan.
“Aku hanya ingin memperingatkan, jangan pernah menyebut namaku di depannya. Jangan beri tahu keberadaanku kepada siapapun jika kau tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu,” katanya dengan nada dingin sebelum kemudian melemparkan sesuatu yang dia mainkan di tangannya padaku.
Reflek, aku langsung memejamkan mataku. Satu detik.. dua detik.. aku tidak merasakan apapun mengenai wajahku jadi aku kembali membuka mata dan menemukan sebuah cahaya menggantung di depan wajahku.
Sial. Apa-apaan ini?
“Apa bekerja sebagai guru menyenangkan?” tanyanya tiba-tiba. Dia mengambil cahaya itu dan kembali memainkannya. “Apa bermain dengan anak-anak itu menyenangkan?”
“Begitulah.”
Kenapa dia bertanya tentang anak-anak sekarang?
“Kalau begitu kau cocok dengan Kai.”
“Dia menyukai anak kecil?”
Oliver Kei menggeleng. “Jika kau menyukai anak kecil dan menyayangi mereka, mungkin kau bisa membantu mengembalikan kenangan masa kecil yang indah untuknya.”
“Apa maksudmu?”
“Masa lalunya tidak begitu bagus, dia bukan anak kandung keluarga itu,” Kei tertawa. “Dia anak angkat yang menjalani terapi sepanjang waktu, dia memiliki amarah yang luar biasa kepada ibu kandungnya sebelum kemudian dia menerima kenyataan dan menjadi sosok seperti sekarang. Kau pikir dari mana aku berasal?”
Aku benar-benar membeku. Entah kenapa aku mempercayai setiap perkataannya yang menembus telingaku seperti hal itu sudah dikendalikan sebelumnya.
“Kau percaya dengan cinta?”
“Huh?”
“Aku akan memberitahumu sebuah cerita, tetapi akan bahaya jika kau terlalu lama di sini,” Kei kembali memainkan cahaya itu di depan wajahku. “Temui aku di setiap mimpimu dan sampai jumpa.”
***
Aku menyiapkan sarapan dengan tenang meskipun sejak tadi ibu mengomel karena aku memutuskan untuk pergi bekerja. Sejak bangun sebenarnya aku terus memikirkan perkataan Oliver Kei di dalam mimpiku.
“Kenapa melamun?” tanya ibu. “Kepalamu pusing? Sudah ibu bilang jangan bekerja dulu. Kau tidak sadar jadi kau tidak tahu seberapa banyak darah yang ibu lihat di dalam kamarmu, untung saja pintu kamarmu tidak terkunci seperti biasanya.”
“Sudahlah, percaya saja padanya.”
“Lalu bagaimana jika dia pingsan lagi?”
“Ibu,” ucapku sambil menatapnya. “Aku sudah baik-baik saja.”
Setelah perdebatan yang cukup panjang, akhirnya ibu memilih mengalah karena ayah juga mengizinkanku untuk pergi bekerja.
“Jangan pakai sepeda motormu, lebih baik kau memanggil taksi.”
“Aku sudah melakukannya, jangan terlalu khawatir, bu.”
Pikiranku benar-benar penuh dengan perkataan Kei. Jadi dia tumbuh bersama dengan Kai tetapi setelah Kai menjadi sosok yang sepenuhnya berbeda dari masa lalunya, Kei yang tercipta karena emosi negatifnya seperti alter ego menjadi ‘terbuang’ karena Kai sudah berubah? Kalau begitu kenapa dia bisa memilih untuk menceritakan hal itu kepadaku? Apa ada emosiku yang menariknya?
“Oh?” seruku tertahan. Aku yang sudah turun dari taksi masih berdiri di depan pagar sekolah karena melihat sosok yang aku kenal sedang berjalan ke arahku- tidak, dia melewatiku.
Tunggu, kenapa perempuan yang aku lihat bersama Kai di pesta pernikahan sepupuku ada di sini? Sebelumnya aku belum pernah melihatnya.
“Dokter April, apa kabar?”
Keningku semakit berkerut ketika aku melihat salah satu rekan kerjaku menyambutnya. Apa dia kenalan Kinan?
“Baik, kamu apa kabar?”
“Aku baik. Tumben Via diantar sama dokter, mamanya kemana?”
Aku berjalan mendekat, tiba-tiba aku menjadi sangat penasaran.
“Ah, kak Yanuar dan kak Gia ada urusan mendadak, jadi mereka meminta bantuanku untuk mengantar Via kesini.”
“Mbak Krys,” sapa Kinan. “Mbak Krys sudah masuk? Bagaimana keadaan, mbak?”
“Oh,” aku tersenyum. “Aku baik-baik saja.”
Aku mengangukkan kepalaku sekali kepada teman perempuan? Pacar? Atau tunangan Kai ini sebagai sapaan. Dia juga membalas sapaanku dengan senyuman lebar.
“Aku harus segera pergi ke rumah sakit, ada operasi yang harus aku lakukan dua jam lagi.”
“Oh,” Kinan mengangguk. “Hati-hati di jalan, dok.”
Setelah perempuan itu pergi, aku diam karena memang tidak ada yang ingin aku tanyakan. Aku mencoba menahan diriku untuk tidak terlalu penasaran karena sesuatu yang berlebihan akan membawaku ke dalam masalah yang cukup besar dan aku terlalu malas untuk melewati semua itu.
“Mbak benar-benar sudah sembuh?” tanya Kinan lagi. “Kemarin waktu tante telpon, katanya mbak pingsan.”
“Ya,” aku tersenyum. “Aku baik-baik saja sekarang. Ayo masuk!”
“Oh ya, mbak, kemarin Ibu Iyan telpon. Katanya Iyan dijahit kakinya, kasihan karena anak itu sangat senang berlari tapi dia tidak akan bisa melakukannya beberapa hari ke depan.”
Ah, jadi benar kalau kemarin Iyan berada di rumah sakit dan dia melihatku, ya? Benar, laki-laki itu tidak mungkin membohongiku jika dilihat dari kepribadiannya.
Kinan dan aku masuk ke dalam kantor guru, dia sudah mengantarkan Via ke kelasnya. Aku yakin Kinan memiliki hubungan keluarga dengan perempuan tadi karena dia sangat akrab juga dengan ibu Via.
“Mbak?”
“Hm?” sahutku.
“Menurut mbak dokter tadi cantik tidak?”
Pertanyaan random macam apa ini?
“Kenapa?” tanyaku balik. Aku tidak akan menjawab pertanyaannya karena bisa saja dia menjebakku. Dia mungkin akan menggunakan jawabanku untuk bergosip dengan yang lainnya sampai namaku menjadi jelek nantinya. Kalian tahu? Terkadang aku terlalu waspada sampai overthinking.
“Dokter April sepertinya akan dijodohkan dengan salah satu temannya yang juga seorang dokter, mereka sudah lama bersama dan Dokter April bisa dibilang merupakan tunangan dari temannya itu meskipun kenyataannya mereka tidak menjalani hubungan apapun,” Kinan menatapku. “Aku hanya.. sedikit iri? Dokter yang akan dijodohkan dengannya sangat tampan.”
“Oh ya?” aku diam sejenak. “Siapa namanya?”
“Kai, Oleander Kai.”
Saat itulah, untuk pertama kalinya aku ingin melakukan sesuatu. Aku menginginkan Kai untukku, aku menginginkan senyuman Kai untuk bisa aku lihat setiap harinya. Hah, aku tidak tahu bahwa jiwa persainganku akan muncul di usiaku yang sekarang.
Tetapi ada satu hal yang mengganjal. Aku baru bertemu Oleander Kai dan juga sosok aneh yang juga selalu hadir di dalam mimpiku, aku baru bertemu dengan mereka tetapi aku berbicara seakan-akan aku sudah lama mengenal mereka. Apa memang begitu? Apa ada alasan kenapa Kei memilih untuk masuk ke dalam mimpiku?
Bagaimanapun ini sulit untuk dimengerti. Aku menyerah untuk memahami.
***