Penantian

1008 Kata

Perjalanan Naia dan Ryan seperti tidak memiliki masalah. Mereka datang ke negeri baru, menyewa rumah dan membuka usaha seperti impian para imigran asing lainnya di London. Naia selalu tersenyum seolah besok akan ada larangan untuk tersenyum. Yang sebenarnya mengungkapkan rasa lega setelah mendapatkan kebebasan. Mereka menyewa tempat kecil dan sederhana di pinggiran kota. Dan akan mengendarai truk penjual makanan ke pusat kota untuk berdagang. Hari-hari mereka nampak damai meski ini bukan akhir impian mereka. "Mas Ryan, apa mas yakin mau menemaniku di London. Mas Ryan punya segalanya di Indonesia. Apalagi keberadaan Mbak Dyah belum ditemukan," lirih Naia. Ryan tersenyum kecut, bukan tanpa alasan dia mengikuti Naia meninggalkan ayahnya. Alasan terbesarnya mengikuti Naia adalah rasa sakit

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN