Setidaknya ada hari bagi Naia untuk tersenyum. Di bawah warna putih salju yang mendominasi sekitarnya ia berjalan menyusuri jalanan kota yang mulai ramai. Naia dulu sempat berpikir ia tidak akan memiliki senyum mengingat betapa putus asanya ia. Butuh lebih dari sekedar perjuangan dari dalam dirinya untuk keluar dari masa lalu yang penuh rasa putus asa saat kehilangan bayinya. Suntikan semangat, dorongan dari kakak dan Erina, juga terapi dari dokter yang tanpa henti, akhirnya menyadarkannya kalau ia sudah membuat kakaknya dan Erina menderita. Mereka menjadi korban dari keegoisannya. Dia seperti merajuk pada nasib karena penderitaan yang ia alami, tapi orang yang ia siksa justru keluarga yang sangat menyayanginya. Kini Naia bisa melangkah penuh rasa syukur ketika sadar kalau masih memiliki

