hari pertama sekolah
Salmi Atau Salman tanya Ali padanya sambil tersenyum.
Suka hati kamu saja, seharusnya kamu itu panggil saya abang atau kakak Ucapnya sambil tersenyum.
Hari ini hari pertama sekolah, Ali dan Salman datang kesekolah hanya berdua dengan berjalan kaki.Sekolah lanjutan SLTA memang tidak jauh dari desa mereka, cukup berjalan dengan kaki.
Tahun baru ajaran baru memang tidak banyak menerima murid, dikarnakan ruang terbatas.
Azrina kesekolah diantar oleh kedua orang tuanya dengan mobil kesayangan papinya, yaitu mobil Camry hitam, layaknya mobil-mobil para pejabat negara.
Azrina tidak begitu suka dengan sekolah pilihan orang tuanya, tapi mau tidak mau untuk urusan pendidikan kedua orang tuanya tidak memanjakan anak semata wayangnya memilih tempat menimbal ilmu sendiri.
Azrina hanya bisa nurut dengan wajah yang begitu sebal.
Mami dan Papi sangat paham dengan ekspresi sang anak. Mereka hanya tersenyum dengan sedikit cemas. Karena mereka tau Azrina memang perempuan yang tidak bisa memendam apapun.Jika ia suka maka seribu cara akan ditempu, begitu juga sebaliknya, jika tidak suka maka seribu carapun akan dicari.
Tiba disekolah anak-anak remaja berdesakan untuk masuk keruang mushola, karena hanya dimushola salah satu ruang paling besar dan cukup menampung para siswa/i baru.
Azrina membuka pintu mobil sambil menyalami kedua orang tuanya.
Pigi yaa mi? pi ! ucapnya dengan bete.
Mami dan Papi saling bertatapan saling menguatkan atas apa yang mereka saksikan didalam mobil tadi.
Pi? apa Azrina betah? tanya mami dalam perjalanan pulang.
Doakan saja mi, semoga anak kita betah, lagian inilah sekolah yang terbaik untuk dia sekarang. jelas papi sambil serius menyetir.
Aamiin, semoga saja yaa pi? ucap mami dengan cemas.
Azrina berjalan sangat pelan, bahkan wajahnya yang cemberut membuat ia tidak menghiraukan seorang guru yang memanggilnya.
Hey kamu? ucap seorang laki-laki dengan berbaju putih, ia adalah salah satu guru disana.
Azrina menghampirinya!
Kamu murid baru ya? tanyanya
Iyaa pak! ucapnya dengan cuek.
Yasudah cepetan kemushola, dari tadi pak kepala sudah memberi arahan, kamunya datang sudah terlambat sekali.
Azrina berjalan menuju kearah yang di tunju.
Ia melihat disekelilingnya para remaja yang berusia sebaya denganya begitu serius mendengar ceramahan bapak kepala, bahkan ada yang mencatat dibuku apa-apa yang disampaikan oleh bapak kepala sekolah.
Ia melihat disekelilingnya para siswa mengenakan jelbab yang besar dan panjang, sedangkan dirinya hanya jelbab yang kecil tipis dan pendek hingga nampak hujung rambutnya yang sebahu.
Setelah selesai arahan dari bapak kepala mereka ikut dipersilahkan memperkenalkan diri satu persatu.
Makin kesini makin merasa cangguh baginya, Azrina benar-benar merasa risih berada ditegah-tengah para siswa/i dengan pakaian begitu sopan dan santun.Mereka terlihat sangat akrab antara satu dengan yang lain. Hingga membuat dirinya makin risih dengan keadaan disekelilingnya.
Hai, kamu anaknya pak Azman kan? oh yaa kenalkan nama saya Nilawati dan ini Mahdaliati. Ia menunjuk kearah teman yang satu lagi.
Nilawati terlihat sosok yang tomboi, sedangkan Mahdaliati terlihat begitu kalem.
Kita saudara loee, ucap Nilawati sambil tersenyum kearahnya.
Oh yaaa, jawab Azrina dengan cuek.
kalau kamu belum mengenal siapapun kamu boleh kok gabung sama kami! ucap Mahdaliati dengan ramah.
Iyaa terimakasih. Ucapnya dengan membalas senyum kearah keduanya.
Kamu pasti bingungkan melihat para siswa baru tapi sudah saling akrab? tanya Nilawati dengan tersenyum.