Jumat, 25 April 2008
Tepat pukul 11.45 waktu Indonesia bagian kota B, akhirnya Lili tiba menjemputku di depan Mall M. Walau agak lama juga aku menunggu kedatangannya, hampir 50 menit lebih, rasa kesalku sedikit terobati dengan kehadirannya di depanku.
Aku langsung duduk di bangku depan tepat di sampingnya. Aku sapa dia, “di jalan macet yah..” Lili pun tersenyum manis dan memberi jawaban yang ternyata bisa mengurangi kekecewaanku setelah sekian lama menunggu. Aku memandangnya dengan cukup seksama, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ada yang beda kali ini. Lili tampak lebih cantik. Entah dia sengaja dandan karena ingin berjumpa denganku, atau memang ini kesehariannya dalam bekerja. Rambutnya yang hitam panjang, kali ini dibuat agak ikal bergelombang. Polesan makeup-nya yang tidak terlalu tebal membuat paras wajahnya sedikit memudar, mungkin karena panasnya terik matahari waktu itu. Lili mengenakan sweater tipis warna hitam dengan bawahan rok berbahan wol warna abu-abu. Seperti halnya Jum’at lalu, Lili selalu tampak feminim dengan pakaian yang dikenakannnya.
Roknya yang agak pendek di atas lutut agak sedikit tersingkap karena kakinya sibuk dengan pedal gas mobilnya. Aku cermati pahanya yang mulus hingga ke ujung kaki. Sungguh sepasang kaki yang indah yang benar-benar aku rindukan.
Lili yang merasa diperhatikan, agak canggung bertanya kepadaku, “kenapa sih liat-liat mulu?” Aku menjawab, “gak ko sayang, aku cuma kangen aja sama kamu, kamu keliatan cantik hari ini” Mendengar pujianku, Lili pun tersenyum kembali.
Jam di tangan menunjukkan jam 12 kurang beberapa menit ketika kami tiba di hotel G, hotel yang Jum’at lalu tidak jadi kami singgahi. Aku keluar dari mobil dan langsung menuju ruang resepsionis, sedangkan Lili tetap menunggu di dalam mobil. Beruntung kali ini banyak kamar yang kosong. Lalu kami pun cek-in di sebuah kamar.
Kamar yang tersedia lumayan bagus, lebih bagus dari kamar hotel P yang Jum’at lalu kami tempati. Dengan membayar Rp 190 ribu, kami mendapat kamar dengan double bed, TV, AC, kamar mandi shower dan bathtub, serta minibar yang berisi macam-macam softdrink.
Di dalam kamar, Lili langsung menaruh tasnya di atas meja dan mencopot sepatunya. Aku juga melakukan hal yang sama. Sambil membetulkan pakaian dan rambutnya, Lili sedikit bercermin memperbaiki penampilannya. Rasa kangenku yang sudah menggunung tak bisa dibendung lagi. Aku langsung memeluk Lili dari belakang. Sambil berdiri, aku mencium rambutnya yang harum. Mencium kepalanya, mencium pundaknya, dan beralih mencium pipi dan lehernya. Mendapat perlakuan seperti itu, Lili pun memejamkan matanya sambil menikmati cumbuanku. Tangan kirinya mengelus-elus kepala dan pipiku, tanda Lili juga benar-benar kangen denganku.