Waktu kembali bergulir, percintaan mereka telah usai. Delon yang memuja setiap jengkal tubuh gadisnya, menjadikan dirinya gila dan hancur pada pesona mematikan Keira. Masih dalam pelukannya, Keira membenamkan wajah di lekuk leher Delon, membiarkan dirinya hanyut dalam kehangatan kulit dan aroma tubuh pria itu. Tak ada suara selain napas yang saling beradu, dan degup jantung mereka yang terasa tak beraturan setelah gelombang terakhir yang menyatukan keduanya. Delon mengusap tengkuk Keira perlahan, lalu bertanya dengan suara yang berat tapi nyaris berbisik—seolah kalimat itu datang dari tempat yang paling dalam di hatinya. "Kei... apa yang kamu lihat dari aku?" ujarnya, napasnya menyentuh kulit pipi Keira. “Aku udah empat puluh delapan. Umur kita jauh. Kamu muda, cantik, kamu bisa punya s

