Delon masih duduk di sofa kulit lembut itu, punggungnya bersandar setengah lelah, setengah enggan beranjak. Keringat dingin mulai mengering di kulitnya, tapi bukan itu yang membuat tubuhnya bergetar perlahan. Bukan udara yang mengigit kulitnya dari pendingin ruangan klub malam mewah ini—melainkan sisa dari badai yang baru saja mereka ciptakan bersama. Sisa dari guncangan yang bahkan sekarang masih menari di ujung syarafnya.
Matanya tertuju pada tubuh itu.
Keira.
Telanjang, terbaring di atas sofa, sebagian tubuhnya setengah terselimuti mantel hitam yang tadi ia lempar ke samping saat kehilangan kendali. Rambutnya berserakan, basah dan berantakan, menempel di pelipis dan lehernya yang masih memerah. d**a gadis itu naik-turun pelan, bibirnya setengah terbuka, dan pipinya… merah muda sepert
