Asa kembali menyunggingkan senyum manis. Dengan langkah ringan, ia menghampiri kepala terpenggal itu. “Siapa lagi yang mau kenalan?” Asa melemparkan kepala itu ke arah mereka. “Kurang ajar! Serang mereka!” teriak pemimpin pasukan Mega. “Hanya 15 menit…” ucap Epi datar. “Baiklah, malam ini akan gelap. Sebentar lagi hujan akan semakin deras.” Ruka menimpali. Angin bertiup semakin kencang, menerpa wajah mereka dengan kasar. Rambut-rambut yang tergerai menari-nari ditiup angin, memperjelas raut wajah mereka yang tegang. Gerimis mulai turun, semakin lama semakin deras. Drap! Drap! Syuuh… Wesssh… Wesssh… Ssss… ssss… Sing… Sriing… Sriiing… sing… Sreeet!.. Sreet!.. Brughh… bugh… Brugh. Puluhan orang menyerbu Epi, senjata mereka teracung tinggi. Gadis itu bergerak secepat kilat, kedua

