Bagian 2

5371 Kata
2 minggu sudah kejadian dimana Levi meninggalkan Leandra begitu saja di rumah sakit, dan selama itu juga ia belum bertemu lagi dengan wanita itu. Levi mengepalkan tangannya dengan kencang ketika mengingat lagi jika Leandra telah memiliki seorang kekasih. Ia harus bergerak cepat agar Leandra semakin cepat jatuh ke dalam pesonanya dan meninggalkan kekasihnya itu, setelah itu pria itu akan mencampakkannya mengingat dia sudah mendapat hukuman karena sudah berani-beraninya wanita itu menolakku. "Ohh Levi, kemana saja kau sayang? Kau tahu jika aku sangat mencemaskanmu babe," ujar wanita itu yang baru saja masuk ke dalam ruang kerja Levi. "Halsey, bisakah sehari saja kau tidak membuatku pusing? Aku sudah sangat pusing dengan pekerjaanku yang menumpuk ini, dan sekarang kau malah datang ke kantorku hanya untuk berteriak-teriak tidak jelas seperti ini," "Levi bisakah kau tinggalkan pekerjaanmu itu sebentar saja? Sejak kemarin ketika aku tiba disini kau sama sekali tidak pernah menganggapku ada, itu sama saja kau tidak menghargai kedatanganku Levi," "Tidak bisa, kau tahu jika aku sangat mencintai pekerjaanku bukan? Dan aku tidak pernah menyuruhmu untuk kembali lagi kepadaku," "Tapi semua ini yang meminta Mommy-mu Levi," "Kalau begitu datang saja kepada Mommy-ku. Dan jika kau masih mendatangiku lagi, aku sendiri yang akan berbicara kepada Mommy-ku untuk menyuruhmu kembali lagi ke negara asalmu dan berhenti mengganggu hidupku lagi,"  "Coba saja Levi. Tanpa Mommy-mu menyuruhku, aku akan tetap mengejarmu dan membuat hubungan kita bisa kembali seperti dulu lagi. Ingat itu Levi," ancamnya lalu ia langsung pergi meninggalkan ruangan Levi dengan di akhiri bantingan pintu yang cukup kencang. "Tidak akan!!!" teriak Levi lalu ia langsung menghantam meja kerjanya dengan pukulannya. ‘Sulit sekali menghadapi wanita keras kepala seperti Halsey. Aku sangat menyesal dulu pernah menjalin hubungan dengan wanita munafik sepertinya,’ batin Levi yang sangat geram. Malam harinya, Levi pun mendatangi club dimana biasa ia menghabiskan malamnya dan dimana tempat Leandra bekerja juga. Malam ini ia ingin menghilangkan rasa penatnya setelah merasakan kepalanya yang rasanya ingin pecah. Masalah mengenai Leandra saja belum selesai, dan sekarang ia memiliki masalah tambahan lagi dengan wanita keras kepala yang terus menerus mengejar-ngejarnya. Setelah memasuki club itu, Levi pun melangkahkan kakinya menuju meja bartender. "Berikan aku Martini, Jack," "What's up buddy, sudah lama aku tidak melihatmu," "Pekerjaan, membunuh kepalaku" "Maka dari itu lebih baik malam ini kau habiskan malammu disini. Dan ini pesananmu, enjoy,” ujar Jack sambil memberikan minuman itu kepada Levi. Setelah Jack memberikan segelas Martini, Levi pun langsung meminumnya. Dan ketika Levi sedang menikmati minumannya itu, tiba-tiba saja pandangannya yang sejak tadi sedang memperhatikan keadaan sekitar club itu langsung menangkap seseorang yang sejak tadi mengganggu pikirannya. Levi memperhatikan Leandra yang sedang membawa minuman dan melangkahkan kakinya menuju ke lantai atas yang tidak lain tidak bukan adalah ruangan VVIP. Lalu saat Leandra sudah menaiki anak tangga itu, Levi pun bergegas menghampiri Leandra yang sedang menaiki tangga tersebut. Namun sayangnya ketika Levi sudah berada di lantai atas, ia kehilangan Leandra. Lalu pria itu memutuskan untuk menunggu di lantai bawah dekat tangga sampai Leandra mengantarkan minuman kepada pelanggan. Cukup lama Leandra berada di atas hingga membuat Levi menjadi gelisah sendiri. Sekitar 20 menit kemudian, akhirnya Leandra pun turun dan Levi pun langsung menarik tangan Leandra menuju lorong yang sepi dan menghimpit tubuh wanita itu ke dinding. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Levi dengan dingin tepat di depan wajah Leandra. "Le..levi," balas Leandra dengan gugup karena ia masih terkejut dengan dirinya yang tiba-tiba saja tangannya ditarik dan tubuhnya dikekang seperti itu. "Ya ini aku sayang. Apa yang kau lakukan disini?" tanya Levi lagi namun kini ia sudah menelusuri hidungnya di leher Leandra. "Ka..kau lupa jika aku bekerja disini?" “Kau baru saja mengalami kecelakaan, dimana isi kepalamu yang manis itu saat ini huh?” “Ak...aku sudah baik-baik saja Levi. Dan...aku juga ingin bekerja, karena aku tidak ingin di pecat untuk yang kedua kalinya,” "Apapun itu alasannya, aku tetap tidak suka jika kau bekerja disini sayang, aku tidak suka tubuhmu dilihat oleh banyak orang, aku tidak suka tubuhmu ini disentuh oleh orang lain, aku tidak suka berbagi dengan yang sudah menjadi milikku," "Te...tetapi ini memang sudah menjadi bagian dari pe...pekerjaanku Levi," balas Leandra yang semakin gugup karena Levi mempermainkan lehernya menjadi semakin intens. "Kewajibanmu hanya melayaniku jika kau lupa, darling," Dan Levi pun langsung mencium bibir Leandra dengan kasar sebagai hukuman untuknya. Ia tidak peduli lagi jika Leandra tidak bisa bernafas, yang pria itu pikirkan hanyalah menumpahkan segala amarahnya kepada Leandra. Setelah cukup lama Levi mencium Leandra, akhirnya pria itu melepaskannya dan nafas Leandra pun langsung tersengal-sengal. "Ikut aku sekarang," ujar Levi sambil mencengkram pergelangan tangan Leandra lalu menariknya keluar dari club itu. Setelah keluar dari club dan menemukan keberadaan mobilnya, Levi langsung memasuki Leandra ke dalam mobilnya. Dengan kecepatan maksimum pria itu mengendarai mobilnya menuju apartement miliknya. Setelah sampai di gedung apartement-nya, Levi pun memarkirkan mobilnya, setelah ia turun ia pun menarik tangan Leandra. Selama di perjalanan menuju kamar apartement miliknya, Levi hanya mencengkram tangan Leandra dan ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun walaupun sejak tadi Leandra terus-terus menerus bertanya ia ingin dibawa kemana dan dia juga minta kepada Levi untuk melepaskan cengkramannya, namun Levi sama sekali tidak menanggapinya. Entah kenapa pria itu saat ini terasa begitu marah. "Levi kau menyakitiku, lepaskan aku," seru Lea sambil berusaha menarik tangannya agar bisa terlepas dari cengkraman tangan Levi. Dan setelah mereka berada di apatement milik Levi, pria itu pun langsung melepaskan cengkraman itu dan ia mendorong Leandra hingga wanita itu terjatuh diatas sofa. Lalu Levi berlutut di hadapan Leandra dan ia mengambil tangan Leandra untuk melihat pergelangan tangannya yang memang cukup memerah akibat cengkraman tangannya itu. "Maafkan aku," ujar Levi dengan sedikit menyesal. Lalu pria itu pun langsung ber-inisiatif untuk mengambil sebuah kain yang sebelumnya ia basahi dengan air hangat dan juga kotak first aid-kit untuk mengobati luka memar Leandra. "Apakah sakit?" tanya Levi sambil mengompres pergelangan tangan Leandra dengan kain hangat. "Sedikit perih di bagian situ," balasnya sambil meringis menahan perih. Setelah mengompres dan memberi obat krim di pergelangan tangannya, Levi pun mencium tangan Leandra yang memar akibat ulahnya itu. "Maaf sudah membuatmu terluka. Aku tidak suka melihatmu bekerja lagi di club itu," "Jika aku tidak bekerja disana aku akan mendapatkan uang dari mana Levi?" "Kau lupa jika kau bisa bekerja di perusahaanku?" "Aku merasa tidak enak denganmu, kau sudah banyak sekali membantu masalahku. Dan yang terakhir, kau juga membayar tagihan biaya rumah sakitku bukan? Aku tidak ingin semakin merepotkanmu Levi. Jika aku sudah memiliki uang, aku akan mengganti tagihan biaya rumah sakitku yang kau bayarkan itu,"  "Look at me, babe," ujar Levi sambil memegang dan mengusap pipi Leandra. "Sudah berapa kali aku mengatakan jika aku senang bisa membantumu, aku pun tidak merasa terbeban karena telah membantumu. Dan jangan berpikir untuk mengganti uangku, karena aku tidak ingin menerimanya,"  "Tetap saja Levi, kau bukan siapa-siapaku. Tidak sepantasnya kau menolongku, yang bahkan kita tidak memiliki hubungan apapun," "Jika aku memintamu untuk menjadi kekasihku bagaimana?" "Apa??? Ak...." Sebelum Leandra meneruskan ucapannya, Levi terlebih dahulu memotong ucapannya dengan mencium bibir wanita itu dengan lembut. Levi tahu jika Leandra pasti akan mengatakan jika dia sudah memiliki seorang kekasih, tetapi saat ini pria itu sedang tidak ingin mendengar status hubungan Leandra dengan pria lain. Keduanya pun terhanyut dengan ciuman itu, hingga membuat Levi mengangkat Leandra ke atas pangkuannya dan pria itu pun semakin memperdalam ciumannya. Sayup-sayup Levi mendengar suara yang secara tidak sadar Leandra keluarkan saat Levi membelit lidahnya dengan lidah Leandra hingga membuat pria itu menjadi b*******h. Setelah cukup lama mereka beradu mulut dalam kenikmatan sesaat, Levi pun melepaskan bibirnya dari Leandra dengan perlahan. Sepertinya wanita itu masih tidak rela jika Levi mengakhiri ciumannya, terlihat dari bibir Leandra yang masih tidak ingin melepaskan bibir Levi. "Kau tahu? Bibirmu ini begitu candu untukku Lea," ujar Levi dengan serak menahan gairahnya sambil mengusap bibir Leandra dengan ibu jarinya. “Kau tahu? Sepertinya ini salah,” balas Leandra yang langsung berdiri dari pangkuan Levi dan sedikit menjauh. “Apa maksudmu?” “Jelas ini salah Levi. Tidak seharusnya kau menciumku dan tidak seharusnya juga aku membalasnya,” “Apa ini hanya tentang ciuman saja? Aku rasa tidak ada salahnya jika seorang pria dan wanita memadu kasih,” “Salahnya adalah aku memiliki seorang kekasih dan aku tidak ingin berselingkuh di belakangnya,” “Kalau kau tidak ingin berselingkuh di belakangnya, kenapa tadi kau membalas ciumanku Leandra? Sepertinya kau juga menikmatinya bukan? Apa itu juga tidak disebut sebagai ‘berselingkuh’ di belakang kekasihmu? Don't be naive babe,” “Ciuman itu tidak ada hubungannya dengan status yang aku miliki,” “Jujur saja katakan jika aku ini lebih banyak nilai plus-nya di bandingkan dengan kekasihmu itu,” “Sepertinya kita tidak perlu bertemu lagi. Kita tidak memiliki hubungan apa-apa dan memang tidak seharusnya juga aku menciummu Levi. Kau memang sudah banyak sekali menolongku, tetapi biarkan aku membayarnya suatu saat nanti untuk semua kebaikan yang sudah kau berikan. Sekali lagi maaf, tetapi ini memang seharusnya tidak pernah terjadi,” ujar Leandra yang langsung meninggalkan Levi. Secepat mungkin Leandra berjalan meninggalkan apartement Levi sebelum pria itu mengejarnya melihat saat Leandra keluar dari apartement milik Levi, pria itu terus menerus memanggil Leandra untuk berhenti. Namun Leandra tidak bisa, ia tidak bisa mengkhianati cintanya kepada kekasihnya itu. Rasanya ia akan menjadi wanita yang paling jahat jika berselingkuh di belakang kekasihnya yang memiliki hati yang tulus untuk mencintai wanita sepertinya. *** Pagi-pagi sekali Leandra sudah melangkahkan kakinya meninggalkan flat-nya. Rencananya, Leandra ingin mengunjungi kekasihnya itu yang belakangan ini sudah jarang sekali ia temui. Setelah kecelakaan yang Leandra alami saat itu, entah kenapa Leandra merasakan komunikasi di antara mereka berdua terasa seperti sedikit renggang. Dan setelah kejadian antara Leandra dan Levi beberapa malam yang lalu, membuat wanita itu langsung benar-benar merasa jahat kepada kekasihnya. Maka dari itu Leandra ingin menghabiskan waktunya bersama sang kekasih agar ia tidak terus menerus di bayangi-bayangi rasa bersalah. Setelah sampai di depan flat milik Daniel, Leandra pun langsung mengetuk pintu berharap jika Daniel sudah bangun tidur. Cukup lama Daniel membukakan pintunya hingga membuat Leandra cukup lelah berdiri sekaligus sesekali mengetuk pintu tempat tinggal kekasihnya itu. Melihat Daniel yang tidak juga membukakan pintu flat-nya, Leandra pun memutuskan untuk menelepon kekasihnya itu. "Ayolah, mengapa ponselmu tidak aktif?" ujar Leandra yang mulai cemas karena kekasihnya itu tidak ada di flat-nya dan teleponnya pun juga tidak aktif. Setelah beberapa kali Leandra melakukan panggilan kepada kekasihnya itu dan selalu di jawab oleh mesin, akhirnya Leandra pun memutuskan untuk menyerah. Leandra pun melangkahkan kakinya meninggalkan flat milik Daniel. Rencananya hari ini Leandra ingin mencari pekerjaan baru. Dan tidak mungkin juga Leandra mengambil tawaran dari Levi mengenai pekerjaan yang pria itu tawarkan, mengingat wanita itu sudah tidak ingin bertemu pria itu lagi jadi kali ini Leandra harus mencari pekerjaannya sendiri. Namun baru saja Leandra meninggalkan gedung flat milik Daniel, tiba-tiba saja Leandra langsung berhadapan dengan pria yang sejak tadi sudah ia cari-cari. Daniel, pria itu kini sedang menatap Leandra dengan pandangan kosong. "Daniel, aku mencari-carimu sejak tadi. Kau dari mana saja? Apa kau habis berolahraga atau...." “Bisa kita bicara?,” potong Daniel dengan singkat yang langsung membuat Leandra terdiam. Pasalnya Daniel bukanlah tipe orang yang bisa di ajak serius. Namun kali ini ia terlihat berbeda dari biasanya, dan hal itu pun langsung membuat Leandra kebingungan sekaligus bertanya-tanya. “Y..ya tentu saja. Bagaimana kita bicaranya sambil sarapan saja?” "Tidak, kita bicara disini saja. Dengar Lea, aku tidak memiliki waktu banyak untuk hal ini. Jadi aku mohon kepadamu agar kau tidak perlu memotong ucapanku, dan aku hanya mengatakan hal ini sekali saja. Jadi aku mohon dengarkan dengan baik-baik," "Apa maksudmu??" "Langsung saja ke intinya. Aku ingin hubungan kita selesai sampai disini saja," "A...apa?? Apa maksudmu Daniel?? Ak...," "Cukup Lea, sepertinya hubungan kita tidak bisa di teruskan lagi. Dan aku mohon kepadamu agar kau tidak perlu lagi untuk datang menememuiku ataupun menghubungiku lagi. Hubungan kita sudah selesai sampai disini karena aku sudah tidak mencintaimu lagi. Apa sudah jelas?" Leandra pun sudah meneteskan air matanya sejak Daniel mengucapkan kalimat perpisahan itu. Leandra benar-benar tidak menyangka jika Daniel akan sejahat ini kepadanya. Baru saja wanita itu ingin memperbaiki kesalahan, namun kini justru hatinya malah di patahkan. "Apa salahku?? Apa salahku Daniel?? Kau sedang tidak serius bukan? Daniel jawab aku," seru Leandra dengan sedikit berteriak dan berusaha mengejar Daniel yang sudah pergi meninggalkannya. “Jangan mengejarku Leandra, hubungan kita sudah benar-benar berakhir,” “Daniel jangan tinggalkan aku,” Leandra benar-benar tidak menyangka akan hal itu. Entah kenapa hidupnya kini menjadi semakin berat. Kejadian pertama terjadi 2 minggu yang lalu, Leandra baru saja di pecat dari pekerjaannya dan sekarang ia di putusin oleh kekasihnya yang sudah sejak dulu mereka menjalani masa-masa kesenangan dan kesedihan bersama-sama. Flashback On...  Setelah di tinggal oleh Leandra begitu saja, Levi pun langsung tidak tinggal diam. Pria itu langsung mendatangi kediaman Daniel dari alamat yang sebelumnya sudah ia ketahui dari anak buahnya. Levi tidak ingin kehilangan mangsanya hanya karena ada tikus kecil pengganggu yang belum pergi dari kehidupan Leandra. Levi mengetuk pintu flat milik Daniel dengan cukup kencang, ia tidak peduli jika tetangga kanan kiri Daniel akan keluar dan memarahinya karena terganggu oleh suara ketukan pintu yang terdengar cukup bising itu, karena yang Levi pedulikan adalah ia bisa menyelesaikan masalah kecil ini dengan cepat. Dan tidak lama kemudian pintu flat Daniel pun terbuka. “Apakah anda orang yang bernama Daniel Rick?” tanya Levi langsung kepada intinya. “Ya benar, itu saya sendiri. Ada apa?” “Bisa kita bicara empat mata,” “Apa anda berniat untuk macam-macam? Karena kalau anda macam-macam, saya tidak aka segan-segan untuk memanggil teman saya yang kebetulan profesinya adalah petinju,” “Tenang saja, saya tidak ada niatan seperti itu. Apa di wajah saya ada tampang seperti itu?” “Lalu apa yang anda inginkan malam-malam seperti ini datang ke rumah orang lain?” “Saya hanya ingin berbicara dengan anda. Mengenai wanita yang bernama Leandra,” Mendengar nama Leandra, Daniel pun semakin penasaran siapa pria itu sebenarnya. “Kita bicarakan di dalam saja,” Setelah Daniel mempersilahkan masuk, Levi pun melangkahkan kakinya memasuki flat milik Daniel itu. Ketika melihat tempat tinggal Daniel itu, Levi langsung tersenyum sambil mengangkat sebelah alisnya. Ruangan itu terlalu kecil untuk di sebut sebagai tempat tinggal. Dan Levi pun langsung merasa di atas angin ketika melihat saingannya yang tidak ada apa-apanya di bandingkan dengannya itu. “Ada apa dengan Leandra? Apa anda mengenalnya?”  “Tentu saja saya mengenalnya. Kalau tidak mengenalnya, untuk apa saya rela datang malam-malam seperti ini?” “Katakan saja langsung ke intinya, saya tidak suka kalau ada orang yang bicaranya bertele-tele seperti anda,” “Okay. Jadi intinya, saya meminta anda untuk mengakhiri hubungan anda dengan wanita yang bernama Leandra. Tinggalkan dia, dan buat hatinya hancur,” Daniel yang mendengar ucapan Levi pun langsung berdiri dari duduknya dan hendak melangkahkan kakinya keluar dari flat-nya. “Anda ingin kemana?” “Bukankah tadi saya sudah mengatakannya, kalau anda macam-macam saya akan memanggil teman saya untuk mengusir anda dari sini,” “Teman? Untuk apa anda memanggil teman anda? Anda itu seorang pria, seharusnya anda bisa melindungi kekasih anda dengan tubuh anda sendiri, bukan dengan tubuh teman anda,” Daniel pun langsung terdiam setelah mendengar ucapan Levi yang memang ada benarnya itu. “Sudahlah, kita bicarakan hal ini dengan kepala dingin saja, okay?” “Maksud dari permintaan anda tadi apa? Memangnya anda siapa? Berani-beraninya anda menyuruh saya untuk mengakhiri hubungan saya dengan kekasih saya,” Levi pun mengambil selembar cek kosong yang sebelumnya sudah ia tanda tangani di saku kemejanya, lalu pria itu pun menaruh cek itu di depan meja di hadapannya. “Tulis berapa saja jumlah uang yang anda inginkan dan lakukan semua permintaan saya tadi,” “Anda bisa ambil kertas itu dan keluar dari rumah saya,” “Apakah anda yakin? Dari uang itu anda bisa melakukan hal apa saja yang anda inginkan. Uang tidak datang sendiri dan kesempatan ini juga tidak datang 2 kali. Jadi pikiranlah baik-baik. Anda hanya perlu memutuskan Leandra dan anda bisa langsung mendapatkan uang itu,” “Saya tidak akan melepaskan Leandra,” “Apakah selama ini Leandra bahagia bersama anda?” “Tentu saja Leandra bahagia bersama saya, karena dia mencintai saya dan begitu juga sebaliknya,” “Apakah cinta saja cukup? Kalau anda sudah melepaskan Leandra, anda tidak perlu khawatir karena saya jamin dia pasti akan merasakan kebahagiaan yang lebih dari pada ketika masih bersama dengan anda,” “Jawaban saya tetap sama, saya tidak akan melepaskannya,* “Sadarlah, anda bukan kekasih yang baik untuknya. Apakah anda tahu jika beberapa minggu kemarin dia mengalami kecelakaan? Apakah anda jika kekasih anda itu bekerja di sebuah club malam? Apakah anda tahu jika kekasih anda itu baru saja di pecat dan kehilangan pekerjaannya sebagai kasir di restauran cepat saji itu? Apakah anda tahu semua beban hidup yang baru-baru saja ia alami ini?” “Kecelakaan? Di pecat? Jadi....” “I see, you never know. Jadi anda masih berpikiran kalau anda ini adalah kekasih yang baik? Pikirkan baik-baik, karena ini menyangkut masa depan dan juga kebahagiaan Leandra. Ini kartu nama saya, hubungi saya jika anda sudah berubah pikiran,” ujar Levi sambil menaruh kartu namanya di atas cek kosong itu dan dia pun langsung meninggalkan flat Daniel.  Flashback Off...  Setelah mendapat informasi dari anak buahnya, Levi pun langsung bergegas menuju flat Daniel dan langsung memainkan perannya itu. Memang setelah malam itu Levi menyuruh Daniel untuk memutuskan Leandra, keesokkan harinya Daniel pun langsung menghubungi Levi dan menyetujui permintaan pria itu untuk mengakhiri hubungannya dengan Leandra. Setibanya di flat Daniel, Levi pun langsung bisa menemukan keberadaan Leandra yang sedang duduk di kursi panjang di depan bangunan flat itu sambil menutup wajahnya itu dengan kedua tangannya. Bahunya pun juga bergetar yang menandakan jika hati wanita itu sedang hancur. Levi pun langsung turun dari mobilnya dan menghampiri Leandra.  "Hei, apa yang kau lakukan disini?" tanya Levi sambil berlutut di hadapan Leandra. Leandra pun tidak merespon ucapan Levi, ia masih menutupi wajahnya itu dan sesekali suara sesenggukan pun terdengar. "Lea lihat aku. Mengapa kau menangis disini? Apa yang terjadi denganmu?" ujar Levi sambil berusaha menarik tangan Leandra agar wanita itu ingin melepaskan tangannya dari wajahnya itu.  “Dia.... Dia memutuskanku,” balas Leandra dengan lemah dan dia pun kembali menangis setelah mengingat hal buruk yang baru saja terjadi padanya. Dengan inisiatif, Levi pun menarik tubuh Leandra ke dalam pelukannya. Pria itu menenangakn Leandra dengan mengelus punggung Leandra agar wanita itu bisa tenang dan berhenti menangis. "Menangislah jika itu bisa membuatmu merasa lebih tenang," Setelah beberapa saat Leanda menangis, akhirnya dia pun menghentikan tangisan nya lalu ia melepaskan pelukan itu. "Sudah menangisnya?" “Terima kasih sudah meminjamkan bahumu untukku,” balas Leandra sambil menghapus air mata di kedua pipinya itu. “Apakah kau sudah merasa lebih baik?”  “Sedikit,” “Kau tidak pantas menangisi pria seperti dia. Air matamu terlalu berharga untuknya,” “Mengapa kau bisa berada disini?” “Hhmm.... kebetulan tadi aku sedang lewat jalan ini. Dan secara tidak sengaja, aku melihatmu yang sedang duduk disini dan sepertinya kau juga sedang menangis. Jadi, aku memutuskan untuk menghampirimu,”  “Bagaimana kau tahu jika yang sedang duduk disini itu aku?” “Sepatu yang selalu kau pakai, rambutmu, jaket yang sering kau pakai. Semua yang ada dirimu aku mengetahuinya, Lea,” “Seharusnya kita tidak perlu bertemu lagi,” ujar Leandra sambil berdiri dari duduknya dan hendak melangkahkan kakinya meninggalkan Levi. “Hei, tunggu dulu. Biar aku antar,” balas Levi sambil menahan tangan Leandra agar wanita itu tidak pergi. “Tidak perlu,” “Kau tidak bisa sendirian Lea, keadaanmu sekarang sedang seperti ini. Kau ingin pergi kemana?” “Aku ingin pulang,” “Aku antar dan tidak ada bantahan lagi,” Leandra pun terpaksa menerimanya karena tangannya sendiri pun sudah di gandeng dan di tarik oleh Levi menuju mobil pria itu. Setelah menempuh perjalanan, Levi pun memberhentikan mobilnya di depan sebuah bangunan. “Ini bukan tempat tinggalku,” ujar Leandra yang baru menyadari jika Levi tidak benar-benar mengantarnya pulang. “Aku tahu. Karena kau sedang sedih, maka dari itu aku ingin menghiburmu,” “Bukankah ini apartement milikmu?” “Tepat sekali. Ayo, ikut aku,” “Aku tidak mau. Aku hanya ingin pulang ke flat tempat tinggalku,” “Oh ayolah Lea, aku hanya ingin menghiburmu. Aku tidak ingin melihatmu yang terus menerus menangisi pria itu. Seperti yang aku katakan tadi, air matamu itu terlalu berharga untuknya. Jadi, biarkan aku menghabiskan sisa hari ini untuk membuatmu bisa kembali tersenyum lagi,” Lalu Leandra pun menganggukkan kepalanya yang membuat Levi langsung Levi tersenyum dengan senang. Setelah itu mereka pun turun dari mobil dan melangkahkan kaki menuju kamar apartement milik Levi. “Selamat datang kembali,” ujar Levi setelah ia membukakan pintu apartement-nya dan menyuruh Leandra untuk masuk. “Dan sekarang, kau bisa tunggu disini dulu sementara aku ingin membuatkan sesuatu untukmu. Kalau kau ingin kau bisa menyalakan televisinya,” sambung Levi yang menyuruh Leandra untuk duduk di sofa. “Baiklah,” Leandra pun mendudukan dirinya di sofa. Setelah Levi sudah menghilang entah kemana, Leandra lebih memilih untuk menatap jendela besar yang langsung memberikan pemandangan langit yang sedang mendung. Apartement Levi memang berada di lantai 30, jadi awan yang sedang mendung itu terlihat dekat sekali. Cukup lama Leandra menunggu Levi yang belum muncul-muncul juga sejak tadi. Dan beberapa saat kemudian Levi pun datang sambil membawa sebuah piring dan gelas di masing-masing tangannya. “Aku tahu kalau 2 hal ini bisa langsung membuatmu tersenyum,” ujar Levi sambil mendudukan dirinya di samping Leandra. Leandra yang melihat piring dan gelas berisi makanan dan minuman kesukaannya itu pun hampir menjerit dengan senang. Namun, karena kali ini yang memberikan makanan dan minuman itu adalah Levi, dengan sekuat tenaga Leandra pun menahan senyumannya itu. “Bagaimana kau bisa tahu?” “Aku sudah mengatakannya bukan, kalau aku ini tahu dengan semua hal yang ada di dirimu Lea. Dan sekarang, apakah kau senang karena aku membuatkannya untukmu?” “Tidak,” “Yahh.... sayang sekali. Padahal di dalam pancake ini ada kejunya, dan madunya juga lebih banyak dari pada ice cream-nya. s**u coklat, sepertinya kali ini bukanlah giliranmu untuk di minum. Kalau tidak ada yang memakannya, biar aku buang saja,”  “Jangan,” balas Leandra dengan cepat dan ia pun yang langsung merebut piring dan gelas yang berada di tangan Levi. “Katanya kau tidak senang kalau aku membuatkan makanan ini untukmu,” “Kasihan pancake-nya kalau dibuang,”  “Berarti kau senang dengan kejutanku bukan?” Leandra pun tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, karena kini mulutnya sudah penuh dengan pancake itu. Levi pun juga ikut tersenyum, bukan karena ikut senang namun ia sangat yakin jika permainannya dengan Leandra nantinya akan benar-benar berjalan dengan sempurna. Setelah beberapa saat kemudian Leandra sudah menghabiskan pancake dan s**u coklatnya itu, Levi pun langsung terkekeh. “Apa yang lucu?” “Kau,” “Aku?” “Kau itu tidak ada bedanya dengan anak kecil berusia 5 tahun. Sehabis menangis, begitu di kasih makanan kau bisa langsung tersenyum,” Leandra yang mendengar ucapan Levi pun langsung cemberut dan ia menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. “Ya sudah, kalau kau tidak rela membuatkan makanan untukku seharusnya kau tidak perlu membawaku ke sini,” “Begitu saja marah. Tetapi, aku lebih suka melihatmu yang marah dan merajuk seperti ini dari pada kau menangis seperti tadi. Lea, lihat aku,” balas Levi sambil meraih dagu Leandra agar wanita itu ingin menatapnya. Sedikit demi sedikit Levi memajukan tubuhnya kepada Leandra. Namun melihat Levi yang mendekatkan wajahnya, Leandra pun sedikit demi sedikit memundurkan wajahnya. Walaupun Leandra sudah memundurkan wajahnya, Levi tetap mendekatkan wajahnya kepada Leandra. Hingga tubuh Leandra sudah setengah tiduran di atas sofa, Levi masih tetap mendekatinya. Karena tubuh Leandra sudah tidak bisa kemana-mana lagi, Leandra pun hanya bisa terdiam dan menatap mata Levi. Jangung Leandra berdegup cukup kencang ketika wajah mereka sudah berhadapan, Levi pun menjulurkan lidahnya dan menjilat sisa madu yang tertinggal di sudut bibir Leandra. “Tidak hanya sifatmu saja yang seperti anak kecil, ternyata cara makanmu juga masih sama seperti anak kecil yang masih berantakan,” ujar Levi sambil menarik tubuhnya yang hampir menindih tubuh Leandra tadi. “Kenapa kau harus seperti itu? Kau bisa memberitahuku dan tidak membuat jantungku ber....” balas Leandra yang juga membenarkan posisi duduknya. “Jantungmu kenapa? Apa kau sakit jantung?” potong Levi. “Bukan seperti itu, tapi... Sudahlah aku tidak ingin membahasnya,” “Baiklah. Setelah aku lihat sepertinya sekarang perasaanmu sudah lebih baik, apakah kau ingin menceritakan hal yang baru saja kau alami?” Leandra pun menghirup nafas dan membuangnya dengan kasar. “Seperti yang aku katakan tadi. Kekasihku menginginkan jika hubunganku bersama dengannya berakhir,” “Apa alasannya?” “Dia sudah tidak mencintaiku lagi,” "Jadi dia meminta mengakhiri hubungannya denganmu dengan alasan seperti itu?" "Aku tidak percaya jika dia sudah tidak mencintaiku lagi. Tetapi kata-kata itu keluar sendiri dari mulutnya dan sepertinya memang tidak ada keraguan di setiap ucapannya itu," "Sudahlah Lea, tidak seharusnya kau terus bersedih seperti ini hanya karena pria itu. Masih banyak pria yang ingin menjadi kekasihmu apalagi memilikimu seutuhnya, termasuk aku," "Levi, aku sedang tidak ingin bergurau," "Apakah aku terlihat seperti sedang bergurau? Kau bisa melihat mataku sendiri apakah aku ini sedang bergurau atau tidak?" tanya Levi sambil menatap matanya. "Kau bisa tidak percaya dengan cinta pandangan pertama, tetapi inilah yang terjadi padaku. Aku jatuh cinta pada saat kau datang menghampiriku sambil membawa minuman pesananku. Kau tidak seperti wanita di luar sana yang hanya mengagumi harta dan wajahku saja. Aku sangat ingin memilikimu seutuhnya Lea," sambung Levi sambil merapatkan tubuhnya ke tubuh Leandra. Baru saja Leandra ingin membuka mulutnya untuk membalas ucapan Levi, namun pria itu lebih dulu mencium bibir Leandra. Cukup lama mereka berciuman hingga Leandra tidak tersadar jika ia sudah di atas pangkuan Levi. Beberapa saat kemudian Levi pun melepaskan bibirnya. "Apakah kau juga menginginkanku Lea?" "Ak..aku tidak tahu," "Why are you still naive, babe? " ujar Levi sambil terkekeh dan ia pun mencium Leandra kembali.  'Sebentar lagi, Levi. Sebentar lagi rencanamu akan berhasil,' batin Levi.  *** Pagi-pagi sekali Levi sudah berada di flat Leandra, dan kini ia sedang mengetuk pintu flat milik Leandra agar pemiliknya itu bisa cepat membukakan pintunya itu. Tidak lama kemudian, Leandra pun membukakan pintu flat-nya dan dia pun keluar dari flat-nya lalu ia langsung mengunci pintu flat-nya. Leandra sendiri pun sudah berpakaian rapi dan hendak pergi. “Selamat pagi,” sapa Levi. “Pagi. Apa yang kau lakukan disini?” “Hhmm... Aku hanya ingin mengajakmu ke suatu tempat, dan sepertinya kau masih membutuhkan hiburan,” “Aku baik-baik saja Levi. Dan sepertinya aku tidak bisa ikut denganmu,” “Kenapa?” “Aku harus mencari pekerjaan,” “Pekerjaan? Kau tidak perlu repot-repot mencarinya Lea, tawaranku pekerjaan di perusahaanku masih berlaku untukmu,” “Tidak, tidak perlu Levi. Aku sudah terlalu banyak merepotkanmu. Dan mengenai masalah pekerjaan ini, biarkan aku berusaha mencarinya sendiri. Lagi pula, orang yang pendidikannya masih rendah sepertiku tidak mungkin bisa membuatku menjadi salah satu karyawan di perusahaanmu,” “Omong kosong. Aku pemiliknya dan aku bosnya, jadi semua hal yang aku inginkan pasti akan sangat mungkin. Dan sekarang kau ikut denganku ke kantorku,” ujar Levi sambil menggandeng tangan Leandra menariknya menuju mobil miliknya. “Levi, tunggu dulu. Kau tidak mengerti,” balas Leandra yang berusaha untuk menolak ajakan Levi. “Aku mengerti. Dan sekarang kau hanya cukup diam dan turuti saja semua ucapanku,” Setelah berhasil membawa Leandra ke dalam mobilnya, Levi pun bergegas ke kursi mengemudi dan ia langsung melakukan mobilnya menuju perusahaan miliknya. “Levi, kau tidak perlu seperti ini. Aku bisa mencari pekerjaan untukku sendiri. Masih banyak restaurant-reastaurant cepat saji lainnya yang masih membutuhkan pekerja sepertiku,” “Aku akan melakukan hal apa saja untukmu Lea. Kau tahu kalau aku ini mencintaimu bukan, dan sebagai pria yang mencintai wanitanya pasti dia akan rela melakukan hal apa saja agar wanitanya itu bahagia. Dan, kau sekarang kau bisa melihatnya sendiri. Aku sedang berjuang untuk wanita yang aku cintai,” jelas Levi yang membuat Leandra sedikit bersemu setelah mendengar ucapan pria itu. ‘Tidak Lea. Ini terlalu cepat. Hatimu baru saja di hancurkan oleh mantan kekasihmu. Dan sekarang, kau tidak boleh jatuh cinta dengan pria lain secepat ini. Tidak, tidak boleh!!!’ batin Leandra. “Lea. Hei, Lea,” ujar Levi yang menyadarkan Leandra dari lamunannya itu sambil menggoyang-goyangkan lengan Leandra. Sedangkan Leandra yang merasakan lengannya di goyang-goyangkan langsung tersadar dari lamunannya itu. “Hah.... Apa? Kau bicara apa?” “Kita sudah sampai. Apa kau tidak ingin turun?” Leandra pun yang mendengar ucapan Levi jika mereka sudah sampai langsung melihat ke arah luar jendela, dan memang benar saja jika Levi sudah memberhentikan mobilnya tepat di depan pintu lobby perusahaannya itu. “Kau masih tidak ingin turun?” tanya Levi yang sudah berada di luar mobil dan membukakan pintu bagian penumpang dimana Leandra masih duduk dengan seatbelt yang masih terpasang di tubuhnya. “Hhmm... Bisa kau antar aku pulang? Tiiba-tiba saja aku...” “Tidak ada alasan lagi Lea. Dan sekarang kau turun, karena mulai hari ini juga kau sudah mulai bekerja,” balas Levi sambil melepas seatbelt yang masih di kenakan Leandra dan ia pun langsung menarik tangan wanita itu agar Leandra ingin keluar dari mobil. Akhirnya dengan terpaksa Leandra pun menuruti Levi juga. Dan dengan seketika, perasaan gugup pun langsung menyerang Leandra ketika ia melihat gedung kantor Levi yang benar-benar besar dan tinggi menjulang ke atas. Masalahnya, perusahaan yang ia masuki kali ini bukan hanya perusahaan biasa, namun perusahaan yang menjujung tinggi kedisiplinan, kerapihan dan keprofesionalan. Semua itu terlihat ketika Levi dan Leandra yang baru saja memasuki lobby kantor itu, dan beberapa karyawan yang berada tidak jauh dari Levi langsung menundukkan kepalanya dan menyapa orang nomor satu di perusahaan itu. “Kita ke bagian personalia dulu untuk membuat ID card milikmu, karena semua akses di kantor ini hanya bisa di gunakan jika kita memiliki ID card. Lalu, nanti mereka akan mendata dirimu dan sedikit mewawancaraimu, setelah itu mereka akan membuatkan surat kontrak untuk kau tanda tangani. Dan, setelah itu kau sudah resmi menjadi karyawan di perusahaan ini,” jelas Levi sambil menekan tombol elevator. “Memangnya, aku ingin di pekerjakan di bagian apa?” tanya Leandra sambil melangkah kakinya memasuki elevator yang pintunya baru saja terbuka. “Rahasia,” balas Levi dengan singkat. Setelah tiba di bagian personalia, Leandra pun langsung melakukan tahapan-tahapan yang seperti di katakan Levi tadi. Membutuhkan waktu hampir 2 jam hingga Leandra selesai menandatangani surat kontrak itu dan mendapatkan ID card-nya. “Apakah sudah selesai dengan semua urusannya?” tanya Levi sambil melangkahkan kakinya menghampiri Leandra. Karena pada saat di wawancarai tadi, Levi sempat meninggalkan Leandra karena ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan. “Sudah,” “Karena kau sudah bekerja disini, jadi aku meminta agar kau segera keluar dari pekerjaanmu di club itu,” “Kenapa? Walaupun sudah bekerja disini, aku masih tetap membutuhkan uang tambahan,” “Gaji yang kau terima disini sudah 5 kali gaji yang kau terima di club itu. Jadi untuk apa lagi kau bekerja disana,” “5 kali?” tanya Leandra dengan terkejut dan sedikit tidak percaya. “Kau lebih memilih bekerja disini atau di club itu?” “Disini,” “Jadi, kau ingin menuruti ucapanku.” “Iya, aku akan berhenti bekerja di club itu. Puas?” “Sangat puas. Ayo, aku akan menunjukkan letak meja kerjamu,” “Tunggu dulu,” “Ada apa lagi?” “Bisa kau jelaskan hal ini? Personal Assistant of CEO,”ujar Leandra sambil membaca jabatannya yang berada di ID card-nya itu. “ Apakah ini pekerjaan yang didapatkan seseorang yang memiliki pendidikan rendah sepertiku? Huh.... Aku yakin jika ini adalah perintah darimu,” sambungnya dengan sedikit kesal. “Oh ayolah, banyak orang yang ingin memiliki jabatan seperti yang kau miliki saat ini. Namun, aku hanya menginginkan kau seorang saja, yang menjadi asisten pribadiku,” “Apa yang harus aku lakukan Levi? Aku tidak mengerti dengan pekerjaan yang harus aku kerjakan nantinya. Pengalaman kerjaku hanya sebagai kasir dan pelayan,” “Tenang saja Lea. Aku sudah memiliki 2 sekretaris yang membantu pekerjaanku,” “Lalu nanti aku bekerja apa?” “Pekerjaanmu itu hanyalah.... sedikit membantuku saat aku sedang membutuhkan sesuatu,” “Seperti apa?” “Sesuatu yang terasa menyenangkan,” bisik Levi tepat di telinga Leandra.  ***  Happy Reading . . . 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN