Bagian 3

5627 Kata
Tidak terasa sudah 2 bulan Leandra bekerja sebagai asisten pribadi Levi. Dan sudah 2 bulan ini juga pekerjaan wanita itu hanyalah membuatkan kopi pada saat Levi sedang suntuk dengan pekerjaannya, membelikan makanan untuk bosnya itu dan masih banyak lagi pekerjaannya yang tidak berhubungan dengan perusahaan atau kantor namun sebagian besar pekerjaannya itu hanyalah melayani keinginan pribadi bosnya itu. "Kopi yang anda minta, Sir," ujar Leandra sambil menaruh cangkir berisi kopi di hadapan Levi. "Sudah berapa kali ku katakan jika kita hanya sedang berdua saja, kau tidak perlu se-formal seperti itu kepadaku?” "Tetapi ini masih di lingkungan kantor, Sir. Dan anda adalah bos saya, jadi tidak mungkin saya bertindak dengan seenaknya seperti itu,” “Okay. Aku juga senang jika kau memanggilku dengan sebutan itu. Sound like naughty,” ujar Levi sambil mengedipkan sebelah matanya.  “Hhmm.... Apa ada yang bisa saya bantu lagi, Sir?” “Setelah makanan siang nanti, saya ada meeting di luar kantor bukan?” “Iya, Sir,” “Kemungkinan besar meeting nanti siang selesainya bisa sampai sore. Dan setelah selesai meeting nanti, saya akan menjemputmu di kantor. Kita akan makan malam bersama, okay?”  “Hhmm.... Sepertinya saya....” “Iya atau iya?” “Apa hanya saya dan anda saja, Sir?” “Ya, just two of us,” “Apa ini menyangkut pekerjaan?” “Saya tidak suka membawa-bawa pekerjaan ketika saya sudah keluar dari kantor. Jadi, apa jawabannya?” Setelah beberapa saat menimang-nimang, akhirnya Leandra pun menganggukan kepalanya. “Jam 6 kau sudah harus berada di lobby,” “Baiklah. Lalu, apa ada yang bisa saya bantu lagi?” “Saya sedang ingin bekerja dengan serius, jadi jika ada yang ingin bertemu dengan saya, katakan jika saya sedang sibuk dan tidak bisa di ganggu,”  “Baiklah. Apa ada lagi?” “Kau bisa kembali ke mejamu,” “Kalau begitu saya permisi dulu,”  Leandra pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Levi. Meja kerjanya berada di depan ruangan Levi, bergabung bersama kedua sekretaris Levi disana. Dan ketika Leandra sudah berada di mejanya, dia langsung melihat setumpuk kertas dan sebuah note yang diberikan Hanna salah satu sekretaris Levi, untuk membantu pekerjaannya meng-input data. Memang Leandra sendiri yang meminta kepada kedua sekretaris Levi tersebut agar bisa membagi sedikit pekerjaan mereka yang tidak sempat untuk di tangani. Karena kalau tidak begitu, kerjaan Leandra hanyalah melamun dan melamun sampai bosnya itu kembali menyuruhnya.  Setelah itu, dengan senang hati Leandra mengerjakan hal itu. Namun, baru saja Leandra memulai pekerjaannya tiba-tiba saja datanglah seorang wanita dengan pakaian yang terlihat cukup sexy menghampiri Leandra dan bertanya kepadanya. “Apa Levi ada di dalam?” Leandra pun merasa bingung karena ia baru pertama kali melihat wanita itu, dan kebetulan juga kedua sekretaris Levi pun sedang tidak ada di tempat. Jadi Leandra sangat bingung harus menghadapinya seperti apa. “Hhmm... Maaf anda siapa? Ada keperluan apa anda ingin bertemu dengan Sir  Levi? Dan, apakah anda sudah membuat janji?” tanya Leandra sambil berdiri dari kursinya.  “Kau karyawan baru disini ya?” “I...iya, Miss,” balas Leandra dengan gugup karena ia merasakan aura ketidaksukaan yang di pancarkan wanita itu. “Pantas saja. Sudah, sekarang buka pintu ruangan Levi,” perintahnya. “Maaf, Miss. Tetapi, Sir Levi tadi berpesan agar ia tidak di ganggu dulu karena beliau sedang ingin bekerja. Jadi, jika anda ingin meninggalkan pesan saya bisa menyampaikannya nanti,” “Kau tidak mendengarkan ucapanku tadi? Buka pintu ruangan Levi sekarang juga, atau aku akan adukan kepada tunanganku agar kau bisa segera dipecat. Kau ingin dipecat?” “Ti...tidak, Miss,” “Kalau begitu cepat bukakan pintunya!!!” seru wanita itu hingga membuat Leandra terkejut.  Leandra pun segera bergegas menuju pintu ruangan Levi, setelah mengakses dengan ID card-nya, pintu itu pun terbuka. “Maaf Sir, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda?” ujar Leandra dari depan pintu. “Bukankah sudah ku katakan ka...”  “Hey, babe. I miss you so much,” ujar Halsey yang langsung masuk ke ruangan Levi. “Lea,” panggil Levi menahan Leandra karena wanita itu sudah ingin keluar dari ruangan Levi. “Ada yang bisa saya bantu lagi, Sir?” “Hubungi security, dan usir wanita itu dari sini,” “Babe, kau jahat denganku. Aku baru saja datang dan kau sudah mengusirku,” “Kau ingin pergi sendiri atau dengan paksaan?” “Aku tidak akan pergi kemana-mana,” “Well, Lea tunggu apa lagi? Hubungi security dan suruh mereka secepatnya datang kesini,” Dan ketika Leandra hendak keluar dari ruangan Levi, Halsey lebih dulu mengalah dan memutuskan untuk keluar dari ruangan Levi. Setelah Halsey pergi, Leandra pun langsung menutup pintu ruangan Levi dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat terganggu tadi. Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat, Leandra melihat jam tangannya yang sudah hampir menunjukkan pukul 6 sore. Dan Leandra pun langsung teringat dengan janji makan malamnya dengan Levi. Dengan terburu-buru Leandra langsung mematikan komputernya dan merapikan tas miliknya. Seharusnya Leandra sudah berada di lobby, ia merasa tidak enak jika bosnya duluan yang datang dan justru malah menunggunya. Setelah keluar dari elevator, Leandra pun melangkahkan kakinya menuju keluar gedung itu. Dan akhirnya Leandra bisa bernafas dengan lega setelah melihat mobil Levi yang ternyata masih belum ada disana. Sambil menunggu, Leandra mendudukan dirinya di kursi yang di sediakan di dekat pintu keluar. Lebih baik dia yang menunggu di bandingkan jika bosnya itu yang harus menunggunya. 10 menit, 20 menit, hingga sudah 1 jam tidak terasa Leandra menunggu disana. Sebagian besar karyawan lainnya sudah pulang hingga gedung kantor itu terasa sepi. Leandra merasa tidak enak jika ia harus menelepon Levi, karena ia tidak ingin menggangu Levi yang mungkin saja masih meeting karena sampai sekarang ia masih belum juga di jemput. Dengan sabar, Leandra pun memutuskan untuk sedikit lebih lamaagi menunggu Levi. Karena bisa saja pria itu terjebak macet atau memang meeting-nya yang belum selesai. Leandra melihat jam tangannya yang kini sudah menunjukkan pukul 9 malam. Sudah beberapa security yang bertanya dan menyuruh Leandra agar segera pulang karena hari sudah semakin malam. Dengan menelan rasa kekecewaan, akhirnya Leandra pun memutuskan untuk pulang sendiri menggunakan bus. Padahal pria itu sendirilah yang mengingatkan Leandra sampai dua kali pada saat jam makan siang tadi agar wanita itu tidak terlambat menunggunya di lobby. Dan ternyata yang Leandra dapat, justru pria itulah yang lupa dengan janjinya. Sedangkan jauh disana, setelah Levi melakukan meeting dengan client-nya, ia ingin segera kembali ke apartement-nya. Kali ini pikirannya sedang kacau karena ia tidak bisa memenangkan tender itu. Namun, tiba-tiba saja Halsey datang ke restaurant dimana Levi mengadakan meeting dan memintanya untuk menemani wanita itu pergi ke club. Ia bisa saja menolak ajakan wanita itu, tetapi pergi ke club saat pikiran sedang kacau sepertinya tidaklah buruk. Dengan sedikit keterpaksaan, akhirnya Levi pun memutuskan untuk menyetujuinya. Dan Levi pun sudah lupa dengan janjinya untuk menjemput Leandra di kantor dan mengajaknya untuk makan malam bersama. Dan setibanya di sebuah club, Levi pun lamgsung memesan minuman. Pria itu harus meminum banyak minuman sampai pikirannya itu bisa kembali tenang. Dan disaat Levi sudah sedikit mulai tidak fokus, Halsey menukar minuman Levi dengan minuman lain yang kadar alkoholnya lebih tinggi. Dengan tidak sadar Levi meminum minuman itu hingga membuat pria itu sampai hangover dan tidak mengetahui apa-apa lagi. Setelah melihat Levi yang sudah sadarkan diri itu pun, Halsey langsung menyuruh beberapa bodyguard di club itu untuk mengangkat tubuh Levi dan membawanya ke mobilnya. Wanita itu ingin memanfaatkan ketidaksadaran Levi itu untuk memuaskan tubuhnya sendiri. Pagi harinya, Levi pun terbangun dengan rasa pusing yang menyerang kepalanya. Sekuat tenaga ia berusaha untuk bangkit dari tidurnya. Levi pun memperhatikan sekeliling kamar itu, pria itu sadar jika kamar itu bukanlah kamar di apartement. Rasa dingin dari pendingin ruangan langsung menyerang tubuh Levi ketika selimut yang menutupi tubuhnya itu pun tersingkap. Ketika Levi menyadari jika ia tidak memakai sehelai benang pun, ia langsung melihat ke sebelahnya yang ternyata ada Halsey yang masih tertidur dengan kondisi yang sama sepertinya yang tidak mengenakan sehelai benang pun untuk menutupi tubuhnya. “Sial!!!” umpat Levi.  Dengan secepat kilat Levi pun langsung memunguti pakaiannya dan langsung memakainya. Ia tidak peduli dengan rasa pusing yang masih menyerang kepalanya dan dia juga tidak peduli jika dia belum mandi. Yang ia pedulikan hanyalah agar ia bisa cepat keluar dari kamar itu dan segera meninggalkan wanita licik itu. Setelah Levi mengenakan pakaiannya dan menemukan kunci mobilnya, pria itu segera keluar dari kamar yang ternyata kamar hotel. Di perjalanan menuju kantornya, Levi sempat berpikir mengapa ia bisa tertarik dengan ajakan wanita licik itu. Dan saat di tengah perjalanan, Levi baru teringat jika seharusnya kemarin malam ia menjemput Leandra dan mengajaknya untuk makan malam. Lalu Levi pun langsung menambah kecepatan laju mobilnya agar ia bisa cepat sampai di kantor. Ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mendekati Leandra karena ia baru saja memulai permainan itu. *** Seperti biasa ketika pagi hari Leandra selalu membuatkan kopi untuk Levi. Karena pria itu sendiri yang mengatakan kalau di pagi hari, Leandra harus selalu membuatkannya secangkir kopi. Namun ketika pagi ini Leandra ingin memberikan kopi yang sudah ia buat tadi, ternyata pria itu tidak ada di ruangannya yang menandakan jika Levi belum datang dan ruang kerjanya pun juga masih rapi. Setelah menaruh cangkir berisi kopi itu di meja Levi, Leandra hendak kembali ke meja kerjanya karena Zoe sekretaris Levi yang kedua sedang membutuhkan pertolongannya. Namun ketika Leandra ingin membuka pintu ruangan Levi, pintu itu sudah lebih dulu terbuka dan munculah Levi disana. Leandra pun bisa melihat penampilan Levi yang berantakan, dan kemeja yang pria itu kenakan masih sama seperti kemeja yang di kenakannya kemarin. “Hai, selamat pagi,” sapa Levi. “Pagi, Sir. Kopinya sudah ada di atas meja, kalau begitu saya permisi dulu,” balas Leandra dengan senyuman dan ia pun hendak pergi. Namun Levi terlebih dulu menahan tangan Leandra. “Tunggu dulu. Aku minta maaf, aku lupa dengan janjiku kemarin,” Dan dengan seketika Leandra pun langsung merasa sedih ketika ia mengingat lagi mengenai hal itu. Pasalnya Levi sudah mengingkari janjinya itu dengan alasan lupa, dan Leandra pun merasa kecewa dengan pria itu. Jadi, waktu yang kemarin ia gunakan untuk menunggu pria itu selama berjam-jam sudah terbuang dengan sia-sia. “Anda tidak perlu meminta maaf, Sir. Saya tahu anda sibuk, saya bisa mengerti,” “Apa kemarin kau menungguku?” Leandra pun menganggukan kepalanya. “Berapa lama?” “Tidak lama, hanya 3 jam. Apa ada lagi yang bisa saya bantu, Sir? Kalau tidak, saya harus segera melanjutkan pekerjaan saya,” “Kenapa kau tidak meneleponku?” “Saya tidak ingin menggangu anda. Hhmm.... Kalau begitu saya permisi dulu,” Setelah Leandra pergi, Levi benar-benar merutuki kebodohannya. Ia sudah mendapat kepercayaan Leandra dan kini ia sudah menyia-nyiakannya. Semua itu karena Halsey, jika saja kemarin ia tidak mengikuti wanita itu, ia pasti tidak akan kehilangan kesempatan untuk memiliki Leandra. Waktu jam makan siang pun tiba. Leandra baru saja ingin mengerjakan pekerjaan terakhirnya sebelum ia pergi ke cafetaria untuk membeli makan siang. Namun, baru saja ia ingin mengirim e-mail, tiba-tiba saja telepon di meja kerjanya pun berbunyi dan ternyata Levi memanggil Leandra untuk segera ke ruangannya. Dengan sedikit malas Leandra pun melangkahkan kakinya menuju ruangan Levi. Masalahnya ia masih tidak ingin bertemu dengan pria itu setelah apa yang di lakukannya kemarin. “Ada yang bisa saya bantu, Sir?” tanya Leandra ketika ia sudah berada di hadapan Levi. “Apa kau bisa pasangkan dasi untukku?” balas Levi sambil mengangkat dasi yang berada di tangannya. “Biasanya anda memasang dasi anda sendiri, Sir,” “Tetapi kali ini aku sedang ingin di pasangan seseorang. Sekarang cepat pasangkan dasiku. Kau ini asisten pribadiku bukan?” “Baiklah,” balas Leandra dengan terpaksa. Leandra pun berjalan menghampiri Levi dan mengambil dasi yang ada di tangan pria itu. Namun, baru saja Leandra menarik dasi itu, Levi pun juga ikut menarik dasi itu. Karena tenaga Levi yang lebih besar di bandingkan Leandra, alhasil Leandra pun ikut tertarik hingga ia menindih tubuh Levi dan berakhir dengan ia terjatuh di atas pangkuan Levi hingga wajah kedua insan itu saling berhadapan. “Maafkan aku,” ujar Levi. Sedangkan Leandra yang tersadar jika ia berada di atas pangkuan Levi pun hendak berdiri, namun pria itu malah menahan pinggang Leandra hingga wanita itu pun tidak bisa bergerak.  “Lepaskan saya, Sir,” balas Leandra sambil berusaha untuk melepaskan tangan Levi yang menahannya pinggangnya itu. “Tidak, karena aku ingin berbicara denganmu,” “Te....tetapi tidak seperti ini,” ujar Leandra gugup karena ia merasa tidak nyaman dengan posisinya saat ini. “Diam atau aku akan menciummu?” ancam Levi. “Anda ingin berbicara apa?” balas Leandra dengan kesal. “Maafkan aku,” “Bukankah saya sudah mengatakan kalau tidak ada yang perlu dimaafkan?” “Maaf karena sudah membuatmu menungguku selama 3 jam. Seharusnya aku tidak melupakan janji itu, padahal aku sendiri yang kemarin sudah terus mengingatkanmu. Tetapi justru aku yang lupa sendiri,”. “Lea, bagaimana kalau malam ini saja kita makan malam bersamanya?” “Tidak perlu. Saya mengerti jika anda ini orang yang sibuk. Jadi, menurut saya makan malam seperti itu bisa dilakukan kapan-kapan saja,” “Tetapi aku inginnya kalau malam ini aku bisa membayar hutangku kepadamu. Kau tidak perlu takut jika nanti aku mengingkarinya lagi, karena hari ini aku tidak ada meeting di luar kantor. Jadi, setelah jam pulang nanti, kita bisa langsung berangkat. Bagaimana?” “Sepertinya lain waktu saja jika anda benar-benar memiliki waktu kosong. Sa....” Belum selesai Leandra menyelesaikan ucapannya, Levi sudah terlebih dulu mencium bibir Leandra hingga membuat wanita itu bungkam. “Kau setuju dengan makan malam nanti?” tanya Levi setelah ia melepaskan ciuman itu. Seperti dihipnotis, Leandra pun langsung menganggukan kepalanya dengan lemah. Sedangkan Levi yang melihat Leandra hanya tersenyum. Setelah pinggangnya sudah dilepaskan oleh Levi, Leandra pun segera undur diri dan bergegas ke meja kerjanya kembali. Saat Leandra sudah duduk di kursinya, ia langsung memegangi dadanya yang sejak ia duduk di pangkuan Levi tadi jantungnya langsung berdetak dengan kencang. Leandra menghirup dan menghembuskan nafasnya dengan perlahan agar ia bisa menenangkan dirinya, terutama jantungnya yang selalu saja berpacu jika tubuhnya bersentuhan dengan tubuh Levi. “Lea,” panggil Zoe dari kejauhan sambil menghampiri Leandra. “Ya,” “Apa surat yang tadi ku berikan kepadamu sudah kau kirimkan kepada client?” “Hhmm... Ini baru saja ingin aku kirim,” “Kenapa baru sekarang? Bukankah aku menyuruhmu sudah sejak tadi?” “Maaf, tetapi tadi aku mengantarkan kopi pesanan Sir Levi dulu. Tetapi, sekarang aku akan langsung mengirimnya,”  “Baiklah. Terima kasih ya,” Setelah itu Leandra pun segera mengerjakan pekerjaannya dan mencoba untuk mengabaikan rasa yang baru saja ia alami itu. Tetapi rasa apakah yang dirasakan oleh Leandra tadi? Apa ia sudah mulai jatuh cinta dengan pria ‘Alpha' itu? No one know.  Dan hari pun sudah beranjak sore, tidak terasa jam pulang kantor pun tiba. Dan ketika baru saja Leandra mematikan komputernya, pria itu pun sudah berdiri di depan meja Leandra dan menyuruh wanita itu agar bisa merapikan barang-barangnya dengan cepat. “Kita ingin makan malam dimana?” tanya Leandra setelah ia selesai menutup tasnya dan berjalan menyusul Levi yang sudah lebih dahulu berjalan menuju elevator. “Rahasia,” Tidak heran lagi bagi Leandra jika pria itu selalu main rahasia-rahasiaan dengannya. Dan setelah mereka sampai di lobby kantor, Leandra bisa melihat jika ada sebuah mobil yang sangat mewah sedang terparkir tepat di depan pintu masuk kantor itu. Sebenarnya Leandra tidak mengira jika ia akan menaiki mobil itu, namun ketika Levi telah menggenggam tangannya dan menariknya menuju mobil itu dimana supir mobil itu sudah membukakan pintu mobil di bagian belakang, wanita itu pun langsung terkejut dan memberikan tatapan wajah bertanya-tanya kepada Levi. “Karena kemarin aku sudah mengecewakanmu, maka dari itu aku ingin menebusnya dengan membuat semuanya menjadi sempurna,” “Tetapi ini semua jadi mengundang tatapan mata dari karyawan-karyawan yang lainnya,” “Abaikan saja. Dan sekarang, kau naik ke mobil atau perlu aku menggendongmu?” Sebelum Levi bertindak dengan semakin seenaknya sendiri, dengan cepat Leandra pun langsung masuk ke dalam mobil itu. Tidak lama setelah Levi masuk ke dalam mobil juga, mobil itu pun langsung melaju. Hanya obrolan-obrolan ringan yang mengisi perjalanan mereka menuju ke suatu tempat yang sudah Levi siapakan sebelumnya. Hingga mobil yang mereka naiki itu pun berhenti di sebuah taman. “Kita sudah sampai. Ayo turun,” ujar Levi setelah pintu di sebelahnya itu pun terbuka. Setelah Levi turun dari mobil, Leandra pun mengikuti dari belakang. Hingga pada saat Leandra turun dari mobil, flat shoes yang ia kenakan itu langsung menginjak sebuah tumpukan kelopak bunga yang membuat pijakan kakinya itu terasa empuk. Namun tumpukan kelompak bunga itu tidak hanya ada di kakinya, namun menyebar di taman itu dan mengelilingi sebuah meja persegi yang ada di tengah-tengah taman itu. “Kau suka?” tanya Levi. “Tetapi sayang bunganya jika diinjak-injak seperti ini,” “Bunganya saja tidak menangis ketika kau injak seperti itu. Jadi tidak ada yang perlu di sayangkan,” Leandra pun langsung memukul lengan Levi dengan pelan setelah mendengar gurauan yang Levi berikan. “Tetapi kau suka bukan?” Leandra menganggukan kepalanya sambil tersenyum. “Ya sudah, ayo ke meja yang ada disana,” ajak Levi sambil mengulurkan lengannya agar Leandra ingin merangkulnya. Dengan tersipu malu, Leandra pun merangkul lengan Levi lalu mereka pun melangkahkan kakinya menuju ke meja itu. “Mengapa taman ini sepi sekali?” tanya Leandra saat mereka masih berjalan. “Aku butuh privasi denganmu. Dan, lagi pula ini sudah malam. Tidak ada yang ingin ke taman malam-malam seperti ini,” Setelah sampai di meja itu, Levi menarikan kursi untuk Leandra dan mempersilahkan wanita itu untuk duduk. Setelah Leandra sudah duduk, Levi pun mendudukan dirinya di kursi di depan Leandra. “Dimana makanannya?” tanya Leandra yang merasa bingung karena meja di hadapannya itu hanya ada gelas kosong dan beberapa sendok dan garpu. “Makanannya akan datang setelah aku selesai berbicara denganmu nanti,” “Bicara apa?” “Hhmm... Aku ingin bertanya, bagaimana hubunganmu dengan Daniel? Apa dia benar-benar memang sudah mengakhiri hubungannya denganmu atau bagaimana?” “Kenapa kau jadi menanyakan hal itu?” “Karena hal yang selanjutnya ingin aku bicarakan denganmu, ada kaitannya dengan hal itu,” “Ya, seperti yang kau ketahui. Hubunganku dengannya benar-benar sudah berakhir. Saat aku berusaha untuk menghubunginya dan meminta penjelasannya darinya, dia tidak pernah mengangkatnya,” “Sampai saat ini kau masih berusaha untuk menghubunginya?” “Itu dulu, saat aku masih belum menerima saat dia ingin mengakhiri hubungan itu. Tetapi setelah melihat sikapnya yang memang ingin menjauhiku, aku jadi sadar diri dan aku harus menerima keputusan itu. Setelah hampir 3 bulan kejadian itu berlalu, aku sudah rela dan sampai sekarang ini aku sudah tidak mengetahui lagi kabarnya,”  'That's good. Very very good,' batin Levi dengan senang.  “Lalu, sekarang aku ingin bertanya mengenai pertanyaanku 3 bulan yang lalu. Apa sekarang kau akan menerimanya?” “Pertanyaan? Memangnya kau bertanya apa?” tanta Leandra dengan bingung. “Sudah ku duga jika kau tidak mengingatnya,” “Maafkan aku Levi. Aku benar-benar tidak ingat jika kau pernah bertanya kepadaku. Lagi pula itu juga sudah 3 bulan yang lalu, jadi wajar saja jika aku tidak mengingatnya,” “Aku pernah bertanya kepadamu. Apakah kau juga menginginkanku Lea?”  Leandra pun benar-benar terkejut karena tiba-tiba saja Levi mengungkit hal itu lagi. Pasalnya, Leandra tidak menyangka jika Levi akan mengungkit dan membahas mengenai hal itu. “Lea, kenapa kau diam saja?” ujar Levi menyandarkan Leandra yang tiba-tiba saja melamun. “Hhmm.... Ak.. Mengapa kau membahas hal itu lagi Levi?” balas Leandra dengan bingung karena ia tidak tahu harus menjawab apa. “Bukankah aku sudah mengatakan kalau hal ini ada hubungannya dengan pembicaraan mengenai mantanmu itu? Mengapa aku tiba-tiba saja bertanya mengenai mantanmu itu, karena aku hanya ingin memastikan jika hubunganmu dengan pria itu benar-benar sudah berakhir,” “Aku masih tidak tahu Levi. Sepertinya, akan sulit nantinya jika kita menjalani suatu hubungan yang lebih dari ini,” “Bagaimana kau tahu jika kau saja belum mencobanya. Apa aku terlihat seperti bukan pria yang baik-baik?” “Bukan seperti itu Levi. Kau adalah pria terbaik yang pernah aku kenal, kau selalu menolongku disaat aku sedang mengalami kesulitan. Bagaimana bisa aku menyebutmu sebagai orang jahat kalau kau saja selalu menolongku,” “Lalu kenapa kau masih berpikiran jika aku ini bukanlah pria yang tepat untukmu?” “Hhmm... Bukankah kau sudah memiliki tunangan? Aku tidak ingin menjalin hubungan dengan pria yang sudah terikat dengan wanita lain,”  “Tunangan?” “Iya, wanita yang kemarin pagi datang ke kantormu namun kau malah mengusirnya,” “Tunangan? Dengan wanita seperti itu? Huh... Lebih baik aku mati dari pada aku harus bertunangan dengannya,” “Lalu, siapa sebenarnya wanita itu?” “Dia itu mantanku, lebih jelasnya lagi mantan tunangan yang tidak bisa move on dariku. Karena tidak bisa move on, maka dari itu dia masih saja terus mengejar-ngejarku dan menganggapku sebagai tunangannya. Padahal sudah jelas sekali jika hubunganku dengan dia sudah selesai,”  “Jadi kalian sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi?” “1000% aku akan menjamin jika aku sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi dengannya,”. “Jadi, bagaimana dengan jawabanmu?” sambung Levi sambil menggenggam kedua tangan Leandra. “Aku masih tidak tahu,” “Kau tahu. Sebenarnya kau sudah tahu jawabannya Lea, namun kau sendirilah yang berusaha untuk menolak isi hatimu dan bersikeras untuk mengacuhkannya,” “Maksudmu?” Levi melepaskan genggaman itu dan ia pun bangkit dari duduknya lalu pria itu langsung menghampiri Leandra. Levi pun menarik tangan Leandra agar wanita itu juga berdiri dari duduknya. Setelah itu Levi langsung menarik pinggang Leandra dan merapatkannya ke tubuhnya.  “Apa yang kau rasakan ketika aku melakukan hal ini? Katakan jika reaksi jantungmu yang saat ini detaknya sudah berpacu menjadi lebih cepat. Katakan Lea?” bisik Levi tepat di telinga Leandra. “Kau tidak bisa menjawabnya?” sambung Levi yang kini semakin intens dengan menciumi telinga dan leher Leandra. Sekuat mungkin Leandra menahan diri, namun wangi dan panas tubuh yang pria itu keluarkan terasa begitu memabukkan hingga langsung melumpuhkan seluruh indra miliknya. Feromon yang pria itu miliki sangat kuat hingga membuat Leandra tidak sadar jika bibirnya sudah di permainankan oleh pria itu. “Cuk....cukup Levi,” ujar Leandra dengan susah payah karena Levi masih tidak ingin melepaskan bibirnya dari bibir Leandra. “Jadi, apa kau sudah tahu jawabannya?” balas Levi setelah ia melepaskan ciuman itu. “Tanpa aku harus menjawabnya, kau pun sudah tahu jawabannya Levi,” “Tetapi aku sangat ingin mendengar hal itu keluar sendiri dari mulut manismu ini,” “Aku mencintaimu Levi,”  "That's what i want. I love you too babe,"  'You did it Levi. Well done,' batin Levi yang bersorak dengan kegirangan.  *** Leandra melangkah kakinya keluar dari salon setelah ia selesai di makeover. Dress yang baru saja kekasihnya itu belikan untuknya juga sudah Leandra pakai. Setelah ini, mereka akan pergi ke jamuan makan malam salah satu sahabat Levi. Karena Leandra sendiri sudah resmi menjadi kekasih pria itu, Levi pun meminta Leandra untuk mendampinginya datang ke acara itu. “Bagaimana, kau suka?” tanya Leandra kepada Levi yang sedang menunggu di ruang tunggu di salon itu. “Georgeous as hell. Kalau kita punya banyak waktu, pasti aku akan mengurungmu dulu, babe,"   “Ayolah, katanya kita sudah terlambat. Kalau kita benar sampai terlambat rasanya tidak enak dengan sahabatmu bukan?” “Baiklah, ayo kita pergi sekarang,” Setelah berada di mobil, Levi langsung melajukan mobilnya menuju kediaman sahabat Levi. Cukup lama mereka sampai karena mecaetnya jalanan, akhirnya Levi pun memberhentikan mobilnya di halaman rumah itu dimana mobil-mobil tamu yang lainnya sudah terparkir dengan rapi. Levi pun membukakan pintu mobil untuk Leandra setelah sebelumnya ia turun dari mobil. "Silahkan tuan putri," ujar Levi sambil mengulurkan tangannya untuk di genggam Leandra. "Sepertinya kita sudah benar-benar terlambat. Apa tidak apa-apa?" balas Lea sambil menggenggam tangan Levi lalu ia pun keluar dari mobil. "Tidak apa-apa sayang. Leo itu sahabatku, dia pasti akan mengerti jika kita terlambat," "Baiklah, ayo kita masuk,” Setelah berada di dalam rumah itu, dari kejauhan ada seseorang yang memanggil dan menyapa Levi. “Levi,” “What's up buddy?” sapa Levi sambil ber- high five dengan Leo. "What's up man," balas Leo yang memeluk Levi. "Tunggu, tunggu, tunggu. Sepertinya, ada sesuatu yang baru," sambungnya. "O iya, sayang perkenalkan ini Leo, tuan rumah plus manusia ter-playboy di muka bumi ini,” “Hey man, jika ingin berbicara seperti itu, seharusnya kau sadar diri dulu,” timpal Leo yang merasa tidak terima disebut sebagai seorang playboy. “Okay. Dan Leo, perkenalkan ini Lea cinta terakhirnya Levi," ucap pria itu dengan percaya diri. "Hai, Leo sahabat sehidup sematinya Levi," ujar Leo sambil mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan dirinya dan langsung di balas dengan uluran tangan juga oleh Leandra. "Ya sudah nikmatin saja dulu hidangan yang sudah di sediakan, acara malam ini hanya acara santai saja. Dan aku juga ingin menyapa tamu undangan yang lain dulu, okay,” Setelah itu Leo pun pergi meninggalkan mereka dan mulai berbaur dengan tamu undangan yang lainnya. "Kau ingin sesuatu untuk dimakan sayang?" tanya Levi kepada Lea. “Kau tidak menyapa teman-temanmu yang lainnya dulu? Aku bisa menunggu disini,” “Itu bisa nanti. Yang terpenting disini adalah aku tidak ingin kekasihku yang cantik ini merasa kelaparan. Kita makan dulu ya?” Setelah Leandra menganggukan kepalanya, Levi pun menggandeng tangan Leandra dan mengajaknya menuju ke sebuah meja besar yang penuh dengan bermacam-macam makanan. Namun, baru saja Levi ingin mengambil puding untuk Leandra, tiba-tiba saja pria itu mendengar sebuah suara teriakan yang memanggil namanya. "Babe, mengapa kau tidak bisa dihubungi akhir-akhir ini?" ujar wanita itu kepada Levi. "Ada apa lagi?" balas Levi dengan acuh. "Sejak kemarin aku sudah berkali-kali menghubungimu, darl. Dan mengapa kau meninggalkanku begitu saja pagi itu?" "Kau berbicara apa?" "Kau tahu? Rasanya aku ingin mengulang kejadian pagi itu lagi, darl," balas Halsey yang mulai menghampiri dan merangkul lengan Levi dengan manja. "Lepaskan b**ch!!!" balas Levi dengan kasar sambil menarik tangannya yang sudah berada di rangkulan wanita itu. "Levi mengapa kau kasar sekali? Dan owhh... siapa gadis kecil ini Levi? Sepertinya aku pernah melihatmu di kantor Levi. Kau ini selingkuhan atau budaknya Levi?" ujar Halsey sinis dengan pandangan mengejek kepada Leandra yang kini sudah menundukkan kepalanya setelah diberikan tatapan mematikan oleh Halsey. "Halsey jaga mulut kotormu itu!!! Dan apa yang kau lakukan disini?" "Apa kau lupa, jika disini aku juga salah satu rekan Leo?” "Rekan apa? Rekan ranjangmu? Sudahlah, jangan menggangguku dan kekasihku. Aku rasa rumah milik Leo masih memiliki tempat yang sangat luas untukmu," balas Levi dengan dingin dan langsung meninggalkan wanita itu dengan wajah geram. Setelah Levi menjauh dari Halsey dan tidak lupa juga membawa Leandra dengan menggenggamnya dan menarik wanita itu untuk menjauhi Halsey, Levi langsung melihat raut wajah Leandra yang sedih. Levi pun memutuskan untuk membawa Leandra ke tempat yang sepi dan tidak ada tamu lainnya. "Kau kenapa sayang?" "......" Leandra memilih untuk tidak menjawab dan malah menundukkan kepalanya sambil meremas jari-jari tangannya. Hatinya merasa sakit setelah mendengar ucapan Halsey yang telah mengatainya seorang b***k dan selingkuhan dari Levi. "Apa yang ingin kau tanyakan? Aku akan menjawabnya jika kau masih penasaran dengan wanita tadi,"  "......" Leandra pun menggelengkan kepalanya. "Baiklah apa yang kau inginkan sayang? Jangan membuatku bingung seperti ini," ujar Levi sambil membelai pipi Leandra. "Ak..aku ingin pulang saja," "Baiklah kalau itu mau-mu, ayo kita pulang sekarang," Levi menarik tangan Leandra menuju pintu untuk keluar dari rumah itu. Namun, baru saja mereka setengah jalan, tiba-tiba saja Leandra menarik tangan Levi dan berhenti berjalan. "Ada apa lagi?" "Kau tidak pamit dengan Leo dulu?" "Tidak perlu, dia sudah tahu jika aku sering tiba-tiba saja menghilang dalam suatu undangan makan malam seperti ini," "Ya sudah, ayo aku ingin pulang sekarang," "Baiklah tuan putri," Levi menggandeng tangan Leandra keluar dari rumah milik Leo. Tetapi ketika mereka sudah keluar dari pintu rumah Leo, ternyata hujan yang cukup deras beserta angin sudah mengguyur pelataran rumah itu. "Hujan. Apa sebaiknya kita tunggu disini dulu sampai hujannya reda?" tanya Leandra. "Tapi kau bisa kedinginan sayang, aku akan mengambil mobil sebentar," "Tidak perlu Levi, kita tunggu disini saja. Kau tadi memarkirkan mobilnya sedikit jauh dari sini bukan? Jika kau memaksa menerobos hujan, kau akan sakit nantinya" "Tidak sayang, aku akan mengambil mobilnya sebentar. Kau tunggu saja disini," balas Levi lalu ia langsung menerobos hujan hanya dengan jas yang ia kenakan tadi yang menjadi pelindung kepalanya. Setelah pria itu pun begitu tergesa-gesa memasuki mobil miliknya. Namun, betapa sialnya mobilnya itu tidak langsung menyala ketika aku Levi nyalakan. Pria itu terus berusaha menyalakan mobilnya sampai menyala, walaupun membutuhkan waktu yang lama akhirnya mobil itu ingin menyala. Setelah itu, Levi pun segera melajukan mobilnya menuju pelataran rumah Leo dimana Leandra sedang menunggu. "Sayang, maafkan aku telah membuatmu menunggu lama. Mobilnya sedikit bermasalah tadi," "Tidak apa-apa Levi. Bukankah tadi sudah ku katakan kepadamu untuk menunggu saja disini sebentar? Dan lihatlah sekarang, pakaianmu menjadi basah semua seperti ini. Kalau nanti kau sakit bagaimana?" "Kau akan kedingingan jika menunggu disini sayang. Ya sudah, ayo kita pulang sekarang, dan maafkan aku yang tidak membawa persediaan payung di mobil. Jadi, pakai jas ku ini untuk melindungi kepalamu saja okay?" "Lalu kau?” "Tidak usah pikirkan aku sayang, aku akan lebih khawatir jika dirimu yang akan jatuh sakit nantinya,” "Tidak, tidak, tidak. Kita pakai jasnya berdua saja bagaimana?" "Baiklah, ayo kita terjang hujan itu," Levi pun membentangkan jasnya itu dan menaruhnya di atas kepalanya dan kepala Lea, lalu mereka langsung berlari menerobos hujan untuk sampai ke mobil. "Kau kedinginan sayang?" tanya Levi kepada Leandra ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Leandra hanya menganggukan kepalanya saja sambil memeluk tubuhnya sendiri berusaha untuk menghangatkan dirinya sendiri. Levi yang sedang melajukan mobilnya itu pun langsung mematikan pendingin di mobil dan menggenggam tangan Leandra yang sudah sedingin es itu dengan sebelah tangannya yang tidak memegang kemudi. Levi melajukan mobil secepat mungkin, agar mereka bisa cepat sampai di apartement Levi dan Leandra bisa mandi air hangat agar wanita itu tidak demam nantinya. Rasanya terlalu jauh jika harus mengantarkan Leandra ke flat miliknya. Jadi, Levi memutuskan untuk membawa wanita itu ke apartement itu. Dan setelah Levi memarkirkan mobilnya, ia langsung melepaskan seatbelt yang ia kenakan dan yang Leandra kenakan. Pria itu melihat wajah Leandra yang sudah pucat dan bibirnya yang juga membiru. "Hey, tubuhmu begitu dingin sayang. Kita masuk ke apartement-ku ya?” Leandra hanya menganggukan kepalanya saja, dan Levi pun bisa mendengar gigi-gigi Leandra yang bergemeletuk karena kedinginan. Levi menggendong Leandra agar mereka bisa cepat sampai di kamar aprtement miliknya, saat ini Levi benar-benar cemas dengan keadaan Leandra. Setelah sampai di kamarnya, ia membawa Leandra langsung ke kamar mandi agar tubuh wanita itu bisa terkena air hangat. “Sekarang, kau mandi air hangat ya. Biarkan tubuhmu ini di bawah shower sampai kau tidak merasa kedinginan lagi,” ujar Levi sambil menurunkan Leandra dan menyalakan shower tidak lupa mengatur panas air yang mengguyur tubuh Leandra. “Aku tinggal dulu ya?” sambung Levi yang dibalas anggukan oleh Leandra. Levi meninggalkan Leandra agar wanita itu bisa sekalian membersihkan dirinya sendiri. Pria itu membuka kemeja yang sudah basah itu beserta celana juga, menyisakan celana pendek yang hanya melekat di tubuhnya itu. Ketika pria itu sedang memandang lampu-lampu kota yang berkelap-kelip di balkon apartement-nya itu. Cukup lama Levi berada disana, hingga tiba-tiba saja tubuhnya itu dipeluk dari belakang dan pria itu bisa merasakan usapan lembut di perutnya. "Kau sudah selesai mandi?" tanya Levi sambil membalikkan tubuhnya dan memeluk pinggang Leandra. "Kau bisa melihatnya sendiri," balasnya sambil menciumi otot-otot bisep tangan Levi. "Apa yang kau lakukan sayang?" “Aku hanya ingin berterima kasih, karena kau sudah menolongku. Aku bisa melihat wajah kekhawatiranmu saat aku sedang kedinginan tadi,” “Tidak perlu berterima kasih. Aku ini kekasihmu, sudah sewajarnya aku menolongmu dan juga mengkhawatirkanmu,” “Levi. Apa kau benar-benar mencintaiku?” “Mengapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?” “Jawab saja,” “Tidak,” “Kau tidak mencintaiku?” tanya Leandra yang mulai merasa sedih. “Tidak akan aku membiarkanmu pergi dariku, tidak akan aku melepaskanmu. Karena kau sudah menjadi milikku,” “Kalau aku memintamu untuk membuatku menjadi milikmu seutuhnya, apakah kau menginginkannya?” “Kau memang sudah menjadi milikku bukan?” “Dalam artian lain Levi,” Levi yang mengerti kemana arah pembicaraan mereka pun langsung membelalakkan matanya. Ia tidak percaya jika Leandra sendiri yang meminta hal itu tanpa susah payah Levi harus memikirkan seribu cara agar Leandra bisa bertekuk lutut seperti ini kepadanya. "Apakah kau serius?" "Apa sekarang aku terlihat seperti sedang bergurau?" "Jika kau sudah memulainya, kau tidak bisa mundur lagi sayang," "Maka dari itu kita lakukan sekarang, sebelum aku akan berpikir ulang untuk mundur," Tanpa berfikir panjang lagi, Levi pun langsung mengangkat Leandra ke gendongannya lalu mencium bibirnya dengan dalam. Leandra menaruh kedua tangannya di leher Levi lalu sedikit menarik rambutnya dengan perlahan. Pria itu melangkahkan kakinya menuju ranjang tanpa melepaskan ciuman itu. Dan setelah ia sudah sampai di ujung ranjang, Levi menaruh Lea di atas ranjang dengan sedikit membanting tubuhnya dan pria itu pun langsung menindihnya. "Kau siap sayang?" tanya Levi yang berbisik tepat di telinga Leandra sambil menciuminya. "Mulailah Levi. Please, slow down because you will get surprise," balasnya dengan suara serak. “Is it your first time?" Leandra menganggukkan kepalanya sambil tersenyum malu. “No wonder,” balas Levi yang tersenyum dan ia langsung mencium Leandra lagi. Dan malam penuh kesenangan dan cinta itu pun terjadi. Leandra berpikir jika ia memberikan dirinya kepada pria itu, ia bisa membuat Levi benar-benar jatuh cinta kepadanya.  Ia tidak ingin disebut sebagai wanita ini, wanita itu seperti yang di katakan Halsey yang membuat hatinya menjadi sakit. Walaupun baru satu hari mereka telah resmi menjadi sepasang kekasih, Leandra hanya ingin membuktikan jika ia benar-benar mencintai pria itu dan ia berharap Levi memiliki perasaan yang sama dengannya juga.  ***  Happy Reading . . .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN