Possible Trace (2)

1319 Kata
“Hei, hei,” seru Danish. “Kita mau kemana?” Jill menggonggong dengan keras lagi, lalu berputar- putar tak jauh dari jalanan aspal itu. “Jangan bilang kau… ah, sudah kuduga.” Danish menepuk jidatnya. Jill membawanya ke minimarket tempat Rick bekerja. “Guk! Guk!” “Ya, kau benar,” sekali lagi Danish berlutut. “Tapi kau memang temanku yang pandai, Jill. Kau bisa mengenali sisa baunya setelah beberapa hari kecelakaan itu berlalu. Dan setelah beberapa hari pula Rick tidak masuk kerja.” Jill duduk sambil membusungkan d**a, sekali lagi ekornya ia kibas- kibaskan. “Hmm, aku jadi berpikir, apakah bosnya Rick bertanya- tanya soal dimana Rick berada? Ia masih pekerja baru di sini, apa mereka mengingat Rick?” tanya Danish pada anjingnya itu. Jill menyimak dengan penuh perhatian, seakan ia paham betul dengan situasi yang dihadapi Rick. “Hah, sepertinya Rick sudah dipecat karena lalai. Bagaimana menurutmu?” “Guk!” Danish berdiri lagi. “Nah, ayo, kita kembali ke—ada apa Jill?” Jill masih menggoyang- goyangkan ekor dan masih sama antusiasnya dengan tadi, tapi ia tak lagi berlari kencang. “Ada apa, buddy? Kau mencium bau Rick di suatu tempat lagi?” Jill tidak membalas dengan gonggongannya yang biasa, melainkan terus berjalan cepat maju ke depan. Danish yang penasaran tidak berkata apa- apa lagi. Ia mengikuti saja kemauan Jill –menelusuri jalan tempat Rick ditabrak tadi, lalu belok ke kanan melewati sebuah blok. Namun tiba- tiba Jill menghentakkan tali lehernya yang dipegang Danish, membuat pemuda itu kaget dan pegangannya terlepas. “Hey, Jill!” Jill berlari dengan kencang, lalu tiba- tiba menghilang di tikungan lain. “Sial,” gerutu Danish lagi. Ia bergegas mengejar Jill dan menebak- nebak kira- kira kemanakah golden retriever­-nya itu pergi. Dengan napas tersengal, Danish mendapati jalanan di hadapannya lengang. Ia melihat ke sana kemari, namun tak kunjung melihat Jill. “Stop it!” “Guk guk!” Danish menangkap teriakan seorang wanita dan gonggonan anjingnya, dan segera ke sumber suara. Ia berlari ke kanan sekali lagi sembari terus celingukan, dan di sebuah gang di sisi kirinya, Danish mendapati Jill tampak setengah berdiri sembari menggigit jaket yang dikenakan seorang wanita berusia empat puluh tahunan. “Lepaskan!” teriak wanita itu pada Jill yang terus saja menggonggong. “Buddy, buddy!” Danish ikut berteriak seraya menyusul anjingnya. Telinga Jill tiba- tiba tegak, dan ia pun langsung menoleh ke arah pemiliknya. “Guk!” “Apa yang sedang kaulakukan Jill?” tanya Danish pada anjingnya dengannada penuh tekanan. Anjing itu pun duduk lesu seraya menyembunyikan ekor. Kepalanya tertunduk lesu. Ia tahu kalau ia sedang dimarahi. Namun Danish segera menepuk- nepuk badan Jill, lalu mengelus kepalanya sesaat sebelum ia meminta maaf pada wanita tadi. “Saya minta maaf atau kelakuan anjing saya yang—“ Tiba- tiba perkataan Danish terputus. Ia mengenali wanita itu. Ia juga mengenali jaket yang dipakai si wanita yang kini tampak was- was dan curiga pada Danish. Namun Danish tahu benar bahwa matanya tidak salah. “Mrs. Baker…?” *** Wanita itu bisa saja melepaskan diri dari Danish bila Danish tidak dengan segera menghadangnya, begitu wantia 40 tahunan itu tampak hendak berbalik meninggalkannya. “Tunggu!” tegas Danish yang berhasil menyusul dan mencegat wanita itu. “Anda Mrs. Baker, bukan? Anda ibu dari Rick Baker?” Wanita itu tampak begitu pendek di hadapan Rick yang tinggi. “Rick mana? Dan apa urusanmu sebenarnya?” tanyanya sengit. Danish menajdi geram. Ia menjentikkan jarinya dan Jill pun segera berlari mendekat. “Saya sangat mengenali jaket yang anda pakai sekarang. Itu milik Rick teman saya, dan Anda tengah memakainya. Jill anjing saya juga mengenali bau jaket itu.” “Lalu? Apa itu menunjukkan semua tuduhanmu tadi?” “Tuduhan?” tanya Danish balik. “Saya pernah melihat Anda bersama Rick beberapa tahun yang lalu. Meskipun selama saya berkunjung ke rumahnya, Anda seringkali tidak berada di rumah.” Wanita itu tiba- tiba memucat. “Kau sudah pernah datang ke rumah?” “Betul!” tegas Danish. Ia merasa dirinya sudah di atas angin sebab wajah Mrs. Baker jelas sekali tampak bersalah. “Apakah Anda tahu bahwa anak Anda hilang?” tanya Danish. “Atau kali ini Anda juga tak lagi pulang ke rumah dan tidak mengetahui apa yang terjadi?” Perkataan Danish kali ini jelas membuat Mrs. Baker terpukul. Ia yang sejak tadi hanya membuang pandangan ke arah lain –alih- alih menatap Danish –sontak saja memandang pemuda itu dengan mata membulat besar. “Apa? Rick… Rick hilang?” Danish memandang wanita itu dengan wajah berkerut. “Jadi Anda memang betul- betul tidak tahu? Bagaimana mungkin?” gerutunya. “Apa Anda memang sudah sebegitu tidak pedulinya pada anak Anda sendiri? Bahkan Anda sama sekali tidak berusaha untuk mencari tahu?” “Tapi saya sama sekali benar- benar tidak tahu!” kata Mrs. Baker. Wajahnya tampak bersungguh- sungguh. Danish hanya memandanginya balik menuntut penjelasan. “Dengar, Nak,” katanya setelah 15 detik berlalu dalam kebisuan, “Lebih kita tidak membahasnya di sini. Kau mau berkunjung ke rumahku? Kau bisa menceritakan apa yang tengah terjadi dan aku akan membantu. Aku… aku memang bukan orangtua yang baik,” kata Mrs. Baker lagi sambil memandang pavin blok yang ia pijak, “Tapi aku akan berusaha sebisaku untuk mencarinya. Ya?” Danish menatap wanita itu dengan pandang penuh selidik. Mrs. Baker memang terlihat sangat serius dengan ucapannya. “Maafkan saya,” kata- kata itu keluar dari mulut Danish. “Saya kira Anda sama sekali tidak peduli dengannya. Saya sudah berteman dengannya sejak kecil, dan dia sendiri sudah seperti saudara bagi saya.” “Jadi… bisakah kita mendiskusikan ini di rumahku?” Danish mengangguk pelan. “Baiklah.” *** Begitu sampai di rumah Mrs. Baker dan disuguhi teh, Danish segera menceritakan semua yang terjadi pada wanita itu. Mrs. Baker mendengarkan semua penjelasan Danish dengan wajah waspada, dan sesekali menyela bila ada sesuatu yang masih samar baginya. “Jadi Rick tiba- tiba menghilang saat di rumah sakit?” tanyanya. “Apakah kalian menghubungi polisi?” “Tentu saja,” kata Danish. “Mana mungkin aku bisa hidup tenteram begitu mengetahui kenyataan aneh ini. Apalagi dia terlibat hal ini karena aku membawakannya prototipe gawai dari perusahaan kakek. Ah, saya sungguh meminta maaf, Mrs. Baker. Semua ini sepenuhnya salah saya dan tanggung jawab saya. Saya berjanji akan membawa Rick kembali pada Anda,” kata Danish dengan raut penuh rasa bersalah. Mrs. Baker mengabaikan permintaan maaf itu. Dia tampaknya sibuk dengan pikirannya sendiri dan terus mengajukan pertanyaan- pertanyaan pada Danish. “Dan kau dan tim kakekmu merasa bahwa ia terbawa ke dimensi lain saat salah seorang pekerja perusahaan kalian membuat proyek diam- diam?” “Proyek antar dimensi secara diam- diam, ya,” Danish menguraikan. “Tenyata selama ini Aaron Chua telah merancang super komputernya sendiri tanpa sepengetahuan orang lain.” Wajah Mrs. Baker tiba- tiba menegang. Tangannya dengan kaku meremas roknya yang sudah basah oleh keringat. “Siapa … katamu? Nama pekerja itu?” “Oh? Aaron Chua,” sahut Danish yang sama sekali tidak menyadari perubahan ekspresi Mrs. Baker. “Ia membawa semua barangnya saat pelarian, dan ini sudah beberapa hari sejak ia juga menghilang. Kami tidak bisa menemukan apapun yang tersisa dari pekerjaannya ataupun rancangan rahasianya itu.” Mrs. Baker menunduk dengan kaku. “Begitu.” “Yeah,” kata Danish. Tangannya sibuk mengelus- elus Jill yang sibuk dengan s**u hangat di mangkuk di depannya, yang telah disediakan oleh Mrs. Baker sebelum mereka memulai percakapan. “Saya kembali ke dapur dulu untuk menambah kue,” kata Mrs. Baker yang mendadak berdiri. “Oh? Tidak perlu, Mrs. Baker, saya sudah kenyang dan izin pam—“ Tapi Mrs. Baker sudah berjalan berbalik ke lorong menuju dapur tanpa basa- basi dan tidak menghiraukan tolakan sopan dari Danish. Pemuda itu mengernyit sedikit pada anjingnya yang masih menjilati mangkuk s**u. Ia mengelus- elus kepala sang anjing, Jill, lalu berujar sendiri, “Apa kau merasa ada yang sedikit ganjil barusan, Jill?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN