Terdengar seperti...

577 Kata
Kini di depan teman-teman SMA MOZART, aku menghadap matahari pagi.  Sedikit kucondongkan badan ketika sang saka merah putih sedang dinaikkan menuju singgasananya.  Ketika pengibaran bendera usai,  aku mengembalikan arah tubuhku menghadap ke matahari terbit. Tiba-tiba adik kelas berbulu mata lentik di sebelahku bertanya lirih. "Kak,  kakak pakai atribut lengkap.  Tapi kenapa kakak berdiri di sini? Kakak gak mungkin terlambat kan? Soalnya yang terlambat masih diintrogasi Pak Bambang di gerbang" tanyanya lirih berharap tidak ada yang tau bahwa ia sedang bercakap denganku. "Dibangunin Pak Jenggot." Dengan tiga kata itu kurasa cukup menjelaskan alasan aku berada di barisan siswa dengan atribut tidak lengkap. Dari ekor mataku,  aku merasakan ia sedikit mengangguk-anggukkan kepala. Sepertinya ia memahami perkataanku. Entah,  ini perasaanku atau bukan.  Amanat yang pak Maman—guru kimia yang hitz dengan cerita lumpur lapindonya— sampaikan terlalu panjang.  Aku sudah berkali-kali menyeka keringat yang mengalir di dahiku.  Sempat kulihat PMR yang hilir mudik dari barisan peserta upacara menuju UKS. Tak berapa lama kemudian,  kurasakan sedikit pening di kepalaku.  Aku mencoba menekan pelipis untuk mengurangi rasa sakitnya.  Samar kudengar langkah sepatu di belakangku.  Sebelum aku berbalik, layar hitam hinggap di mataku menuntut kesadaranku.  Hal yang sempat terekam oleh inderaku adalah teriakan orang-orang tepat di saat kesadaranku hilang. *** Samar kudengar suara cempreng sedang berbincang-bincang dengan suara laki-laki yang familiar olehku.  Bau minyak kayu putih menyengat penciumanku membuatku sedikit meringis merasakannya.  Mungkin karena ringisanku,  si cewek cempreng itu tau apabila aku sudah sadar dan segera menghentikan perbincangannya. "Za,  udah sadar? Masih pusing nggak?" tanya cewek cempreng itu. "Iza gak apa-apa kok Lia.  Tenang aja." ucapku sambil menampilkan senyum tipis dan mencoba membuka mata. "Gak apa-apa gimana?  Situ tadi pingsan sampai dilihatin satu sekolah. Udah tau gampang sakit,  kenapa nggak tidur semalam? gak sarapan juga ya? Mana gak bisa dibangunin tadi, malah kena Pak Jenggot."  cerocosnya dengan satu tarikan napas. Aku sedikit terkekeh karena kalimat khawatir yang Lia lontarkan kepadaku, "Dah lah Li,  nggak tidur malam itu udah kayak rutinitas seorang Iza. Oh iya,  tadi kamu ngomong sama siapa?  Kok cuma tinggal kita?" tanyaku sambil menukikkan kedua alis. "Aduhh,  situ ngigo ya?  Orang dari tadi aku nungguin kamu bangun sambil scroll instagram." ujarnya sambil menunjukkan bukti riwayat aplikasi terakhir yang ia buka. Aku memiringkan kepalaku sedikit sambil berpikir.  Aku tidak percaya,  jelas-jelas tadi aku mendengar suara cowok yang familiar. "Kamu bohong ya?" tuduhku sambil menyorot jari telunjukku ke depan wajah Lia—Emiliadya Ursy.  "Dibilangin juga,  aku dari tadi liatin bang Yamaken. Dia kayaknya ada project film baru sama ning Tao." ucap Lia sambil menyodorkan handphone-nya yang sudah ada pada postingan terbaru mengenai rencana film Alice in Borderland 2. Kalau Lia jujur,  apa bener aku ngigo? — batinku "Emang kamu tadi denger suara siapa?" tanya Lia dengan wajah penasaran. Dari wajah yang sepertinya benar-benar penasaran dari Lia,  mungkin memang benar bahwa aku cuma ngigo. "Ah engga.  Kayaknya emang ngigo." seruku sambil terkekeh. Kulihat wajah Lia yang mengejekku. "kiyiknyi iming ngigi" ejeknya dengan bibir bawah dimajukan beberapa millimeter. "Yuk ke kelas,  udah gak pusing kan?" ajaknya sambil mencari letak sepatu hitamku. Setelahnya aku menggeleng,  Lia mendapatkan sepatuku dan diletakkan di depan kakiku untuk kupakai. Perjalanan menuju ke kelas,  otakku sedikit memikirkan sesuatu. Ya,  suara cowok tadi Sangat familiar Tidak asing Terdengar seperti.... Suaranya,.... Dia, Seseorang yang menghantuiku di mimpi aneh yang tak pernah bisa aku mengerti maksud hubungannya dengan benang tak kasat mata di dalam kehidupanku. Seseorang yang masih kutunggu hadirnya kembali di hidupku. *** Tbc. ❄ Melankolis Kutub ❄
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN