bc

Pacarku Suamimu

book_age18+
0
IKUTI
1K
BACA
drama
comedy
like
intro-logo
Uraian

Menceritakan seorang perempuan (Lia) yang mencintai suami orang (Indra), Lia rela menjadi simpanan (pacar gelap) Indra, asalkan Lia bisa bersama dengan Indra, Lia pun tak tahu kalau Indra adalah suami dari sahabatnya (Diana).

Indra adalah mantan pacar dari Lia dan hampir saja menikah namun hubungan mereka tidak bertahan lama, karena Indra telah dijodohkan oleh Diana.

Lia pun sangat dendam pada Diana dan berencana ingin merebut Indra kembali dan juga Lia ingin kebahagian dari Diana hancur.

Mau tau kelanjutan ceritanya, selamat membaca.

chap-preview
Pratinjau gratis
Episode 1
Satu tahun yang lalu.. Jakarta Mall Kelapa Gading Di restoran.. "I'm sorry dear, I'm late, you've been waiting a long time and have you ordered your food yet ?" (Maafkan saya sayang, saya terlambat datang, kamu sudah lama ya nunggu dan sudah pesan makan belum ?), tanya Indra. "Okay, no problem dear, I also just arrived five minutes ago and haven't ordered food yet, how come dear" (Oke tidak masalah sayang, saya juga baru lima menit yang lalu sampai kok dan belum pesan makan juga kok sayang), jawab Lia. "Oh begitu, oke kalau begitu langsung kita pesan makan saja yuk", kata Indra. "Oke, mbak..!!", seru Lia. Di rumah pak Surya, Di depan rumah pak Surya.. "Mas, kang mas cepat, nanti kesiangan loh ke rumah jeng Nadia nya", kata bu Dias. "Iya diajeng sabar dong saya sedang mencari sandal saya", sambung pak Surya. "Oh mekaten, nggih sampun kula antos ing mobil kemawon nggih menawi mekaten kang masa" (Oh begitu, ya sudah saya tunggu di mobil saja ya kalau begitu kang mas), kata bu Dias lagi. "Inggih diajeng, sandhal kula pundi malih, ko, Eko" (Iya diajeng, sandal saya mana lagi, ko, Eko), sambung pak Surya lagi. "Inggih pak Surya, wonten ingkang saged kula bantu ?" (Iya pak Surya, ada yang bisa saya bantu ?), tanya Eko. "Sandhal kula pundi ?" (Sandal saya mana ?), tanya pak Surya. "Ngapunten saderengipun pak Surya, sandhal ingkang pundi nggih pak Surya ?" (Maaf sebelumnya pak Surya, sandal yang mana ya pak Surya ?), tanya Eko. "Ingkang biyasa kula angge katur kesah ko, tulung padosaken uga pendhetaken nggih" (Yang biasa saya pakai untuk pergi ko, tolong carikan dan ambilkan ya), jawab pak Surya. "Wontenaken pak Surya" (Laksanakan pak Surya), kata Eko. "Hemmmm!!", seru pak Surya. Di rumah pak Farhan, Di meja makan.. "Morning mom, dad" (Pagi ibu, ayah), kata Diana. "Morning too my dear" (Pagi sayang), sambung pak Farhan dan bu Nadia. "Titah mana bu ?", tanya Diana. "Itu..", jawab bu Nadia. "Assalamu'alaikum bude, pakde, mbak Diana", Titah memberikan salam pada pak Farhan, bu Nadia, dan Diana. "Wa'alaikumussalam", pak Farhan, bu Nadia, dan Diana menjawab salam dari Titah. "Tumben bangunnya siang, pasti kecapean ya", kata Diana. "Hehe iya hehe", sambung Titah. "Biar nak, kasihan Titah kerja dan kuliah juga kan, dia juga pulangnya larut malam, karena lembur", kata bu Nadia. "Sarapan yuk, jangan di bahas, oh iya tah, Diana", kata pak Farhan. "Iya yah", sambung Diana. "Inggih pakde" (Iya pakde), sambung Titah. "Siro ngalih wonten jadwal kuliah mboten sakmenika ?" (Kalian berdua ada jadwal kuliah tidak sekarang ?), tanya pak Farhan. "Boten wonten yah, menawi Titah boten mangertos, dik wonten utawi kosong dinten punika ?" (Tidak ada yah, kalau Titah tidak tahu, dik ada atau kosong hari ini ?), tanya Diana lagi. "Boten wonten pakde, mbak Diana, nyambut damel ing griya kemawon dinten punika kula, benjing enggal lebet nyambut damel pakde, mbak Diana" (Tidak ada pakde, mbak Diana, kerja di rumah saja hari ini saya, besok baru masuk kerja pakde, mbak Diana), jawab Titah. "Nggih sampun sarapan riyen, oh nggih siro ngalih ampun kepundi-pundi nggih, ing griya kemawon uga katur Titah, bapakmu telepon bude wau, tembung bapak, bapak purun datheng jakarta" (Ya sudah sarapan dulu, oh ya kalian berdua jangan kemana-mana ya, di rumah saja dan untuk Titah, bapakmu telepon bude tadi, kata bapak, bapak mau ke jakarta), kata bu Nadia. "Iya bu", sambung Diana. "Bapak purun teng mriki bude, benjing menapa bude ?" (Bapak mau ke sini bude, kapan bude ?), tanya Titah. "Boten sumerep benjing menapanipun, bapakmu namung nyukakaken prungon purun datheng mriki kemawon ing bude, uga dereng nyukakaken prungon datheng bude malih" (Tidak tahu kapannya, bapakmu hanya memberikan kabar mau ke sini saja pada bude, dan belum memberikan kabar ke bude lagi), jawab bu Nadia. "Oh mekaten!!" (Oh begitu!!), seru Titah. "Inggih cah ayu" (Iya anak cantik), kata bu Nadia lagi. Empat puluh lima menit kemudian.. Di depan rumah pak Farhan.. "Tugas lagi pagi ini", kata Betta. Di mobil pak Surya.. "Leres punika utawi sanes nggih griyanipun jeng Nadia nggih kang mas ? (Benar ini atau bukan ya rumahnya jeng Nadia ya kang mas ?), tanya bu Dias. "Kula boten sumerep diajeng, menika wonten satpam ta cobi kula taken riyen nggih" (Saya tidak tahu diajeng, itu ada satpam kan coba saya tanya dulu ya), jawab pak Surya. "Boten betah kang mas, ta kita sedaya wonten supir kang mas kengken kemawon supir kita sedaya katur pitaken ing satpam ing griya punika kang mas" (Tidak perlu kang mas, kan kita ada supir kang mas suruh saja supir kita untuk bertanya pada satpam di rumah ini kang mas), kata bu Dias. "Inggih ugi sih, punapa kula kesupen begini nggih" (Iya juga sih, kenapa saya lupa begini ya), sambung pak Surya. "Hemmmmm..!!, kang mas, kang mas!!", seru bu Dias. "Jang..!!", kata pak Surya. "Laksanakan pak bos", sambung Ujang. Di depan rumah pak Farhan lagi.. "Assalamu'alaikum, punten" (Assalamu'alaikum, permisi), kata Ujang. "Wa'alaikumussalam, aya anu tiasa abdi bantos ?" (Wa'alaikumussalam, ada yang bisa saya bantu ?), tanya Asep. "Abdi hoyong naros, naon leres ieu imahna bu Nadia ?" (Saya ingin bertanya, apa benar ini rumahnya bu Nadia ?), tanya Ujang. "Heueuh leres,antos emas,bu Nadia anu wasta salakina saha,margi di komplek ieu aya tilu anu ngaranna Nadia,emas ?" (Iya benar, tunggu mas, bu Nadia yang nama suaminya siapa, karena di komplek ini ada tiga yang namanya Nadia, mas ?), tanya Asep lagi. "Oh kitu,janten di komplek ieu anu ngaranna Nadia eta aya tilu nya emas,antos sakedap nya emas,abdi taros tiheula dina juragan abdi" (Oh begitu, jadi di komplek ini yang namanya Nadia itu ada tiga ya mas, tunggu sebentar ya mas, saya tanya dulu pada juragan saya), jawab Ujang. "Heueuh, sumangga" (Iya, silahkan), kata Asep. Di mobil pak Surya lagi.. "Bagaimana jang ?", tanya pak Surya. "Maaf pak Bos, saya ingin bertanya nama suaminya bu Nadia itu siapa ya, karena yang bernama Nadia itu ada tiga di komplek ini, kata satpam itu ?", tanya Ujang. "Saya tidak tahu jang, tunggu sebentar ya jang, saya tanya istri saya dulu", jawab pak Surya. "Iya pak bos", kata Ujang. "Diajeng kata Ujang..", sambung pak Surya. "Iya kang mas, saya dengar kok, saya sendiri tidak tahu siapa nama suaminya, kalau keponakannya sih saya tahu, namanya itu Titah, anaknya mas Nano, tetangga di pacitan", sambung bu Dias. "Tuh dengar sendiri kan jang, apa kata istri saya ?", tanya pak Surya lagi. "Muhun pak bos, lamun kitu abdi punten nya" (Iya pak bos, kalau begitu saya permisi ya), jawab Ujang. "Muhun jang" (Iya jang), kata pak Surya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
198.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
57.1K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook