BAB 4

1069 Kata
Bara memejamkan mata tapi tidak tidur di kamar sempit yang keadaannya sangat jauh berbeda dengan kamarnya di rumah. Namun ia merasakan kenyamanan karena tidak selalu bertemu dengan Sofie. Terdengar pintu terbuka dari luar ketika Bara hampir saja ia terlelap. " Assalamualaikum".Dua orang santri yang baru saja masuk itu adalah Fadilah dan temannya Iqbal. " Alhamdulillah, ya Allah.." Umam mengucap syukur. " Kenapa Mam?" Tanya Iqbal. " Ndak ada apa apa, mas. Seneng saja mas Fadil dan mas Iqbal sudah balik asrama" sahutnya sedikit takut. Fadil dan Iqbal saling pandang. " Loh, si Khairul kemana, Mam?" Tanya Fadilah Umam tidak menjawab hanya melirik ke arah Bara yang berpura pura terlelap. Fadil dan Iqbal mengerutkan keningnya, menatap heran kenapa Bara ada di kamar ini? Bukankah seharusnya ia ada di asrama sebelah? " mas, mas bara..." Fadilah membangunkan bara " kenapa mas bara ada disini? bukannya di kamar sebelah? saya kira mas bara mau numpang mandi atau apa gitu loh...lah kok malah disini" Bara mengintip sekilas, enggan memberikan penjelasan kenapa ia bertukar tempat dengan Khairul. Hingga akhirnya ia benar benar terlelap. *** Rasanya Bara belum lama tertidur. Fadilah sudah membangunkannya kembali. Mas, mas Bara. Bangun, mas.." Seketika Bara mendelik tajam, " apa lagi?!" " Sholat subuh dulu, mas" Fadilah mengingatkan. " Gue belom denger adzan!" Sahutnya lalu membalikkan badannya " Kan bisa ngaji dulu, mas" ajak Fadilah Bara menghembuskan nafas panjang. Malas meladeni. " Ya udah, lo duluan aja. Ntar gue nyusul" . " Baik mas, jangan lama lam.." " Udah gue bilang berkali kali, jangan panggil gue mas!" Bentak Bara membuat Fadilah tersentak. " I..iya mas, eh..Bara" sahutnya terbata. Iqbal dan Umam hanya menggelengkan kepala melihat tingkah laku Bara. " Mas Fadil ndak takut apa sama orang itu?" Tanya Umam tanpa menyebutkan nama " Yo, kenapa harus takut tho, Mam. Wong sama sama makan nasi minum air, kok takut" " Aku lihat tatto nya saja sudah ngeri, mas" " Tatto itu kan cuma gambar, kita juga bisa buat tatto sendiri..". " Gambar apa mas?" Tanya Iqbal polos. " Tinggal gambar bundar saja, wes..". Umam dan Iqbal saling tatap " Kok bundar, mas" Umam bertanya heran " Lah iya, telor itu kan bundar, nanti juga menetas jadi gambar naga.." sahut Fadilah berkelakar kemudian tertawa girang. Sementara candaannya tidak bisa membuat Iqbal dan Umam tertawa. Suara bedug terdengar membuat Bara memaksakan dirinya bangkit dari ranjang. Ia melangkah menuju kamar mandi, membersihkan diri kemudian berjalan keluar asrama menuju masjid. Dari kejauhan ia melihat sesosok entah apa yang pasti memakai kain serba putih. Ia hendak melanjutkan langkah namun ragu. Ada perasaan takut dalam hati. Ia bersembunyi di balik pohon besar mengamati sosok berkain putih itu. Sosok itu berjalan mengarah ke masjid. ' setan juga ikutan sholat subuh?' batinnya. Tubuhnya gemetar ketika sosok itu semakin mendekat. Tapi setelah di perhatikan dengan seksama sosok itu berwajah sangat cantik. Ia terus memperhatikan, dan matanya.. Seketika Bara teringat kejadian kemarin siang ketika ia baru sampai dan mendekati seorang perempuan bercadar. Mata yang sama. Hanya saja kali ini perempuan itu tidak menggunakan cadarnya. kemudia bara melangkah mendekat " Astagaaa..gue kira setan, lo " ucap bara menatap tajam ke arah Haura, lalu tersenyum tipis, merasa lucu dengan dirinya sendiri. Bara kembali melanjutkan langkah meninggalkan Haura yang masih kebingungan, baru beberapa langkah tiba tiba terbersit dalam pikirannya untuk menghampiri perempuan itu lagi. " Astaughfirullahalazim!" Pekik Haura terkejut saat Bara tiba tiba menghadangnya. Spontan Haura langsung menundukkan pandangan " Jadi, lo yang mau dijodohin sama gue?" Tanya Bara sambil memutari Haura yang sedang gugup. Bara memindai Haura dari atas hingga bawah sambil manggut-manggut. Ia mengetahui rencana papanya dan Sofie setelah mendengar perbincangan Fadilah dan Iqbal. Dari sana ia juga mengetahui bahwa Fadilah sangat mencintai Haura. " Lo tau Fadilah sangat mencintai lo?" Tanya Bara berdiri di depan Haura yang tertunduk kemudian menggelengkan kepala sebagai jawaban. " Asal Lo tau, gue udah punya cewek, dan asal lo tau juga Fadilah itu cinta banget sama lo". " Jadi, mending lo tolak perjodohan gila ini, karena gue ngga minat sama sekali sama lo" Bara memperingatkan lalu pergi meninggalkan Haura yang masih termangu sendirian. ' mas Fadil cinta sama aku?' batinnya bertanya.Haura memutar balik badannya kembali ke rumah tidak jadi melaksanakan shalat subuh berjamaah. *** Kaki Bara melangkah menuntunnya masuk ke masjid, di depan pintu ganda kaca itu tampak Pak Kiai sudah menunggunya. Pak Kiai memperhatikan Bara yang hanya mengenakan kaos oblong hitam polos dan celana jeans. " Kamu sudah ambil air wudhu?" Tanya Pak Kiai. " Belum" sahut Bara singkat " Ambillah dulu air wudhu Bapak akan menunggumu di dalam" titah beliau, Bara hanya mengangguk. Meskipun Bara seorang ketua geng motor tapi ia tidak melupakan bagaimana caranya berwudhu. Ia selalu mengingat semua perkataan Salma, ibu kandungnya. Di tempat khusus berwudhu Bara berpapasan dengan Fadilah dan Iqbal. Ia terdiam sejenak manatap Fadilah. " Lo, kenapa ngga ngomong langsung ke Haura kalo lo, cinta sama dia?" Tanya Bara tiba tiba pada Fadilah. Fadilah tentu saja terkejut dengan pertanyaan Bara. Dari mana laki laki itu tau jika dirinya mencintai Haura?. " Bagus kalau mas nya sadar, memang seharusnya mba Haura itu menikah dengan mas Fadil. Bukan sama sampeyan " celetuk Iqbal. " Siapa yang bilang gue mau di jodohin sama cewek sok cantik kaya Haura?". " Maaf, Bara. Haura itu memang cantik" Fadilah menyahut. " So, tunggu apa lagi? Lo bilang dong sama dia gimana perasaan lo ". Iqbal mengangguk menyetujui. " Lo tenang aja, gue bakalan tolak mentah mentah perjodohan ini" ucap Bara sinis. Tangan Fadilah sudah terangkat dan mulutnya sudah terbuka hendak menyampaikan sesuatu. " Lo ngga perlu tau, gue tau dari mana, ngga penting" ucap Bara cepat sebelum Fadilah sempat mengeluarkan suaranya. Kemudian Bara pergi meninggalkan keduanya. Fadilah menghembuskan nafas. Kemudian mengangkat tangan mempersilahkan Iqbal untuk berwudhu lebih dulu. " tu mas, gass wes lah! Sebelum janur kuning melengkung Lo, mas" Iqbal mengompori " Ndak, Bal, yang menjodohkan Haura sama Bara itu orang tua mereka, aku ndak bisa, Bal" " lah kalau ternyata mba Haura oke karo'e sampeyan piye mas " " Yo Alhamdulillah. Gayung bersambut berarti..." " loo, kok malah bahas gayung sih mas? emangnya nenek gayung?!" Fadilah tak menyahut hanya menggelengkan kepala " itu artinya cintaku tidak bertepuk sebelah tangan gitu loo" " tapi, Bal. kayaknya Haura gak akan menolak perjodohan itu...kamu tau sendiri kan, Haura itu anak penurut" Iqbal mengangguk anggukan kepala setuju Iqbal tidak akan kehabisan akal memprovokasi Fadilah sampai pasangan itu menikah, Iqbal tau bagaimana Fadilah mencintainya Haura sudah sejak lama
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN