“Nak Indra, masuk dulu ya, ada yang ingin bapak bicarakan” Deg, hati ini merasakan getaran berbeda, ia akan bertemu calon mertua, ada apa ya, apakah ia akan segera diminta untuk menikahi putrinya, berbagai pikiran bermunculan.
“Silakan duduk” Pak Ahmad mempersilakan, sedakangkan Raimas menuju ke dapur untuk membawa minum dan cemilan seadanya.
“Pak, saya mohon maaf baru bisa datang ke sini, dan saya sampaikan takjiah untuk kak Yasmin, mudah-mudahan beliau selalu diberikan ketenangan di sana”
“Aamiin” Ahmad mengaminkan. “Bagaimana kuliahmu?” pertanyaan basa-basi mengawali perbincangan mereka seperti menanyakan kabar dan pekerjaan, sampai kepada intinya “Bagaimana hubunganmu dengan Raimas?”
“Baik pak, Alhamdulillah”
“sudah sejauh mana kalian berpacaran?”
“Maksud bapak”
“Apakah hubungan kalian akan begini-begini saja atau ada niatan untuk ke jenjang lebih serius?” deg deg deg, jantung Indra berdetak lebih kencang lagi dari sebelumnya. Panas dingin rasanya, untuk menetralkan dirinya ia minum sebelum menjawab.
“Mmm untuk itu mmmm” ia tarik nafas panjang “kami belum membahas sampai kearah sana pak, kami masih focus dengan kuliah dan mengejar mimpi kita masing-masing dulu pak” gerah semakin terasa gerah, rasanya Inra ingin cepat-cepat keluar, setelah menjawab bukannya merasa tenang tetapi semakin panas saja hawa yang dirasakan Indra.
“oh begitu ya” Ahmad mengangguk-ngangguk “semua orang tua ingin yang terbaik untuk anak-anaknya, begitupun dengan bapak, kalau memang kalian serius, tolong disegerakan untuk menikah, kalau memang belum ada pembahasan ke arah sana, sebaiknya” Ahmad menjeda “Sebaiknya kalian tidak usah pacaran dulu” tuntas sudah yang ingin di sampaikan Ahmad. Bersamaan dengan itu panah lidah langsung menusuk jantung Indra. Sakit. Goresan yang bukanlah sedikit. Lemas. Indra merasa seluruh tenaganya hilang. Kelu. Ia tak bisa menjawab apa-apa lagi.
“kalau seperti itu, saya harus membicarakannya dulu dengan Raimas dan ingin meminta pendapatnya” setelah itu Indra langsung pamit, dengan perasaan yang hancur.
-o0o-
“Rai... Rai… Bangun sayang, apa kamu gak ke kampus?”
“Oh iya bu, jam berapa sekarang?” Raimas langsung bangun dan mengambil handuk hendak mandi. Kamar mandi di rumah Raimas hanya satu, yaitu di dapur dan melewati ruang keluarga.
“Yah lihat Raimas, buru-buru mau ke kampus” kata ibu.
“Mau kemana Rai?” Tanya Ayah
“Mau mandi yah, mau ke kampus”
“ngapain kamu kekampus? Kuliah? Emang kamu gak lihat ini jam berapa?”
“jam enam ayah, ada apa emang”
“coba kamu lihat keluar” Ayah dan ibu menahan sneyum
“lho ko masih malem Yah”
“Hahaha” akhirnya tawa itu tak dapat di tahan lagi “lha iya, memang malam, sekarang jam enam magrib, makanya jangan tidur selepas asar, jadi linglung kan” panjang lebar ayah menjelaskan
“aaaayah mah gitu, ibu juga sama, ko bangunin aku nya mau ke kampus sih bu mmmmm” Raimas mendekati kedua orang tuanya, gemas.
“biar tahu rasa kamu, tidur ko abis asar”
“aku cape banget bu, dari kemarin belum tidur yang nyenyak gitu, apalagi di kampus banyak tugas gak bisa tidur, makanya tadi aku ketiuran”
“yaudah sana bersih-bersih gih, mandi, shalat, ngaji, setelah isya kita makan malam”
Ditengah makan malam Ayah mempertanyakan hal yang sama ia tanyakan kepada Indra. Sama dengan Indra, Raimas belum memiliki rencana apapun untuk kelanjutan hubungan mereka.
“Sekarang kamu sudah menikah, sebaiknya mengurangi atau bahkan putus dan jelaskan kalau kamu sudah menikha. Kamu sekarang suah punya tanggung jawab sebagai istri Rai” Ayah mengingatkan. “Setertutup-tutupnya sebuah bangkai pasti akan tercium” Raimas masih terdiam “Dan sampai kapan kalian akan merahasiakan pernikahan kalian? Dan berpisah rumah seperti ini? Tak baik berpisah rumah untuk sepasang suami istri Rai”
“belum tahu sampai kapan yah, pernikahan kita juga baru beberapa hari dan masih dalam suasana berkabung, mungkin aku akan menunggu kak Ibnu saja”
“Ya semoga semuanya berjalan dengan baik, dan pernikahan kalian langgeng Rai” Tuntas ayah.
Setelah makan malam yang serius, Raimas kembali ke kamarnya. Dan memikirkan kembali bagaimana caranya ia menjelaskan kepada Indra.
Tring… satu pesan masuk
[kak ibnu : Alhamdulillah aku uah sehat dan lebih baik dari tadi siang, kamu lagi apa Rai?]
[Raimas : Alhamulillah, aku senang dengarnya. Aku lagi mikir]
[Kak Ibnu : Makasih lho Rai udah mikirin aku hehe :D] Sisi Humoris Ibnu mulai muncul tanda kalau dia suah benar-benar baikan.
[Raimas : Huuuuu geer wkwkwk]
[Kak Ibnu : masa mikirin yang lain, tega kamu Rai wkwkwk]
[Raimas : lagi mikirin kerjaan] balasnya berkilah. Niatnya ingin bilang kalau ia seang memikirkan perasaan Indra. Ia tak menyangka bahwa kini ada dua perasaan yang harus dijaganya. Ibnu dan Indra. Raimas merebahkan tubuhnya, melihat langit-langit kamarnya.
“Oh, iya ko belum ada chat dari Indra ya” batinnya. Dan melihat riwayat pesan taka da pesan baru atau pesan yang belum terbaca hanya keraiaman di grup studionya.
Rai Rakha Studio
Azka : gaes gaes kayanya kita harus pinda studio nih
Richam : Lho, kenapa?
Azka : kontrak satu bulan lagi habis, dan dari pada memperpanjang mending kita pindah ke tempat yang lebih luas atau lantai dua.
Khadijah : [mengirimkan foto dan link google maps ruko-ruko kosong, luas dan terjangkau sekitar kampus]
Richam : garcep banget lho Jah (pake emot finger heart).
Hanya di balas stiker oke oleh Khadijah.
Raimas : Sorry ya gaes belum bisa bantu banyak nih, doain gue semoga cepat bangkit dari kesedihan ini (Emot sedih)
Dan kemudian grup itu ramai dengan joks-joks keempatnya, sampai tengah malam dan sepi karena satu persatu mundur teratur dan tertidur.
-o0o-
[Raimas : Kak, aku di jemput indra ya pagi ini] raimas mengirim pesan ijin kepada suaminya.
[kak Ibnu : Iya hati-hati] balasnya, singkat.
raimas ingin berhubungan baik dengan Ibnu, ia merasa berhak memberitahu dan mendapatkan ijin dari Ibnu untuk pergi ke suatu tempat.
Indra sudah ada didepan rumah dengan mobilnya, sengaja tidak masuk ke rumah, ia merasa belum siap kembali bertemu dengan sang calon mertua, mungkin pikirnya.
"Hai Dra, udah sarapan?" Raimas langsung duduk di samping Indra dengan bekal di tangan.
"Aku sudah, tapi kalau mau di suapin lagi tentu aku sangat mau" Indra tersenyum, paras gantengnya berkali-kali lipat bertambah kala tersenyum, alis tebal dan hidung mancungnya begitu manis dan meneduhkan, satu lagi yang membuatnya bertambah manis, gigi gingsul yang sudah pasti kelihatan.
"Huuuu mau nya, yaudah nih aaaa" Raimas menyendokan nasi goreng bekalnya, dan indra membuka mulutnya.
"Enak"
"Selalu enak donk"
“Kamu cantik” Puji Indra. Sebenarnya tidak ada yang berbeda dari Raimas, hari ini ia memakai celana kulot dan atasan tunik selutut, kerudung pashmina seperti biasa, namun karena sejak membuka pintu mobil Raimas tersenyum membuat bunga-bunga cinta dalam hati Indra bertumbung dengan subur seketika.
“Hmmmm gak nyambung, yang di puji itu makanan kalau enak, lain kalo yang masak hahaha” Raimas tertawa kecil.
"Apalagi kalo tiap hari, dimasakin dan disuapin sama perempuan cantik, kayanya uangku auto hemat, hahaha"
"Engga akan hemat, kalo tiap hari aku masakin dan suapin kamu harus bayar" Raimas membalas, lalu keduanya tertawa.
Perjalanan kali ini ditemani oleh senandung dari Ziva Magnolya dan Rizky Febian bertajuk terlalu indah yang memberikan bumbu tambahan kebahagiaan keduanya.
Sampai di kampus sudah di sambut oleh ketiga sahabat Raimas.
"Uwwwwuuuu pagi pagi udah senyum-senyum nih berdua" Raimas dan Indra hanya tersenyum, tak membalas godaan Azka. "Betewe gaes nanti siang kita akan beres-beres studio ya, biar pas projek yang kemarin di mulai kita juga ga keteteran banget ngurusin pindahan" Semua menyetujui rencana yang diberikan Azka.
Hari ini perkuliahan berjalan dengan lancar, tidak ada tugas adalah kebahagiaan semua orang, bisa sedikit bernafas dari kejaran nilai dan tugas yang tak tuntas-tuntas.
“Ya ampun, sudah berapa lama gue gak datang ke studio ini, sampai ada beberapa perubahan yang gue gak tahu” mata raimas berkeliling melihat beberapa tumpukan barang dan property di beberapa penjuru ruangan, tak dapat disembunyikan karena kapasitas tempat yang terbatas.
“Loe cuma dua minggu gak ke sini Rai, dan tolong ya Rai ini bukan perubahan lebih baik, tapi ini berantakan” Richam memperjelas sambil geleng-geleng, matanya mengerling tak setuju dengan Raimas.
“Hahaha iya iya gue tahu, ayo kita mulai dari mana nih Jah?”
“kita mulai dari barang yang jarang di pakai” Khadijah menerangkan pekerjaan keempat sahabat karib itu. Membawanya keluar dan memasukannya ke dalam mobil pick up. Meski pekerjaanya dibantu oleh supir dan kenek mobil pick up yang disewa,tetapi pekerjaan mereka tidak langsung tuntas satu hari, terlebih mereka memulai setelah jam makan siang dan shaat dzuhur. Masih ada beberpa barang yang belum terangkut. Studio masih dipakai Azka dan Khadijah yang tinggal di sana satu bulan ke depan.
“Lagian masih ada kontrak, sayang kalo dikosongin, lumayan lah kalo ada satu dua yang mau foto dadakan mah” Tutur Richam.
“Kita Cuma mindahin dulu aja ya untuk hari ini, untuk beres-beresnya hari minggu aja pas libur. Hari ini kita istirahat dulu ya gaes” Raimas menutup kegiatan hari ini. “Gue pulang duluan ya” Raimas meninggalkan teman-temannya yang berada di studio baru dan bergegas masuk ke dalam mobil Indra.
“Duh, cape juga ya pindahan” krek “Duh apa ini” sesuatu terduduki Raimas.