3. Schoolife

1113 Kata
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya eomma penasaran. "Ini soal make up artist sementaraku. Apa benar eomma yang merekomendasikannya pada Manager Kang?" ucapku serius. Itulah yang ingin aku bicarakan pada eomma. Aku hanya ingin tau mengapa eomma merekomendasikan seseorang tak berkompetensi sepertinya. "Sa Rang? Benar eomma yang merekomendasikannya," jawab eomma. "Eomma! Mengapa eomma merekomendasikan gadis amatiran seperti dia eoh? Apa eomma mau riasanku nantinya terlihat jelek di atas panggung?" ujarku. "Sa Rang itu handal kok. Walau pun dia belum punya pengalaman kerja, tapi dia baru saja lulus dari sebuah kursus make up bulan lalu. Jadi setidaknya dia punya keahlian make up," jelas eomma. "Tapi tetap saja seharusnya eomma tidak merekomendasikan amatiran seperti dia. Dan eomma, bukankah eomma lihat wajahnya mirip sekali dengan Cheon Sa?" elakku. "Ah sudahlah. Kau bisa percaya pada eomma, hasil kerja Sa Rang tak mungkin buruk. Dia itu salah satu anak dari panti asuhan kita dan dia pandai hampir pada semua hal. Dan masalah wajahnya ... terus kenapa kalau dia mirip Cheon Sa? Kenapa kau harus terus mengingat apa yang sudah lewat?" kata eomma berusaha meyakinkanku. "Jadi dia anak dari panti asuhan?" "Eum," "Ahh baiklah ayo makan saja eomma," ... Author pov 'Tap! Tap!' Langkah kaki Sa Rang memecah keheningan sebuah komplek yang sepi. Ini adalah komplek tempat tinggal Sa Rang. Gadis dengan tinggi 160 cm itu memang memutuskan untuk langsung pulang setelah mengunjungi pemakaman keluarganya tadi. Tak lama, ia sampai di sebuah rumah sederhana namun luas yang memiliki papan bertuliskan 'Jeon Foundation House' di depannya. Rumah bercat hijau tosca itu merupakan panti asuhan tempat Sa Rang dibesarkan. Jika kalian mengira di panti asuhan ini akan banyak anak kecil yang bermain maka kalian salah karena di Jeon Foundation anak-anak berumur 0-14 tahun tempat tinggalnya terpisah dengan yang berumur 15-18 tahun. Mengapa dipisah? Karena memang tempat yang tak memadai jika mereka harus bergabung dalam satu rumah. "Sa Rang-ah, bagaimana hari pertamamu bekerja uh?! Apa member SEVEN STARS tampan?!" tanya seorang gadis berkaos pink tepat setelah Sa Rang meletakkan sepatunya di rak. Sa Rang tak menggubris pertanyaan gadis cantik itu. Ia malah masuk ke dalam kamar nya yang memiliki tiga ranjang. Ya, tentu saja kamar itu tidak hanya dihuni oleh Sa Rang. Ia berbagi kamar dengan dua gadis lagi. Sebenarnya dulu di kamar ini berisi lima orang. Namun seiring berjalannya waktu, hanya mereka bertiga yang tersisa. Gadis berkaos pink tadi bernama Yoo Ah. Ia adalah salah satu teman sekamar Sa Rang. Selain Yoo Ah ada satu orang lagi yang menjadi teman sekamar Sa Rang, So Jung namanya. Mereka besar dan tumbuh bersama-sama. Walau pada akhirnya mereka memiliki karakter yang berbeda satu sama lain. Yoo Ah yang memiliki karakter ceria dan ramah, So Jung yang rajin dan bijaksana serta Sa Rang dengan kepribadiannya yang tak bisa dimengerti oleh siapa pun tumbuh dan hidup bersama-sama dalam sebuah kamar. Berusaha memahami satu sama lain. Ya walaupun pada akhirnya So Jung dan Yoo Ah tak pernah bisa memahami Sa Rang. "So Jung mana?" tanya Sa Rang datar sambil melepas kaos kaki hitamnya. "Yakk Sa Rang jangan mengalihkan pembicaraan! Aku kan tadi bertanya tentang SEVEN STARS!" seru Yoo Ah kesal. "Shi Ah, hal seperti itu tak penting untuk dibahas," jawab Sa Rang. "Yakk!! Aku sudah bilang berkali-kali jangan memanggilku Shi Ah, panggil aku Yoo Ah! YOO AH!" ujar Yoo Ah sambil menekankan namanya diakhir kalimat. "Tapi namamu Yoo Shi Ah," kata Sa Rang masih dengan nada dan wajah datarnya. "Aish kau selalu saja menyebalkan!" Yoo Ah mem'pout'kan bibir cherry-nya. "Yak kalian ini berisik sekali!" ujar seorang gadis bertas ransel warna merah marun yang baru saja datang. "Salahkan Sa Rang!" jawab Yoo Ah. Gadis itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Hal seperti ini memang sudah sering ia dengar, Yoo Ah kesal pada Sa Rang bukanlah hal biasa lagi. "Kau dari mana?" tanya Sa Rang. "Les." jawab So Jung lalu menghempaskan dirinya di ranjang. "Bagaimana hari pertamamu bekerja?" tanya So Jung balik. "Aniya aku belum mulai bekerja. Besok baru dimulai," papar Sa Rang. "Yak Cho Sa Rang, aku masih tak mengerti dengan dirimu itu! Nada bicaramu selalu saja seperti itu semenjak kita masih anak-anak. Aku bahkan kadang tak bisa membedakan apa kau sedang marah, senang, atau sedih," ucap So Jung. "Aniya, aku senang seperti ini," jawab Sa Rang. ... "Yoo Ah ikatkan tali sepatumu dengan benar!" seru So Jung saat melihat tali sepatu Yoo Ah yang lepas dari ikatannya. Perkataan So Jung membuat perjalanan tiga gadis itu terhenti. Tiga gadis? Siapa lagi kalau bukan Sa Rang dan roommates-nya, Yoo Ah dan So Jung. Pagi ini mereka akan pergi ke sekolah mereka yang terletak tak seberapa jauh dari panti asuhan. Setelah Yoo Ah selesai mengikatkan tali sepatunya, mereka melanjutkan perjalanan. Ketiga gadis itu bukan hanya satu sekolah, namun mereka juga sekelas. Bahkan Yoo Ah dan So Jung itu sebangku. Sedangkan Sa Rang memilih duduk sendiri, gadis dingin yang satu itu memang tak terlalu suka jika harus berhubungan dengan orang lain. Baginya hal-hal seperti itu hanya akan membuatnya susah. "Sa Rang, hari ini hari pertamamu bekerja kan?" tanya Yoo Ah. Sa Rang mengangguk. Lalu Yoo Ah mengepalkan tangannya di udara. "Hwaiting!" seru Yoo Ah memberi semangat. "Apa kami perlu mengantarmu?" tanya So Jung. "Aniya, aku bisa pergi sendiri," jawab Sa Rang singkat. ... "So Jung, Sa Rang ayo ke kantin!" seru Yoo Ah bersemangat yang hanya dibalas oleh anggukan kecil dari kedua lawan bicaranya. Akhirnya ketiga gadia itu pun beranjak dari tempat duduk mereka dan pergi menuju kantin. Di kelas ada beberapa yeoja yang merupakan ratu-ratu sekolah. Ratu sekolah? Tentu! Mereka adalah anak-anak dari donatur sekolah yang kaya nan bergaya hidup mewah. Mereka adalah Ha Ni, Na Mi, Hara, dan Ga Young. Cantik dan kaya membuat para gadis itu sangat mudah membuat lawan jenisnya bertekuk lutut. Sedangkan gadis miskin merupakan mainan atau bahan bully-an dari ratu-ratu ini. "Ahh aku bosan ... apa tak ada yang bisa kita bully eoh?" tanya Na Mi sambil menidurkan kepalanya di atas meja. "Entahlah tak ada yang menarik," jawab Ga Young. "Eh kalian lihat itu?" ujar Ha Ni sembari menunjuk-nunjuk meja Sa Rang. "Itu ... ponsel?" tanya Hara. "Ne, apa mungkin itu ponsel si gadis es batu itu?" ucap Ha Ni penasaran. "Ayo kita cek!" seru Na Mi. Keempat gadis itu mendekati meja Sa Rang. Benar memang ada sebuah ponsel pintar berwarna putih di meja itu. Sa Rang tak sengaja meninggalkan ponselnya itu. Jemari lentik Ha Ni menggenggam ponsel itu. Dan menyalakan layarnya. "Eoh! Ada pesan!" ujar Na Mi. "Ahh gadis itu benar-benar bodoh! Ia meninggalkan ponselnya yang bahkan tak diamankan dengan sandi apa pun," ucap Ha Ni. "Ha Ni, bukalah pesannya!" seru Hara. "Ahh baiklah," kata Ha Ni. Ha Ni membuka pesan tersebut. Mata keempat gadis itu terbelalak melihat isi pesan tersebut. "Mwo?! Jeon Ha Ru?!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN